Site icon sasagupapua.com

Pastor Amandus: Senjata Tidak Menghasilkan Damai, Dialog Tidak Mahal

Pastor Amandus Rahadat, Pr saat membawa kotbah, Minggu (18/5/2025). (Foto: Capture Video YouTube Multimedia Tiga Raja)

SASAGUPAPUA.COM, TIMIKA – Pastor Paroki Katedral Tiga Raja, Timika, Papua Tengah, Amandus Rahadat, Pr menyampaikan seruan mendalam ketika ia membawakan homili dalam misa Minggu Paskah ke V, Minggu (18/5/2025) di Gereja Katedral Tiga Raja, Timika.

Dalam kotbahnya, ia menyampaikan melalui Injil Yohanes terkait dengan Yesus yang memberikan perintah baru kepada muridnya yakni Hendaklah kamu saling mengasihi, bukan sembarang mengasihi tetapi mengasihi seperti yang dibuat oleh Yesus.

Dimana kasih Yesus itu tidak bertepi, tidak berujung, tidak bersekat, kasih Yesus non diskriminatif, tidak pilih-pilih orang dan kasih yesus nampak dalam karya nyata, bukan teori yang hanya disampaikan di mimbar-mimbar gereja.

Dalam misa hari Minggu itu, bacaan yang direnungkan mengajarkan tentang kasih dimana dalam bacaan pertama melalui kisah para rasul, Paulus dan Barnabas menterjemahkan hukum kasih dengan berbuat sesuatu, mereka berjalan keliling untuk menyebarluaskan ajaran Yesus, memperkenalkan kepada banyak orang ini terjemahan Paulus dan Barnabas tentang perintah kasih.

Dan kasih semacam itu akan menghadirkan kondisi seperti terdapat dalam bacaan kitab Wahyu yaitu Allah akan menghapus air mata dari mata mereka dan maut tidak akan ada lagi, tidak akan ada lagi perkabungan, ratap tangis dan dukacita.

“Seperti selama ini umat kita di pedalaman mengalaminya,” ucapnya.

Ia mengingat kembali tanggal 14 Mei 2025 seorang imam yang merupakan putra asli Papua ditahbiskan menjadi uskup yaitu Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA.

Uskup Bernardus tampil dengan motto Ego Sum Ostium (Akulah Pintu)

“Ini kata-kata Yesus,ini pesan kasih yang beraroma damai melewati pintu itu kita akan saling bertemu,” katanya .

Sebelumnya dua tahun yang lalu tepatnya tanggal 2 Februari 2023, seorang imam juga merupakan Orang Asli Papua pertama yang dipercayakan sebagai uskup ditahbiskan di Jayapura dengan motto Ego Vobiscum Sum (Bersama Kalian Saya Hadir).

“Ini kata-kata Yesus dan lagi-lagi tersirat pesan kasih yang beraroma dan berwarna damai,” katanya.

Begitupun sambutan perdana dari Paus Leo IV yang menyerukan perdamaian.

Pastor Amandus mengatakan memahami isi bacaan kitab suci yang juga sarat dengan pesan kasih dan damai, mengkritisi kondisi di lapangan dua keuskupan ini , keuskupan Jayapura dan Timika.

“Sadar atau tidak umat sekalian, ada warga umat kita yang hidup dalam kondisi tidak damai, selalu ada konflik Yahukimo itu keuskupan Jayapura, Intan Jaya itu keuskupan Timika, dan setiap kali kita mendengar ada anggota TNI Polri yang tewas, kadang ada anggota TPN/OPM yang tewas dan yang paling menyedihkan ada anggota masyarakat sipil yang tidak berdosa juga tewas, mereka bukan binatang, mereka manusia yang membutuhkan kasih dan damai,” Ungkapnya.

Senjata Bukan Solusi Untuk Perdamaian

Berangkat dari suasana ini, kata Pastor Amandus ada pesan untuk semua pihak pada hari Minggu ke-V Paskah ini.

Pesan pertama adalah tolak prinsip keliru bahwa perang membawa damai. Pastor Amandus mengatakan ada sebuah motto kuno bangsa Romawi Si vis pacem, para bellum (Jika kau mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah menghadapi perang).

“Ini salah. Gereja katolik tidak menerima prinsip ini, Si vis pacem, para bellum, ingat dalam setiap perang menang jadi arang, kalah jadi debu, senjata bukan solusi untuk menciptakan perdamaian ini keliru dan ini gereja katolik mengatakannya,” katanya.

Pastor Amandus mengatakan sebanyak apapun senjata yang dimiliki TNI/Polri, seberapa banyak senjata yang dimiliki TPN/OPM harus diingat senjata tidak menghasilkan damai.

Menurutnya, senjata memusnahkan kasih ini pendapat gereja katolik. Korban kematian meninggalkan luka yang sangat mendalam bagi keluarga-keluarga yang ditinggalkan.

