Olahraga · 10 Jul 2023 15:10 WIT

Kesuksesan Muay Thai dari Pelatih Berdarah Papua, Lahirkan Atlet Berprestasi


Jimmy Jones Ayorbaba pelatih Mutiara.Foto: Istimewa Perbesar

Jimmy Jones Ayorbaba pelatih Mutiara.Foto: Istimewa

MOMEN perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua tahun 2021 menjadi salah satu kebanggaan warga Mimika yang masih terus membekas. 

Bukan hanya sebagai tuan rumah PON XX, namun ada kesuksesan dari empat atlet Muay Thai Papua asal Kabupaten Mimika juga menjadi kebanggaan yang tidak terhingga.

Pasalnya empat atlet dari Mimika yakni Jekson Karmela atau akrab disapa Kka Jhe pulang ke Mimika membawa medali emas, juga Abdul Rahman, Rahmat Rizal Gozali dan Muhammad Yull Alija, masing-masing membawa medali perak karena memenangkan pertandingan PON XX.

Kesuksesan dari empat atlet ini karena berkat kerja keras dalam berlatih. Dibalik itu juga, ada polesan karya pelatih yang selalu setia menyediakan materi, waktu dan tenaga untuk memberikan dukungan kepada para atlet tersebut.

Jimmy Jones Ayorbaba berfoto bersama empat Atlet didikannya. Foto: Istimewa

 

Tak hanya empat atlet yang berhasil di PON, masih banyak prestasi para atlet muda yang telah berhasil meraih penghargaan karena tangan pelatih berdarah Papua ini.

Dia adalah sosok Jimmy Jones Ayorbaba seorang Kepala Pelatih Level 2 Muay Thai berdarah Serui, Papua bercampur Manado, Toraja dan Jepang.

Sosok inspiratif ini lahir dari keluarga yang menyukai olahraga bela diri. Sang ayah merupakan atlet Judo sejak menjadi pelajar di Jayapura. Setelah itu memperdalam Karate dan berpengalaman menjadi pelatih di Biak dan Jayapura.

“Jadi bapa itu saya punya motivator. Sejak kecil saya diajak ke lapangan Mandala, berlatih terus,” kata Jones ketika diwawancarai Sasagupapua.com.

Namun, sang ayah tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk memilih olahraga bela diri apa yang disukai. Awal perkenalan olahraga bela diri, Jones menekuni Karate sama seperti ayahnya, namun ia beralih untuk berlatih di perguruan bela diri Naga Mas aliran kungfu.

“Saya latihan masih SD, di Waena pelatih saya namanya Kanda Chong, saya masih sangat ingat sekali beliau juga masih ada sampai sekarang,” kata pria kelahiran Biak 21 Januari 1980 ini.

Menggeluti aliran kungfu tersebut selama dua tahun. Memasuki SMP, Jones beralih lagi aktif di Taekwondo sampai kelas 3 SMA, mulai SMA di Jayapura lalu pindah ke Biak, Taekwondo selalu digeluti namun tidak sampai level pelatih.

Masuk ke kuliah di Manado, Jones tidak pernah meninggalkan latihan secara mandiri. Setelah lulus kuliah, ia kembali ke Biak dan berlatih mandiri dengan alat dari ban bekas, juga samsak yang ia sering pakai berlatih selama Manado.

Singkat cerita, tahun 2008 Jones memilih pindah ke Mimika untuk bekerja. Namun sambil bekerja, ia masih terus berlatih secara mandiri.

Tahun 2014 akhir saya dihubungi oleh Dony Darmawan Ayorbaba, sepupu di Jayapura yang merupakan pelatih Muaythai, saya diberikan mandat untuk buka Muay Thai di Timika, dan saya terima,” ujarnya.

Dari situ, Jones mulai mengajak beberapa pelatih seperti Dilan Saraun dan Shartiel Rumaropen, mereka mulai menjakankan latihan-latihan namun belum memiliki camp.

Tahun 2015, mereka mulai membuka camp pertama di samping rumah pribadinya tepatnya di Garasi mobil.

Camp latihan Tahun 2016. Foto: Istimewa

 

Awal mulai bangun camp di Timika, peserta yang bergabung cukup banyak termasuk Jekson Karmela. Dengan jumlah 80an orang sehingga tempat tersebut tidak bisa menampung banyaknya peminat.

