Budaya · 23 Jan 2025 11:59 WIT

Cerita dan Harapan dari Pagelaran Seni Budaya di Tengah Hutan Sagu di Kampung Sereh


Pagelaran Seni Budaya Sanggar Robongholo, Perbesar

Pagelaran Seni Budaya Sanggar Robongholo, "Simponi Alam dan Budaya" di Kampung Sereh. Foto: Edwin Rumanasen

Oleh: Kristin Rejang

PADA Rabu, 22 Januari 2025 di lokasi Ekowisata Dusun Sagu Ebha Hekhe Kampung Sereh, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura tampak ramai.

Ada panggung megah yang didirikan di tengah lokasi pepohonan sagu, tampak jejeran foto-foto yang digantung di batang pohon sagu, ada tempat foto booth, terlihat puluhan UMKM menjajakan berbagai jualan produk lokal, dan masih banyak lagi yang terlihat memukau.

Di hutan sagu kebanggaan masyarakat sereh itu sedang berlangsung kegiatan Pagelaran Seni Budaya Sanggar Robongholo, “Simponi Alam dan Budaya” dalam pagelaran ini, menghadirkan musisi Papua seperti Epo D’Fenomeno, grup MAC, Wone Routs Band, dan lainnya, ada pula pertunjukan tarian tradisional, dance modern, permainan alat musik tradisional seperti atraksi suling tambur, hingga pantonim semua dilahap dalam panggung tersebut ditambah dengan aroma dusun sagu yang semakin menambah panorama indah dan memanjakan pengunjung dalam kegiatan tersebut.

Ketua Sanggar Seni Robonghollo, Jemmy Ondikeleuw menjelaskan pagelaran seni budaya tersebut baru pertama kali dilaksanakan di Kampung Sereh.

Jemmy menuturkan, kegiatan tersebut merupakan salah satu mimpi yang akhirnya bisa diwujudkan.

“Meskipun tertatih-tatih namun kita coba buat, ini dilakukan pertama kali jadi kita buat hanya sehari, banyak yang bertanya kenapa sehari saja, kita coba buat dengan semua yang ada, sumberdaya yang ada, potensi yang ada,” jelasnya kepada Sasagupapua.com.

Tak tanggung-tanggung, mereka memberanikan diri untuk memilih konsep pagelaran seni budaya outdoor yang menawarkan panorama dusun sagu.

“Artinya kita coba menawarkan dan memberikan edukasi juga ke orang lain tentang sagu, yaitu bahwa bicara sagu itu bukan saja hasil akhir tentang papeda atau makanan olahan dan lain-lain,” terangnya.

Mereka mencoba untuk menawarkan dan menunjukan kepada masyarakat tentang sagu dalam bentuk yang berbeda, misalnya  sagu bisa dijadikan tempat ekowisata, bisa juga jadi media untuk belajar, ataupun penelitian, ataupun bisa juga dijadikan tempat untuk event-event yang lain seperti yang sedang dilaksanakan oleh Sanggar Seni Robonghollo tersebut.

Tampak pengunjung saat melihat jejeran foto-foto di lokasi pagelaran seni budaya. Foto: Edwin Rumanasen

Para pemuda di Kampung Sereh tersebut mencoba untuk menghidupkan suasana dusun sagu menjadi tempat yang menginspirasi bahwa hutan atau kekayaan alam yang ada di tanah Papua sangat bermanfaat ketika dikelola dengan baik.

Selama ini kata Jemmy, menjadi kegelisahan para pemuda di Kampung Sereh bahwa hutan sagu di Kabupaten Jayapura sudah mulai berkurang, dusun sagu sudah diganti dengan jalan, aspal, pembangunan, rumah, dan lain-lain.

Hal ini nyatanya berdampak pada air danau yang naik, karena fungsi resapannya sudah hilang, sehingga air danau mudah sekali untuk naik.

“Ini bagian dari mitigasi bencana dan lain-lain yang kita lakukan,” ucapnya.

Pagelaran ini, kata dia menjadi komitmen mereka untuk menjadikan acara tersebut untuk mengkampanyekan isu iklim dan juga mengkampanyekan tentang perlindungan dusun sagu, sebagai bahan informasi untuk menjaga dan melindunginya hutan sagu untuk perlindungan bencana, dan perlindungan alam, konservasi budaya, untuk edukasi dan lain-lain.

“Itu yang kita coba garap dan buat di hajatan ini sebagai bahan untuk mengkampanyekan tentang isu lingkungan, dan juga tentang dusun atau hutan sagu, itu yang coba kita tawarkan,” jelasnya

Ia mengatakan sagu merupakan jati diri orang Papua, sehingga orang Papua bisa merasa bahwa dirinya dihargai, ketika sagu itu diperlakukan sebagaimana mestinya.