“Hei, tentara polisi yang mati itu dia punya anak istri ada disana, luka, luka, TPM/OPM yang mati, mereka juga punya keluarga dan kematian itu menghadirkan luka apa lagi warga sipil yang tidak berdosa  yang kena entah peluru nyasar atau sengaja di tembak mereka punya keluarga-keluarga yang sakit di hati karna ada korban,” ujarnya.

“Pertanyaan dari Gereja Katedral pagi ini untuk bangsa dan negara ini, tidak ada cara yang lebih berbudaya dari pada cara bar-bar yang dipertontonkan selama ini ? Negara harus Jawab, tentara polisi harus jawab, TPN/OPM harus jawab, ini pertanyaan dari masyarakat sipil,” lanjutnya.

Damai Ber-aroma Kasih

Pesan kedua adalah damai yang beraroma kasih hanya diperoleh lewat dialog. Pastor Amandus mengungkapkan, dialog itu tidak mahal, tidak semahal senjata senjata yang didistribusi dan diperjual belikan.

“Dialog tidak semahal itu, dialog itu hanya membutuhkan keterbukaan hati, keterbukaan pikiran, untuk duduk dan bicara,” ucapnya.

Seruan yang disampaikan adalah dialog.

“Maka seruan kepada kita semua, petinggi-petinggi negara ini, petinggi TPN OPM, petinggi TNI Polri, ayolah berdialog lah, negara yang mengirimkan pasukan ke daerah daerah konflik berdialog lah, TPN/OPM yang punya aspirasi mari kita duduk dan berdialog,” ujarnya.

Menurutnya dialog itu tidak mahal, terapi yang mahal itu hanya gengsi, gengsi bahwa kalau berdialog nanti dianggap kalah. “itu pikiran bodok. Nyawa anak anak bangsa ini telalu mahal untuk digadai, negara tidak boleh mengorbankan prajurit yang berjuang hanya karna tidak ada dialog,” ujarnya.

Ia meminta agar negara jangan lagi menambah daftar nama mama-mana janda karena suaminya mati di daerah konflik. Negara juga jangan lagi menambah daftar nama-nama yatim, anak anak yatim karena bapakna gugur di daerah konflik.

“TPN/OPM itu bukan musuh negara, bukan juga teroris seperti yang dikatakan oleh salah satu petinggi negara ini , mereka adalah rakyat yang protes karena saluran dialog tersumbat. Tau itu ? Sadar itu ? Mereka adalah rakyat yang punya aspirasi yang membutuhkan solusi. Ayo, gereja katedral timika menyerukan mari berdialoglah,” serunya.

Pesan ketiga ia tujukan kepada seluruh umat, para imam dan dua uskup dari Jayapura dan Timika agar menerjemahkan motto dua uskup Orang Asli Papua dalam aksi konkret dan nyata sehingga motto tersebut tidak tinggal terpampang tanpa makna hanya slogan.

“Ayo umat keuskupan Jayapura, imam imam keuskupan Jayapura terjemahkan motto Uskupmu , hadir bersama mereka yang butuh uluran tangan kasih , khususnya mereka yang menderita di daerah rawan konflik semisal di Yahukimo , itulah ungkapan kasih yang membawa damai,” serunya.

“Ayo umat keuskupan Timika, imam imam keuskupan Timika, terjemahkan motto Uskupmu hadir bersama mereka yang membutuhkan uluran tangan kasih, khususnya mereka yang menderita di daerah rawan konflik semisal di daerah Intan Jaya. Saya sedih mendengar cerita pastor-pastor yang ada di Intan Jaya,” ungkapnya

Pesan terakhir adalah, ia mengapa dua uskup Orang Asli Papua yakni Mgr. Yanuarius Theofilius Matopai You, dan Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA.

“Saya memang imam, tapi saya senior anda berdua dan hari ini dari hati yang paling dalam, saya menyapa anda berdua kuat-kuatlah mengemban tugas rasuli,” pesannya.

Ia meminta agar dua uskup OAP ini harus hadir bersama umat seperti Yesus Menebarkan kasih dan damai.

Pastor Amandus juga memberikan semangat bahwa kedua uskup bukan lagi imam, akan tetapi mereka masuk dalam Kolegium episcoporum.

“Itu tingkat dunia maka bunyi di Yahukimo, bunyi Jayapura, bunyi Jakarta, bunyi di Roma. Uskup Timika, bunyi di Intan Jaya, bunyi di Timika, bunyi di Jakarta, bunyi di roma. Posisi anda sangat strategis hantarlah kami umatmu untuk menikmati cinta yang haru ini diperintahkan Yesus dengan cara damai. Itulah cara gereja katolik. Tuhan memberkati dua uskup kita, tuhan memberkati seluruh umat yang berkehendak baik, Amin,” tutupnya.

Berikan Komentar
Exit mobile version