SASAGUPAPUA.COM, Papua Tengah – Sebuah gebrakan budaya yang menancapkan identitas baru bagi Provinsi Papua Tengah tercipta dalam Peringatan Hari Noken Sedunia, Kamis (4/12/2025) di Eks Bandara Lama Nabire.
Dalam acara tersebut resmi diperkenalkan dan dideklarasikan Tarian ODIYAI, sebuah tarian yang baru pertama kali disaksikan publik, sebagai Signature Dance atau Tarian Khas Provinsi Papua Tengah.
Momen puncak yang menarik perhatian ribuan pasang mata adalah pertunjukan perdana Tarian ODIYAI. Diawali oleh lantunan musik Kaido yang menyerupai suara burung, beberapa penari pria dan wanita memasuki arena dengan kostum unik beraneka warna—kuning, hitam, pink—yang dirancang menyerupai kibasan sayap burung.
Diiringi kelompok musik dan penyanyi, para penari ini menirukan gerak lincah dan keanggunan burung, layaknya balerina alam, mengikuti melodi khas Papua.
Filosofi di Balik Sayap ODIYAI: Simbol Raja Burung yang Tersembunyi
Ketua Dewan Kesenian Paniai, Anton Gobai, mengungkapkan deklarasi ini merupakan upaya strategis untuk menegaskan identitas budaya lokal yang berakar kuat dari wilayah Meepago (Nabire hingga Paniai). Tarian ini membawa filosofi yang mendalam dan belum banyak diketahui, bahkan oleh masyarakat Papua sendiri.

Penari saat membawakan tarian ODIYAI dalam momen Hari Noken Se-Dunia di Nabire, Kamis (4/12/2025). Foto: Kristin Rejang/sasagupapua.com
Anton Gobai menegaskan tarian ini bertujuan untuk memperkenalkan simbol kebanggaan lain selain Burung Cenderawasih ekor kuning yang selama ini mendominasi representasi Papua.
“Selama ini orang hanya mengenal Cenderawasih. Padahal di atas Cenderawasih, ada rajanya. Rajanya itu yang kalau di Meepago bahasa daerahnya adalah ODIYAI. Kalau bahasa latinnya Cenderawasih Parotia,” tegas Anton Gobai.
Parotia atau Kijo adalah genus burung cenderawasih endemik Papua. Burung jantan dicirikan dengan enam bulu kawat yang ujungnya oval kecil di kepala, kerah leher hitam yang dapat mengembang, serta warna kepala yang mengkilat.
Burung ODIYAI jantan terkenal karena tarian menyerupai balerina dan kebiasaannya membersihkan “panggung” sebelum memulai pertunjukan—sebuah simbol yang menurut Gobai, merefleksikan jati diri dan pola hidup masyarakat Meepago.
Patokan Jati Diri dan Target Nasional
Menurut Anton Gobai, ODIYAI adalah simbol yang lebih superior yang hanya ditemukan di daerah Meepago. Filosofi kehidupan sehari-hari masyarakat Meepago terinspirasi dari burung ini, bahkan unsur budaya penting seperti ‘waya’ juga berkaitan erat dengannya.
Tarian ODIYAI yang diiringi lagu dan alat musik yang dibawakan dalam momen hari noken ini dibawakan oleh Dewan Kesenian Paniai, Komite Tari. Deklarasi perdana ini mengusung beberapa target yakni
1. Menjadikan Tarian ODIYAI wajib diikuti dan dipentaskan oleh seluruh sanggar seni dan budaya di delapan kabupaten se-Papua Tengah.
2. Menampilkan Tarian ODIYAI dalam setiap acara resmi, penyambutan, atau festival budaya di Provinsi Papua Tengah.
“Ini memang sudah ditargetkan dari Pemerintah Provinsi untuk menjadikan Tarian ODIYAI sebagai tari khas Papua Tengah,” imbuh Anton Gobai.
Harapannya, langkah ini tidak hanya memperkuat identitas budaya regional, tetapi juga memastikan bahwa generasi muda Papua Tengah mengenal warisan budaya mereka sendiri yang unik dan luhur.