Dalam pagelaran tersebut ada beberapa agenda yang dilaksanakan yakni eksplor dusun sagu yangmana pengunjung bisa melihat dusun sagu melalui pameran yang diadakan.

Launching Anak Muda Peduli Iklim. Foto: Edwin Rumanasen

Kemudian ada pula edukasi mengenai lingkungan, sampah dan lain-lain, juga ada tentang spot untuk tokok sagu secara tradisional, juga ada pengolahan sagu secara modern dalam satu rangkaian itu. Masyarakat juga diberi kesempatan melihat produk dari olahan sagu juga dalam beberapa macam varian.

Selain itu, dalam acara tersebut mereka mengadakan talkshow yang menghadirkan pembicara dari kalangan anak muda yang kreatif dan peduli lingkungan.

“Dalam artian mereka juga mengkampanyekan dari sisi seni dan budaya juga ikut peduli menyuarakan tentang isu lingkungan dan perubahan iklim yang sedang kita rasakan nyata, ada juga dari beberapa tokoh adat, pemerintah dan lainnya,” katanya.

Dalam talkshow  tersebut mereka membahas tentang apa yang bisa dilakukan untuk perlindungan sagu dari semua pihak juga tentang perubahan iklim dan perlindungan lingkungan yang berkelanjutan.

Ia berharap dengan semua momen yang disuguhkan oleh panitia bisa memukau para pengunjung yang datang agar mengerti bahwa sagu sangat penting bagi kehidupan.

“Dimana sagu adalah salah satu tanaman budaya yang ketika dia hilang atau rusak otomatis secara tidak langsung budaya kita ikut hilang atau rusak,” tuturnya.

Untuk lingkungan, kata dia, pentingnya dusun sagu sebagai penyangga atau penyerap air dan juga untuk ekologi dan  ekosistem setempat dan lain sebagainya.

“Tapi juga untuk kaum muda bahwa kita hidup sekarang harus penuh dengan inovasi dan kreatifitas, kita tidak boleh mati begitu saja tetapi setidaknya kita menjadi agen-agen perubahan yang ada di dalam kampung,” ungkapnya.

Ketua Sanggar Seni Robonghollo, Jemmy Ondikeleuw. Foto: Edwin Rumanasen

Menurutnya, gerakan itu dimulai dari kampung dulu baru bisa menuju jenjang ke luar. “Buat sesuatu dikampung dengan apa yang kau punya dipakai dan digunakan untuk membangun kampung,” ungkapnya.

Selain itu, lewat acara tersebut, kata dia diharapkan terciptanya satu ekosistem ekonomi yang bisa berjalan di tengah-tengah kampung, dari UMKM, pariwisata, seni budaya dan lain-lain. Sehingga UMKM bisa hidup dari beberapa event yang dilaksanakan.

Kegiatan ini juga didukung oleh berbagai sponsor. Selain itu mereka juga melaunching Hibah Toilet ramah lingkungan dan ramah disabilitas, launching Anak Muda Peduli Iklim juga Launching Ikan Asar.

 

Dukungan dari Ondoafi: Dusun Sagu Memiliki Korelasi dengan Adat Istiadat

Ondoafi Sereh, Yanto Eluay memberikan apresiasi kepada para penyelenggara pagelaran seni budaya yang merupakan anak muda dari Kampung Sereh.

“Kami selaku pimpinan adat atau sebagai ondofolo memberikan apresiasi. ini menjadi tanda tanda bahwa pemuda kampung menunjukan kreatifitasnya,” katanya.

Menurutnya gerakan tersebut merupakan harapan dari pihaknya selalu pimpinan adat bahwa pemuda kampung harus tampil mengelola potensi yang ada di kampung yangmana bisa mendatangkan nilai ekonomi bagi masyarakat.

Dijelaskan di Kampung Sereh sudah ada tiga titik yang dikelola sebagai kampung wisata yang memberikan motivasi kepada masyarakat kampung untuk kelola Sumber Daya Alam yang menjadi potensi kampung sehingga mempunyai nilai nilai terutama bagaimana menjaga, melestarikan potensi tersebut.

Ondoafi Sereh, Yanto Eluay. Foto: Kristin Rejang

“Hari ini dari dusun sagu, pemuda sudah menggagas untuk mengkampanyekan harus dijaga dirawat karena dusun sagu mempunyai manfaat yang banyak, memiliki hubungan korelasi dengan adat istiadat dan sebagainya,” ucapnya.

Seperti diketahui kondisi saat ini kata dia hutan sagu di beberapa tempat yang ada di Sentani sudah mulai hilang dan beralih fungsi menjadi perumahan dan lain sebagainya.

“Mungkin dengan event hari ini, pagelaran Festival seni dan budaya pesan pesan ini bisa tersampaikan lewat sosialisasi dan lainnya,” ucapnya.