Dengan uang pribadinya, ia membeli sebidang tanah di belakang rumahnya kemudian mulai membangun camp yang beratapkan terpal.

Camp yang bernama Goldy Heart Muay Thai Camp sesuai nama anaknya dibangun apa adanya.

“Jadi tiang atap kita pakai bambu, lalu atapnya kita pakai terpal, kalau robek kita ganti lagi,” ungkapnya.

Untuk alat-alat, seiring berjalannya waktu, Jones bercerita mereka mendapatkan support dari ketua umum muay thai pertama yakni Jefri Pusung yang memberikan matras lalu ditambah dengan beberapa alat yang dibeli secara pribadi oleh Jones.

Rela Kredit Bank, Jual Mobil, Hingga Berhenti Bekerja Untuk Muay Thai

Tim Muay Thai yang didirikan oleh Jones terkenal dengan nama Muay Thai Timika Juara atau Mutiara karena selalu mempersembahkan juara di setiap kejuaraan.

Untuk meraih kesuksesan dalam mengembangkan Muay Thai, Jones berani berkorban.

“Memang untuk menjalankan olahraga kalau kata kasarnya orang bilang ‘orang gila’ karena tenaga, harta semua kita salurkan ke olahraga,” katanya.

Jones bahkan rela kredit di Bank untuk modal keberangkatan para atlet, selain itu ia juga pernah menjual mobilnya juga motor yang baru dipakai dua bulan untuk keberangkatan para atlet.

“Bahkan saya punya harta pribadi, saat ini, satu-satunya mobil yang menunjang untuk saya pakai ke gereja ini bisa saya jual untuk Muay Thai,” katanya.

Jones bahkan pernah membawa atlet sebanyak 30 orang untuk ikut kejuaraan Muay Thai di luar Timika.

“Bagi saya ini menjadi jam terbang bagi mereka (atlet), jadi saya bawa saja, walaupun orang mencibir, tapi kami tidak pernah pulang tidak bawa emas, pasti ada bawa emas,” ungkapnya.

Ada banyak orang yang mencibir hingga meremehkan yang dilakukan.

“Jadi banyak orang bilang untuk apa ko bawa banyak-banyak, buat habis uang, nanti mereka juga tidak ingat ko mo, dan betul memang, banyak yang sudah menjadi atlet tapi ada yang tidak ingat,” ungkapnya.

Menurutnya seperti yang dilakukan oleh Jekson Karmela saat diwawancarai di salah satu podcast usai memenangkan pertandingan melawan Paris Fernandez sempat menyebut namanya dan camp Mutiara, sudah menjadi kepuasan baginya. Sehingga bisa menjadi contoh bagi atlet lain yang sudah berhasil.

Camp latihan Tahun 2018. Foto: Istimewa

 

Jones mengakui meskipun ada Koni di Mimika namun sejak berdiri pada tahun 2015 hingga 2017 Mutiara belum mendapatkan sentuhan Koni, ketika masuk ke tahun 2018, baru mereka mulai dijamah oleh Koni. Ia juga bersyukur kadang dibantu oleh YPMAK.

Para atlet yang menang di PON juga memiliki komitmen untuk memberikan sedikit perhatian ketika menang dari PON.

“Jadi mereka empat atlet yang menang di PON ada berikan kontribusi,” ungkapnya.

Jones juga menjelaskan camp tersebut dibuka sejak awal khusus untuk 7 suku tidak dipungut biaya.

“Memang ada iuran awal start 5 ribu, lalu naik 10 ribu, terus naik ke 20 ribu tapi tidak dipaksakan, khusus 7 suku kita gratiskan. Bukan berarti Papua lain tidak, jadi kalau tidak punya uang saya bilang tidak apa-apa utamakan latihan saja, jadi iuran itu sukarela, untuk bantu menunjang kebutuhan latihan misalnya harga satu sarung tinju saja 500-1 jutaan jadi mereka juga diberi tanggungjawab sukarela supaya saat latihan bisa bertanggung jawab,” kata Jones.

Meskipun kadang iuran tidak berjalan maksimal, namun, Jones tidak ingin mematahkan semangat atlet yang berlatih. Ia terus mendukung dengan keuangan pribadi maupun mencoba mencari bantuan-bantuan dari pihak lain.

