SASAGUPAPUA.COM, Papua Tengah – Gubernur Papua Tengah Meki Nawipa menyerahkan sebidang tanah seluas 10.463 meter persegi untuk pembangunan kantor Partai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Momen ini dilakukan saat Musyawarah Konferensi Daerah (Konferda) PDI-P Papua Tengah, Papua Barat dan Papua Barat Daya, yang digelar di Nabire, Papua Tengah pada Rabu (5/11/2025).
Hal ini kata Meki sebagai bentuk penghormatan dan terima kasih atas dukungan PDIP.
Sehingga Gubernur Pertama Papua Tengah itu mengumumkan bahwa ia dan keluarganya telah menghibahkan sebidang tanah seluas 10.463 meter persegi yang terletak di dekat kantor Gubernur baru.
Tanah tersebut akan digunakan untuk membangun kantor partai pertama yang megah di Papua Tengah, dengan sertifikat atas nama DPD PDI Perjuangan.
“Kami akan serahkan tapi yang serahkan adalah ketua DPD kepada DPP dan kita bangun gedung yang megah, kantor partai pertama di Papua Tengah,” ucapnya.
Dalam momen tersebut ia juga menyerukan persatuan yang kuat di antara masyarakat dan kader politik Papua, khususnya di internal PDI Perjuangan. Dalam sambutannya di acara Konferensi Daerah (Konferda) tiga provinsi, Nawipa menekankan pentingnya kekuatan politik lokal dan kerja nyata untuk memajukan daerah, alih-alih hanya berfokus pada perebutan jabatan.
Nawipa secara khusus menyampaikan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Ketua DPD PDIP Papua Tengah, Yuni Wonda, yang telah memberikan kepercayaan penuh baginya untuk maju dan memenangkan kursi Gubernur.
“Harus seperti ini, kita orang Papua mau di PDIP atau di partai lain, kita ini harus kuat di negeri ini, secara politik,” tegas Nawipa.
Ia menceritakan betapa besar dukungan yang diberikan Wonda, yang membuatnya merasa bangga menjadi Gubernur. Saking menghargai sosok Wonda, Nawipa merasa bahwa posisi Ketua DPD PDIP Papua Tengah tetap harus dipegang oleh Wonda, meskipun ia sendiri memenuhi syarat untuk jabatan tersebut.
Nawipa mengkritik mentalitas pejabat yang menurutnya kerap menghabiskan waktu untuk berkelahi demi posisi, namun setelah mendapatkannya, tidak mampu berbuat banyak.
“Ini yang kita hilang di negeri ini, merasa jadi gubernur semuanya pintar, merasa jadi bupati semuanya pintar, merasa jadi ketua partai semuanya luar biasa, waktu habis berkelahi hanya untuk mencari posisi,” ungkapnya prihatin.
Gubernur mengajak semua pihak untuk bersatu. Ia mengingatkan bahwa persatuan adalah kunci kemajuan Orang Asli Papua
“Kalau kita bersatu hari ini, orang bisa sekolah dengan baik, orang bisa hidup baik, ekonomi bisa bergerak, tapi kalau kita berkelahi tidak ada kesempatan untuk memperbaiki negeri ini ke depan,” kata Meki.
Bangga Jadi Kader PDIP: Dukungan Gratis dan Kerja Keras Lokal
Nawipa mengungkapkan kebanggaannya menjadi kader PDIP, partai yang menurutnya memberikan dukungan tulus tanpa mahar.
“Kenapa saya bangga jadi kader PDIP? PDI Perjuangan adalah salah satu partai yang dukung saya gratis 11 kursi,” ujarnya. Ia mengklaim dirinya dan wakilnya, Deinas Geley, sebagai pasangan gubernur dengan biaya paling murah karena dukungan partai yang solid.
Sebagai wujud nyata dari dukungan tersebut, ia mengumumkan bahwa tahun ini Pemerintah Provinsi Papua Tengah akan menggratiskan biaya pendidikan SMA dan SMK. Program sekolah gratis juga akan menyasar tingkat SMP dan menghidupkan kembali beberapa puskesmas di daerah pedalaman.
Kritik Keras untuk Pejabat PJ dan Pesan untuk Kader Muda
Dalam kesempatan itu, Nawipa juga melontarkan kritik pedas terhadap kondisi pemerintahan tahun 2024-2025 (sebelum pimpinan definitif) yang banyak diisi oleh pejabat berstatus Penjabat (PJ).
“Tahun ini yang atur barang-barang ini adalah PJ-PJ. PJ-PJ dia merasa bahwa dia definitif, gaji kecil dia dikasih kewenangan besar dia rasa hebat, dia atur-atur barang tidak jalan ini,” kritiknya, membandingkan mental birokrat yang cenderung menghabiskan anggaran dengan politisi yang berpikir visioner untuk masa depan daerah.
Menatap tahun 2026, Nawipa menyatakan Papua Tengah siap untuk “take off” dengan hal-hal besar. Ia berpesan kepada kader PDIP untuk fokus bekerja bagi rakyat, bukan memikirkan keuntungan pribadi.
Ia juga memotivasi kader muda untuk bekerja keras dari bawah dan tidak mudah berpuas diri dengan jabatan yang ada.
“Kerja nyata bunyinya lebih nyaring dari pada bicara-bicara di media sosial, di instagram, facebook,” pesannya.