Tentunya, mereka berharap untuk menjaga hutan sagu perlu adanya kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah, masyarakat, akademisi, pelaku usaha BUMN dan lainnya juga Media.

“Lima komponen ini harus ikut serta terlibat dalam kegiatan seperti ini dan semua masyarakat Papua yang memiliki potensi sumber daya alam ini, kita kelola secara berkolaborasi melibatkan pemerintah masyarakat pemilik wilayah adat, akademisi,pelaku usaha, dan media itu baru dapat terkelola dengan baik,” tuturnya.

Kedepan, kata dia beberapa potensi sumber daya alam masyarakat Kampung Sereh juga akan membuat wisata alam Gunung Cycloop.

“Dengan ini, kita juga ikut mengawasi gunung Cycloop untuk melindungi kerusakan yang terjadi di gunung Cycloop .itu program kedepan Kemarin tanggal 4 Januari saya sudah tegaskan ke pemuda pemudi sereh ayo kita kelola lagi ekowisata untuk gunung Cycloop disitu juga ada nilai-nilai ekonomi,” jelasnya.

Itu juga sebagai mitigasi, menjaga gunung Cycloop agar tetap kokoh, sebab gunung ini bermanfaat bagi semua orang dan jika rusak maka semua orang yang ada dibawah gunung Cycloop akan terkena dampaknya.

“Oleh sebab itu hari ini kita duduk kita sudah buat kegiatan seperti ini menandakan bahwa pikiran pikiran mereka yang baik, kreativitas yang baik, mulai dikembangkan. Saya berharap yang lain lagi Cycloop juga kita kelola untuk ekowisata,” pungkasnya.

 

Pemerintah Kampung Selalu Berkomitmen, Tahun ini Ada BUM Kampung

Kepala Pemerintahan Kampung Sereh, Steven Eluay mengatakan pemerintah kampung ada karena masyarakat sehingga segala bentuk kegiatan yang diinisiasi oleh masyarakat kampung tentu harus diberikan dukungan dan perhatian.

Untuk itu, dalam kegiatan pagelaran seni budaya tersebut, Pemerintah Kampung Sereh ikut mendukung penuh.

“Tentunya kami selalu support sehingga kami yakin dengan kemandirian yang diciptakan oleh masyarakat sudah tentu pemerintah kampung hadir disana menjadi penopang dukungan untuk bagaimana ide-ide masyarakat khususnya pangan, iklim, dan juga wisata yang betul betul menjadi kolaborasi antara semua kepentingan yang ada di kampung,” katanya.

Sehingga kata dia, pemerintah kampung hadir sebagai pemberi motivasi tapi juga memberikan dukungan dari segi pikiran, ide maupun dana untuk kepentingan kegiatan tersebut.

Kepala Pemerintahan Kampung Sereh, Steven Eluay Foto: Kristin Rejang

Ia berharap dalam pesan kegiatan pagelaran seni budaya yang perdana dilakukan tersebut seluruh masyarakat lebih mencintai alam khususnya dusun sagu, karena merupakan pangan lokal yang menjadi makanan pokok masyarakat kampung.

Pemerintah Kampung juga memberikan dukungan berupa dana dalam kegiatan tersebut. Steven menuturkan, dana yang digunakan bersumber dari dana kampung.

“Memang untuk awal tahun ini kami support untuk kegiatan ini dari dana kampung untuk kegiatan berjalan ini karena ini sudah masuk dalam APBK kampung. Walaupun kami sadar bahwa dana belum keluar tapi pemerintah kampung punya tugas untuk mencari kemana supaya bisa mensupport mereka. Itu bentuk komitmen kami,” jelasnya.

“Sehingga dalam pelaksanaan ini kami pemerintah kampung tidak mau memberikan alasan bahwa kami tidak ada dana itu tugasnya kami harus bertanggung jawab apa yang menjadi kerinduan masyarakat untuk melaksanakan satu kegiatan positif yang melibatkan semua orang, pemerintah kampung bertugas mencari solusinya,” sambungnya.

Ia menjelaskan semua kegiatan yang diinisiasi oleh masyarakat tetap selalu disupport oleh pihak pemerintah kampung.

“Pada dasarnya dana kampung untuk masyarakat jadi sudah tentu dana pemerintah kampung baik dari pemerintah pusat maupun dari kabupaten seluruhnya kami kembalikan untuk kepentingan masyarakat,” tegasnya.

Di Kampung Sereh, Steven menjelaskan saat ini ada beberapa lokasi yang menjadi ikon, yakni wisata hutan sagu di Kampung Sereh, di Sereh Tua yang menawarkan pemandangannya, ada pula sanggar tari yang bertujuan menjaga budaya tapi juga menjadi nilai ekonomis bagi masyarakat.