Jones bahkan fokus ke Muay Thai dan memilih berhenti dari pekerjaan yang menghidupi anak dan istrinya pada Juli 2017 lalu.

Dukungan Keluarga

Mendapatkan dukungan istri dan anak-anak menjadi semangat yang kuat untuk Jones lebih fokus pada Muay Thai.

Ireyne Onite Salasa sosok istri yang dinikahinya pada 7 Maret 2001 bukan merupakan seorang penyuka olahraga bela diri.

Istrinya memiliki latar belakang seorang model, dua kali juara putri Bitung di Manado, dan merupakan finalis Noni Manado, juga memiliki suara yang merdu jika bernyanyi.

Namun ibu empat anak ini, selalu mengikuti dan memberikan dukungan, mendampingi Jones sejak tahun 2015 berangkat mengikuti berbagai kejuaraan. Akhirnya tahun 2016 istrinya memilih mulai berlatih Muay Thai dan kini telah mengantongi sertifikat pelatih seni Muay Thai dimana istrinya merupakan salah satu dari dua pelatih seni Muay Thai di Indonesia.

Jones dan istri yang menikah ketika masih berusia 21 tahun ini, telah memiliki empat anak yakni Keren Anjely Aprilia Ayorbaba, Karmen Anastasya Sicilia Ayorbaba, Kevin Goldy Heart Ayorbaba, Karsten Matthew Clair Ayorbaba.

Empat anak ini pun menyukai Muay Thai tanpa paksaan dari kedua orang tua.

Anak pertama memang sempat menjalankan latihan Muay Thai namun kini masih berfokus pada kuliah keperawatannya. Sementara anak kedua yakni Karmen yang selesai SMA langsung memilih fokus di Muay Thai sambil kuliah, Karmen telah menyumbangkan 4 emas dan dipersiapkan untuk PON Aceh nanti, berikutnya adalah Kevin yang sudah berlatih sejak usia 7 tahun kini telah menyelesaikan SMP telah menyumbangkan 6 emas untuk mengharumkan Mimika di dalam pertandingan Muay Thai tingkat nasional juga dipersiapkan untuk PON Aceh. Tersisa anak terakhir yang masih SD.

Jimmy Jones Ayorbaba bersama istri dan empat anaknya. Foto: Istimewa

 

“Jadi mereka memang senang, mungkin karena terbiasa ada di lingkungan Muay Thai, kami tidak memaksa mereka, jadi mereka bebas memilih olahraga apa yang disenangi,” kata Jones.

Banyak atlet hebat yang sudah dihasilkan oleh tangan Jones dimana menurutnya puncak keberhasilan saat para atlet binaannya adalah ketika membawa medali saat PON.

Muay Thai untuk Anak Papua Menurut Jones

Menurut Jones, yang juga berpengalaman menjadi pelatih Paksi MMA (Petarung Ksatria Indonesia) Level 3 Guru Utama atau Dan 3 ini mengatakan Muay Thai merupakan bela diri yang termasuk lengkap mulai dari pukulan, hingga tendangan namun menggunakan aturan.

“Jadi Muay Thai ini seru, kita sparing diatas ring full body kontak, mengalir saja, tapi memang ada aturan,” katanya.

Dari awal Jones telah berkomitmen untuk olahraga tersebut dipromosikan bagi anak tujuh suku. Selain itu ia juga mencoba merangkul anak-anak yang jatuh dalam lingkungan ‘aibon’, anak-anak yang suka bertarung di jalanan.

“Jadi mereka saya ajak kesini, ada banyak yang sudah tidak mengulang lagi kebiasaan tersebut dan mencoba berlatih saya berikan dan pendekatan secara baik, bahkan ada yang akan ikut PON, tapi memang ada yang pergi juga karena mungkin tidak tahan, sebab didikan fisik cukup keras,” ujarnya.

Baginya, Muay Thai merupakan bela diri yang cocok untuk Orang Asli Papua.

“Jadi bela diri yang cocok untuk kita orang Papua, ini sudah (Muay Thai), karena kita kalau soal teknik baku pukul sudah bisa sejak kecil, ada bakat alami jadi cocok. Apalagi soal mental, kita sudah cocok karena Muay Thai itu keras, tidak boleh mundur,” ungkapnya.

Harapannya Untuk Muay Thai

Jones yang juga saat ini dipercayakan sebagai Ketua Harian Mandataris Provinsi Papua Tengah, berharap bisa bertemu dengan orang yang memiliki hati 100 persen untuk olahraga.

