Nelson Wanimbo, seorang anak muda dari Wamena kini semakin dikenal oleh banyak orang karena kegigihannya dalam mengembangkan usaha roti bakar di Jayapura.
Malam itu, di Perumnas 1 Waena, Jayapura, Nelson Wanimbo terlihat lihai memegang spatula lalu membolak-balikan roti bakar yang dijual dengan menggunakan sebuah gerobak yang berwarna orange dengan tulisan Rot-Bar Kompak berdiri di depan sebuah toko milik pedagang non Papua.
Dengan style khasnya memakai topi, mengenakan baju berwarna hijau tua dilengkapi celemek Nelson didampingi dua putra Papua yakni Melkianus Passe dan Ferdinand Ady terlihat sibuk melayani para pembeli.
Sasagupapua.com yang saat itu disuguhkan roti rasa kacang coklat sembari duduk di kursi yang sudah disediakan khusus bagi pelanggan yang ingin menikmati roti bakar di tempat.
Senyuman, keramahan dan sopan santun membuat ia semakin disukai oleh para pelanggan karena ada rasa nyaman.
Nelson Wanimbo saat melayani para pembeli Foto: Sasagupapua
Nelson Wanimbo menyelesaikan kuliahnya di Universitas Pancasila, Jurusan Teknik Elektro di Jakarta.
Usai kuliah, Nelson kembali ke Papua tepatnya di Jayapura. Nelson saat itu merasa jenuh karena tidak memiliki aktivitas pekerjaan.
Pria berusia 29 tahun ini akhirnya mencari-cari peluang di dunia usaha. Bahkan sempat memiliki ide untuk berjualan nasi kuning.
“Pernah mau jual nasi kuning tapi kalau nasi kuning kan waktu, terus tenaga juga untuk memasak,” kata Nelson.
Nelson lalu mencoba mencari peluang yang lain. Nelson lalu memilih berjalan sore untuk mencari inspirasi usaha apa yang cocok untuknya.
Saat itu, mata Nelson tertuju pada salah satu usaha yang menurutnya mudah untuk dilakukan.
“Wah ada orang jual roti bakar, sepertinya gampang itu,” ujarnya.
Ia lalu mendekati gerobak roti bakar, disana terlihat seorang pedagang sementara membakar roti pesanan pelanggan.
“Saya mencoba dekati abang itu, lalu sa tanya harga gerobak, terus rotinya ambil dimana, pokonya semua sa tanya,” kata Nelson.
Ternyata pedagang roti bakar tersebut juga berprofesi sebagai seorang guru dimana pada pagi hari ia mengajar sementara malam hari ia menjual roti bakar di pinggir Jalan Kehiran, Sentani.
“Orang ini (pedagang roti-red) sangat menginspirasi saya, dia sudah jadi guru tapi dia juga berjualan roti malam hari,” katanya.
Karena penasaran, Nelson mulai terus mendekati pedagang tersebut. Tidak terasa waktu berjalan sekitar dua bulan rutin, Nelson tanpa capai setiap sore menemani pedagang roti hingga selesai jualan.
“Sampai dia selesai jualan, menyimpan saya juga bantu dia menyimpan baru pulang,” ujarnya.
Pedagang yang juga guru tersebut melihat kegigihan dari Nelson yang sangat terlihat akhirnya ia memberikan kesempatan untuk Nelson memegang spatula, mengajarkan Nelson membakar roti dan meracik dengan berbagai rasa.
Setelah belajar banyak dari pedagang tersebut, Nelson akhirnya merasa sudah bisa untuk mandiri, dengan dukungan dari pedagang itu, Nelson lalu pamit.
“Saya pamit sama pak guru itu, saya bilang pak guru terimakasih untuk semuanya, saya permisi lagi, saya mau coba cari gerobak sendiri,” ujarnya.
Nelson tidak langsung bisa memiliki gerobak. Masih membutuhkan perjuangan yang panjang untuk memperoleh gerobak sendiri serta bahan lainnya seperti alat panggang, spatula tentu membutuhkan modal besar.
Nelson akhirnya menggadai Hp miliknya demi mendapatkan satu gerobak. Sejak akhir tahun 2020 hingga April 2021, Nelson berjuang untuk mendapatkan satu gerobak dengan cara mencicil.
Target dari Nelson adalah tahun 2021 usaha roti harus sudah bisa berjalan karena mengejar Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021 yang dilaksanakan di daerah Jayapura.
Sayangnya, hingga April 2021, Nelson hanya memiliki gerobak tanpa perlengkapan lainnya, karena faktor kekurangan dana.
“Saya tidak mau menyerah, akhirnya saya mulai coba cicil-cicil lagi untuk kasih lengkap, memang butuh waktu lama sekali, tapi sa bersyukur karena teman-teman banyak mereka support satu dua peralatan,” ujarnya.
Untuk mengumpulkan peralatan saja, Nelson habiskan waktu 10 bulan. Akibatnya impian untuk berjualan saat PON tidak tercapai.