Kedepan juga ada air terjun yang menjadi SDA yang akan dikembangkan menjadi potensi wisata. Sehingga semua yang ada di Kampung Sereh yang bisa dijadikan pemasukan untuk wisata tentunya akan didukung oleh pemerintah kampung.

Selain itu, ada produk lainnya yaitu produk UMKM seperti tepung sagu yang dikerjakan oleh beberapa kelompok masyarakat, ada pula usaha ikan asar, ice cream dari sagu, kemudian kopi dari buah pinang, dan berbagai kerajinan tangan.

“Semua yang mereka laksanakan ini kami berikan dukungan dan motivasi kepada setiap pelaku usaha untuk mereka kembangkan,” jelasnya.

Pemerintah Kampung juga dalam tahun ini akan mulai menjalankan Badan Usaha Milik Kampung (BUM Kampung) untuk mendukung usaha-usaha dari masyarakat.

“Jadi semua dimasukan kedalam badan usaha untuk dikelola, penyertaan modal, itu nanti BUM Kampung yang kelola. Tahun ini susah berjalan jadi semua unit usaha yang berjalan baik dari sektor wisata maupun sektor UMKM kerajinan tangan dan lainnya semua dikelola oleh BUM Kampung,” terangnya.

Ia berharap dengan adanya perhatian dari pemerintah kampung, masyarakat lebih meningkatkan produktivitas dalam segi usaha ekonomi pariwisata.

“Semua kelompok usaha lebih giat meningkatkan, belajar, menerima masukan untuk perbaikan usaha, yang sedang dijalankan supaya kemandirian ekonomi bisa berjalan di masyarakat sendiri dan kampung bisa terbangun hingga ke kabupaten dan sebagainya,” pungkasnya.

 

Pemerintah Kabupaten Ikut Bicara

Kabid Kebudayaan Disbudpar Kabupaten Jayapura F. Modouw mengatakan, atas nama pemerintah, pihaknya berterimakasih kepada penyelenggara khususnya sanggar Seni Robonghollo dengan melibatkan mitra mitra yang terlibat sehingga kegiatan hari ini bisa terlaksana.

Menurutnya, dengan kegiatan tersebut menjadi harapan dari pemerintah bahwa ada output dari pembinaan yang telah dilakukan.

“Hari ini bisa kita lihat unsur budaya luar biasa dan kami sangat berterimakasih kepada teman-teman penyelenggara Robonghollo,” ujarnya.

Ia berhadap tahun berikutnya bisa dilaksanakan kembali dengan menambah durasi waktu misalnya menjadi dua atau tiga hari.

Ia juga menjelaskan, pemerintah Kabupaten lebih memprioritaskan ketika masyarakat sudah lebih dahulu melaksanakan kegiatan dahulu tanpa support dari pemerintah.

Kabid Kebudayaan Disbudpar Kabupaten Jayapura F. Modouw. Foto: Edwin Rumanasen

“Ketika masyarakat sudah punya upaya melaksanakan dulu dengan swadaya mereka, kemudian untuk berikutnya pemerintah pasti memberikan dukungan. Kalau selama ini masyarakat berharap harus membuat sesuatu dengan pemerintah tidak salah tapi alangkah baiknya masyarakat sudah buat dulu mau kecil atau bagaimana kondisinya bikin dulu, pemerintah hadir, lihat lalu kembali ke kantor untuk membuat perencanaan untuk tahun depan kita dukung yang lebih meningkatkan kapasitasnya baik konsepnya maupun durasi waktu kegiatannya,” tuturnya.

Ia memberikan apresiasi sebab ada terselip pesan melindungi hutan sagu dan hutan lainnya.

 

Berikan Komentar
Artikel ini telah dibaca 82 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Pengerukan Pelabuhan Pomako Disoroti Anggota DPRD Mimika 

10 Februari 2025 - 12:17 WIT

Cerita Perjuangan Markus Yelimaken di Wamena, Menarik Becak Hingga Wisuda

14 November 2024 - 18:43 WIT

Cerita Warga Saat Ikut Simulasi Pilkada yang Digelar KPU Mimika

8 November 2024 - 16:31 WIT

Mahkamah Agung Tolak Kasasi Suku Awyu, Perjuangan Selamatkan Hutan Papua Kian Berat

6 November 2024 - 15:15 WIT

13 Komunitas di Jayapura Ikut Bersuara Dalam Momen Aksi Muda Jaga Iklim 2024

28 Oktober 2024 - 16:53 WIT

Ikut PKN, Rumah Kreatif Hallelujah Rawat Budaya Dengan Pertunjukan Tradisi ‘Onaki’ di Atuka

27 Oktober 2024 - 15:05 WIT

Trending di Budaya