“Jadi memiliki visi pandangan seperti ‘orang gila’, saya ingin mendapatkan orang seperti itu, jadi dia perduli dengan olahraga. Harapan saya ada orang yang mempunyai jiwa pemerhati olahraga , bukan masalah uang saja tapi hadir disini untuk memberi dukungan itu sudah cukup,” katanya.

Menurutnya, tak bisa dipungkiri menjalankan Muay Thai secara total tak terlepas dari dukungan dana, namun bisa juga dalam bentuk support lainnya.

Di Mimika terdapat banyak perusahaan yang bekerjasama dengan Freeport Indonesia, menurutnya perusahaan-perusahaan tersebut bisa memberikan CSR-nya untuk kemajuan olahraga di Mimika.

“Misalnya satu perusahaan sponsor satu cabang olahraga taekwondo mungkin dibantu baju, atau teh, kopi, begitupun perusahaan lainnya lagi mungkin bisa mensupport apa ke cabang olahraga Muay Thai,” ujarnya.

Tak hanya perusahaan di bawah Freeport, namun bisa juga usaha lainnya yang sudah maju bisa memberikan support lainnya.

“Misalnya salah satu supermarket besar di Timika mungkin bisa memperhatikan ada air untuk selama proses latihan, jadi itu harapan-harapan kami, seperti di daerah jawa, perusahaan-perusahaan besar mereka support olahraga yang ada di suatu daerah,” ungkapnya.

Camp Goldy Heart Muay Thai saat ini. Foto: Istimewa

 

Muay Thai Mimika juga telah menghasilkan anak-anak yang berhasil dalam dunia militer.

Jones telah membawa nama Mimika di beberapa pertandingan nasional misalnya dalam tahun 2022 kemarin, mereka berhasil menyumbangkan 32 medali diantaranya ada 15 emas yang disumbangkan bagi Mimika.

Tahun 2023 para atlet Mutiara juga menyumbangkan sekitar 11 emas, 4 perak dan 1 perunggu dalam event di Jawa Timur.

Tim Mutiara memiliki pelatih-pelatih handal dan telah memiliki sertifikasi nasional selain Jimmy Jones Ayorbaba, ada Saporeri Wambrauw yang merupakan pelatih Level 1, Fitria Juwita Suoth sertifikasi Level 1, Ireyne Onite Salasa Pelatih Seni Muaythai Level 1, Shirli Rumaropen pelatih level 1. 

Selain itu, ada pula Dony Mario Ayorbaba pelatih level 1 yang juga merupakan wasit Muaythai Papua Tengah. Dony merupakan kaka Kandung dari Jones. Ada juga Rahman Patty pelatih evel 1 yang juga merupakan wasit nasional. 

Pada persiapan PON Aceh nanti, Jones bersama club Mutiara mendapatkan kepercayaan untuk menyiapkan atlet mewakili Provinsi Papua Tengah dan kini telah disiapkan 15 atlet lokal untuk mengikuti seleksi.

Untuk itu, ia berharap agar Koni Mimika bisa segera berjalan, begitupun Koni Provinsi untuk persiapan PON kedepan.

“Jangan kita terlambat melangkah karena di daerah lain mereka sudah siap dari tahun lalu, harus lebih cepat supaya maksimal,” kata Jones.

 

Penulis: Kristin Rejang

Berikan Komentar
Artikel ini telah dibaca 204 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kompetisi Olahraga Antar Kampung Kemenpora Mulai Bergulir di Mimika

5 November 2024 - 15:14 WIT

PSBS Matangkan Persiapan Jelang Hadapi Laga Berat lawan Borneo

23 Oktober 2024 - 16:06 WIT

Tucu Pulih Dari Cedera, Lini Depan PSBS Semakin Tajam

22 Oktober 2024 - 20:18 WIT

PSBS Biak Resmi Tunjuk Emral Abus Gantikan Esnainer

16 Oktober 2024 - 20:09 WIT

PSBS Biak Menyerah Dari Persebaya, Begini Tanggapan The Mambri

24 September 2024 - 11:09 WIT

Dapat Kepercayaan Pelatih, Jhon Pigai Janji Tingkatkan Kualitas

19 September 2024 - 21:54 WIT

Trending di Olahraga