Site icon sasagupapua.com

Musisi Epo D’Fenomeno CS Kunjungi Panti Asuhan Santa Susana di Timika: Ada Anak yang Kena Dampak Akibat Konflik Senjata di Papua

Epo D'fenomeno CS berfoto bersama anak-anak Panti Asuhan. (Foto:Edwin/Sasagupapua)

MUSISI Asli Papua Epo D’Fenomeno, Bariton Waramori (Omcon SB) dan Nanji Yoseph beserta rombongan mengunjungi Panti Asuhan Santa Susana yang terletak di Jalan Poros SP 2-SP 5, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, Jumat (19/7/2024).

Epo bersama rombongan yang baru saja tiba di Mimika untuk mengisi Konser pada acara Timika Inside Festival of Art (TIFA) berkesempatan melakukan kunjungan pertamanya ke Panti Asuhan Santa Susana Yayasan Peduli Kasih Mimika yang diketuai oleh Magdalena Ema Nunang tersebut.

Disana, mereka disambut hangat oleh anak-anak Panti Asuhan, makan bersama, bermain dan berdoa. Anak-anak Panti yang telah lama mendambakan kedatangan musisi-musisi yang menginspirasi tersebut terlihat bahagia ketika Epo dan Omcon membawakan beat box diiringi lagu-lagu Rap.

Epo D’fenomeno saat bertemu anak-anak Panti Asuhan Santa Susana Timika. (Foto: Edwin/Sasagupapua)

Tak hanya itu, anak-anak pun diberikan pengenalan tentang Rap yang menyenangkan serta memberikan motivasi untuk anak-anak Panti Asuhan agar terus semangat dan menjadi anak-anak yang sukses dikemudian hari.

Mewakili pengurus Panti Asuhan Santa Susana, Valda menjelaskan di Panti Asuhan tersebut terdapat 130 anak binaan yang terdiri dari 95 anak menetap didalam asrama Panti Asuhan, sementara 35 anak diluar Panti.

“Yang diluar panti sendiri karna ada yang sakit-sakit sehingga dibawah oleh keluarga mereka kemudian dibikin adat, nanti setelah sehat diantar kembali.

Dari 130 anak, untuk anak Asli Papua berjumlah kurang lebih 90 anak. Sebanyak 85 anak sedang menempuh sekolah di tingkat TK sebanyak lima anak, 77 anak SD, dua anak sedang menempuh pendidikan SMP dan 1 anak SMK. Sementara yang masih bayi berjumlah 4 anak.

“Anak-anak bayi itu ada yang karena dibuang oleh orang tuanya, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu penemuan bayi, nah bayi itu kami rawat, tapi saat ini sementara dirawat di RSUD, ada juga yang masih berusia dua bulan, satu tahun dan dua tahun,” jelasnya.

Di Panti Asuhan Santa Susana, usia yang paling besar adalah 15 tahun. Anak-anak yang bersekolah kelas 1 dan 2 SD, pihak Yayasan sementara membuka sekolah di lingkungan Panti Asuhan yang ruangannya masih sederhana menggunakan bangunan asrama lama. Sementara SD lainnya di SD terdekat, juga SMP, SMA hingga SMK.

Valda juga menjelaskan, saat ini Panti Asuhan Santa Susana juga sedang menampung anak-anak yang terkena imbas dari konflik bersenjata yang terjadi di beberapa daerah seperti di Intan Jaya dan lainnya.

“Ada yang antar, mereka dititipkan disini, mama (ketua yayasan) selalu terbuka untuk menerima siapa saja, karena ia sangat peduli dengan anak-anak,” katanya.

Suasana berdoa bersama di Panti Asuhan Santa Susana. (Foto: Edwin/Sasagupapua)

Saat ini, karena kekurangan anggaran, beberapa mama-mama pengasuh terpaksa diberhentikan sementara.

Dengan kehadiran Epo dan rombongan, Valda mengatakan pihaknya sangat bahagia.

Menurutnya, Epo dan rekan-rekannya menjadi sosok yang inspiratif dan menjadi idola anak-anak Panti Asuhan, mereka selalu mendengarkan lagu-lagu yang dibawakan oleh Epo dan teman-teman.

“Anak-anak disini mereka sangat mengidolakan Kaka epo,” katanya.

Menurutnya dengan hadirnya Musisi seperti Epo bisa memberikan semangat dan motivasi bagi anak-anak.

“Dengan hadirnya Kaka Epo disini menjadi motivasi untuk mereka (anak-anak) bahwa sekolah besar dan tinggi-tinggi itu boleh, tapi lewat hobby menyanyi juga mereka bisa menjadi musisi mandiri dan menghasilkan uang sendiri, dan bisa menjadi inspiratif bagi banyak orang seperti Kaka Epo,” katanya.

