SASAGUPAPUA.COM, NABIRE – Kepala UNICEF Perwakilan Papua, Aminuddin Mohammad Ramdan mengatakan pihaknya akan mendorong sebuah gerakan natal tanpa malaria.
Aminudin menyeruhkan itu dalam momen deklarasi eliminasi malaria Provinsi Papua Tengah di Kantor Gubernur, Jumat (1/8/2025).
“Menjelang akhiri tahun ini kami ingin mendorong agar bisa juga dicanangkan sebuah aksi gerakan sosial yang nyata yaitu natal tanpa malaria,” begitu katanya.
Aminudin juga mengajak semua pihak untuk membayangkan bagaimana indahnya nanti kalau semua merayakan natal tanpa ada yang terkena sakit malaria.
“Indahnya natal kita nanti kalau anak-anak kita bisa merayakan natal tanpa terganggu oleh penyakit malaria, keluarga kita bisa berkumpul dirumah tanpa diselingi oleh isak tangis anaknya yang mengalami malaria atau harus menunggu keluarganya di rumah sakit, bayangkan betapa indahnya suasananya natal dalam keadaan seperti itu,”ungkapnya.
Penuh harap, ia menyampaikan agar seluruh masyarakat ikut berkomitmen untuk mewujudkan gerakan tersebut.
“Kami dari unicef berkomitmen untuk berjalan bersama pemerintah dan seluruh mitra menuju Papua Tengah yang lebih sehat bebas malaria dan berpihak kepada anak-anak, karena masa depan Papua tengah dimulai dari anak-anak yang tumbuh sehat sejak usia dini mereka,” ujarnya.
Menurutnya, deklarasi eliminasi malaria di Provinsi Papua Tengah merupakan sebuah semangat untuk bersatu mewujudkan Papua Tengah bebas malaria.
“Malaria adalah penyakit yang tidak hanya mengancam kesehatan tapi juga menghambat masa depan pembangunan khususnya di Tanah Papua,”ungkapnya.
Dijelaskan malaria bukan hanya permasalahan kesehatan saja tapi Maslaah perlindungan anak dan juga keadilan sosial.
“Anak-anak seringkali bahkan sebelum mereka bisa bicara kadang-kadang mereka sudah kena malaria, ibu hamil ketika mereka sedang mengandung dan menjaga dua nyawa kadang mereka harus berjuang melawan malaria,” ungkapnya.
Kasus-kasus seperti ini kata dia adalah momen untuk memastikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak dan ibu yang didalamnya termasuk kelompok rentan.
Dijelaskan dari data, kurang lebih 12 persen kasus malaria terjadi pada anak dibawah usia lima tahun dan itu setara kurang lebih 19.600 balita dan 19 persen atau 32.000 kasus itu terjadi pada pelajar yang seharusnya mereka bisa fokus kepada pendidikan dan pengembangan diri mereka,
Bayangkan betapa besar potensi generasi Papua Tengah yang terganggu karena mereka harus menghadapi penyakit-penyakit yang sebetulnya bisa di cegah anak-anak yang terkena malaria.
“Seringkali anak-anak harus absen di sekolah dan mereka juga mengalami resiko untuk tumbu kembang mereka,” ujarnya.
“Kami dari unicef sangat mengapresiasi inovasi pemerintah papua tengah melalui strategi TOKEN yaitu temukan, obati daan kendalikan vektornya karena ini kami harapkan bukan hanya menjadi aproning saja tapi menjadikan pendekatan berbasis komunitas yang menjangkau hingga kampung-kampung terkecil,” lanjutnya.
Strategi ini kata dia, memberikan harapan bahwa eliminasi malaria bisa dimulai dari rumah tangga, ke kampung, ke distrik, kabupaten dan akhirnya Provinsi Papua Tengah bebas malaria
Oleh karena itu unicef mendorong TOKEN menjadi gerakan bersih lingkungan untuk mencegah genangan air dimana setiap rumah, kampung dan sekolah menjadi benteng pertama untuk mencegah malaria.
“Kami dari Unicef siap untuk mendukung upaya ini secara teknis terutama dalam penguatan sistem kesehatan, komunikasi perubahan perilaku yang efektif dan penggunaan data untuk memastikan tidak ada yang tertinggal dalam edukasi malaria ini,” pungkasnya.