“Pas barang su terkumpul, PON juga selesai, sa sempat kecewa tapi sa yakin maksud Tuhan selalu baik,” kata Nelson.
Nelson memang tidak pernah pantang menyerah, ia lalu memberanikan diri pada bulan Oktober 2021 membuka usaha roti bakar perdananya di Jalan Pos 7, Sentani.
Satu tahun berjalan, usaha Nelson semakin berkembang, ia lalu membuka satu cabang lagi di Perumnas 1 Waena hingga kini masih terus berkembang.
Tantangan selalu ada, di Pos 7 ia harus menghadapi situasi banyaknya orang mabuk, kemudian sepinya pelanggan. Akhirnya terpaksa ia tutup usaha pertamanya itu.
Namun kini, ia juga sudah membuka cabang baru di Perumnas 3 Waena. Sehingga kini ia memiliki dua usaha roti bakar.
Anak dari Alm.Drs Robert Wanimbo dan Almh.Detty Gombo ini juga membuka diri bagi siapa saja anak Papua yang ingin belajar membuat roti bakar. Terbukti kini banyak anak Papua yang sudah mulai lihai dalam membuat roti bakar.
Gerobak Rot-Bar Kompak Milik Nelson Wanimbo Foto: Sasagupapua
Hingga kini, Nelson memberikan kepercayaan bagi beberapa teman-teman asli Papua yang mengelola jualan di Perumnas 3 Waena.
“Yang di perumnas 3 baru berjalan hasilnya nanti kami taget kasih keluar satu gerobak lagi. Rencananya di Expo,” ungkapnya.
Nelson sangat menekuni usahanya, bahkan ia menargetkan dalam tahun ini bisa menambah 5 gerobak.
“Puji Tuhan, sudah 11 orang ade-ade yang saya ajar mereka sudah jago bakar roti semua, memang kami kewalahan di gerobak, jadi saya bilang ade-ade yang penting kalian sudah tau cara buat, terus nanti dari gerobak yang sudah ada pemasukan dari situ kita putar baru kasih keluar gerobak tambah lagi,” ungkapnya.
Tak hanya itu, hasil dari berbagi ilmu, Nelson juga sudah memberikan virus semangat kepada rekan-rekan OAP lainnya dimana ada dua roti bakar yang dibuka oleh anak OAP di Wamena juga di Sentani dengan brand sendiri hasil dari berbagi ilmu.
“Karena kami punya motto itu diberkati untuk memberkati. Jadi saya selalu percaya sukses itu ketika kitong bisa berguna bagi orang lain dan berguna bagi orang lain. Sejauh ini di Wamena sudah dua cabang, mereka sudah buka dan di Sentani ada juga yang sudah buka dengan dong pu brand sendiri,” ungkapnya.
Diusia yang masih cukup muda, Nelson merasa perlu terus mengembangkan dan banyak hal yang masih ingin dicapai.
Kedepannya Nelson ingin memiliki pabrik roti sendiri agar bisa memproduksi roti sendiri.
“Supaya bisa ajak teman-teman dan adik-adik yang nganggur untuk sama-sama kerja. Jadi setidaknya perhari mereka ada seribu dua ribulah,” ujarnya.
Saat ini, dalam semalam, dua tempat usaha milik Nelson bisa menghabiskan 100 buah roti.
Usahanya dibuka mulai pukul 18.00-23.00 WIT. Nelson menjual roti bakar dengan berbagai rasa yang dibanderol dengan harga Rp20-35 ribu tergantung rasa yang dipesan.
Dalam perjalanan pengalamannya, Nelson juga memberikan pesan untuk teman-teman muda Papua yang baru berjuang untuk bisa menjadi berkat bagi orang lain.
“Mari kitong gunakan masa muda yang ada ni untuk menjadi berkat buat orang lain. So apapun yang kitong lakukan hari ini yang menentukan masa depan, jadi kalau hari ini main-main, maka masa depan juga demikian, yang penting jangan pernah gengsi untuk belajar dari nol,” ungkapnya.
Karena kata Nelson, melalui proseslah kita dibentuk. Ia berharap semua anak muda harus bisa tekun dan setia dengan perkara kecil dan percaya bahwa dengan begitu, Tuhan akan memberikan tanggung jawab yang besar lagi.
“Oleh karena itu teman-teman jangan pernah gengsi turunkan ko punya gengsi tingkatkan ko punya potensi,” serunya.
Jika ada yang mau terjun ke dunia bisnis, menurutnya selama ada kemauan jangan menunggu, harus semangat.
“Jangan tunggu-tunggu, yang penting semangat ketika kitong punya semangat itu kualitas utama para pejuang. Jadi dengan adanya semangat, uang atau apapun itu dia akan datang dengan sendirinya jadi teman-teman kalau sudah punya ide terjun ke dunia usaha, gaspol jangan rem-rem,” pungkasnya. (Red)