Ia berharap anak-anak yang dibina di Santa Susana dapat berhasil.

“Mereka dari sini juga butuh sodara-sodara sekalian di luar sana. Kehadiran Kaka epo menjadi motivasi sendiri dari mereka untuk bisa sukses. Karna anak-anak disini semua bukan hanya milik kami atau keluarga mereka, tapi anak-anak ini milik dunia,” pungkasnya.

Panti Asuhan Santa Susana Menurut Epo

Epo D’Fenomeno mengatakan, menurutnya datang ke tempat seperti Panti Asuhan Santa Susana, Asrama-asrama pendidikan sama seperti melihat kembali ke diri sendiri.

“Kitong ini musisi yang presentasi musisi jalanan, tapi tong (kita-red) merasa paling susah sekali dengan perjuangan orang tua. Tapi saat datang kesini tong lihat adik-adik ini memberikan kitong pelajaran yang lebih besar sekali,” katanya.

Dimana, anak-anak kata Epo masih hidup dengan aturan yang ada didalam Panti, memelihara mimpi mereka dengan keterbatasan.

“Sangat-sangat terbatas, tanpa orang tua, yatim piatu, tapi dong (mereka-red) masih tetap berjuang untuk semangat sekolah. Disini dong kasi pelajaran penting untuk saya pribadi bahwa ketika kitong mengeluh itu ternyata ada yang lebih kurang beruntung dari kitong. Sebagai orang Kristen yang baik, saya berfikir betapa pentingnya mengucap syukur dalam segala hal,” ujarnya.

Baginya, anak-anak di Panti Asuhan Santa Susana sangat memberikan refleksi yang besar bagi dirinya dan semua rekan-rekan yang ikut berkunjung ke Panti yang didirikan pada 2018 lalu.

“Makanya tadi saya bilang ke dorang (mereka-red), Kaka disini orang Papua sama seperti kam (kamu-red), kitong punya hak yang sama untuk memimpin kitong pu tanah sendiri, jadi kam punya hak untuk bermimpi yang besar untuk kam pu tanah. Harus rajin sekolah, dan tidak ada yang tidak mungkin, dari sini kita akan lihat orang-orang besar lahir dari sini,” ungkapnya.

Epo D’fenomeno rekan-rekan ketika membagikan makanan untuk disantap bersama. (Foto: Edwin/Sasagupapua)

Epo mengaku awalnya ia hanya mengetahui Panti Asuhan yang spesifikasinya adalah terdiri dari anak-anak yatim piatu ternyata usai ia berkunjung, ia menemukan fakta bahwa anak-anak yang dititipkan di Panti Asuhan tersebut karna mengalami bias dari konflik bersenjata dari Intan Jaya dan beberapa daerah konflik lainnya.

“Jadi menurut saya ini hal yang khususnya pemangku kebijakan di Tanah Papua, dong harus lihat, kitong harus bilang ke siapa lagi. Karna yang punya kapasitas untuk mendatangkan uang, melobi uang dan lain-lainnya adalah kitong pu orang-orang tua diatas (pemangku jabatan),” jelasnya.

Menurutnya, ketika hal seperti ini (anak-anak terkena dampak konflik) malah menjadi tanggung jawab untuk pengelola-pengelola panti.

“Yah itu memang sesuatu yang sifatnya sosial, tapi apakah solusi ini hanya datang dari pengelola panti, pengelola asrama, tapi tidak disediakan oleh kitong pu orang-orang besar ini. Kitong bisa apa, kitong bisa membantu dengan apa yang kitong bisa, tapi selanjutnya kitong bicara tentang infrastruktur untuk menampung anak-anak ini untuk memberikan solusi, itu adalah tugas negara. Saya baru tahu, dan saya sangat salut sekali untuk Panti Susana,” ungkapnya.

Bahkan, tak hanya anak-anak, Panti Asuhan Santa Susana juga ternyata kata Epo bukan hanya anak-anak yang tinggal di Panti saja yang ditanggung atau dipertanggungjawabkan oleh panti tersebut namun ada janda-janda yang ada di Timika, juga mereka sediakan jatah makan, dan lainnya.

“Saya harap bukan hanya pemangku kebijakan saja, tapi juga anak-anak kreatif disini, karna kita bertukar itu bukan hanya makanan dan uang, tetapi kitong bisa tukar spirit, kitong bisa tukar kualitas kreatifitas, skill-skill apa yang tong bisa bagikan. Mungkin tiap Minggu ada di garap disini. Saya tadi tanya, ada 6 panti di Timika, dengan status kota transit perusahaan besar disini, ada namanya panti dan keadaannya masih seperti ini, menurut saya ini sangat konyol,” pungkasnya.

Berikan Komentar
Exit mobile version