Site icon sasagupapua.com

Si Ipar Bangkitkan Semangat Anak Asli Papua yang Putus Sekolah

Binmas Noken, Polisi Baik, Si Ipar

Briptu Nixon Mehue saat mengajar anak-anak dalam program Si Ipar. Foto: Kristin Rejang-Sasagupapua.com

SIANG itu, Senin 12 Juni 2023, matahari sepertinya malu untuk menampakan sinarnya di langit Kota Timika. 

Saat itu, terlihat puluhan anak-anak memenuhi halaman rumah seorang warga di Satuan Pemukiman (SP) 4, Kampung Wonosari Jaya, Distrik Wania, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.

Mereka seperti sedang menunggu kedatangan orang yang paling dicintai.

“Cepat-cepat mereka sudah datang,” begitu teriakan yang bersemangat dari seorang anak asli Papua saat memanggil teman-temannya ketika melihat sebuah mobil hitam bertuliskan Binmas Noken, bergerak dari arah jalan utama menuju ke lorong jalur dua SP 4 tersebut.

Mobil itu berhenti tepat di lokasi berkumpulnya anak-anak. Tampak tiga orang pria berseragam Polri turun dari mobil, disusul beberapa anak Papua.

“Maaf om dong (kami-red) agak lambat karena jemput teman-teman dari SP 1 jadi,” ujar salah seorang anggota Polri.

“Sekarang ayo kita siap-siap,” lanjutnya.

Mereka pun terlihat bekerja sama membentang terpal biru di tanah, lalu menyeka kotoran yang menempel di terpal itu.

Rupanya yang membuat anak-anak menunggu kedatangan tiga orang anggota polisi ini karena mereka mau mendapatkan ilmu lewat kegiatan belajar bersama. Diawali dengan berdoa, para anggota polisi tersebut mulai membagi puluhan anak-anak tersebut menjadi tiga kelompok mulai dari mereka yang belum mengenal huruf hingga yang sudah lancar membaca.

Meski hanya beralaskan terpal, anak-anak tampak bersemangat duduk membentuk tiga lingkaran.

Suasana saat anak-anak belajar bersama anggota polisi.
Foto: Kristin Rejang – Sasagupapua.com

 

Untuk yang belum mengenal huruf, diajarkan oleh Bripda Karmi Rombe, sementara yang sudah mengenal huruf namun belum lancar membaca, diajar oleh Briptu Nixon Mehue, kemudian Briptu Amin Sofi’e bertugas membantu anak-anak yang sudah lincah membaca.

Tiga polisi yang mengajar tersebut merupakan anggota yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Polri bernama ‘Binmas Noken’.

Satgas Binmas Noken, ini sementara menjalankan Operasi Rastra Samara Kasih (Rasaka) Cartenz Polda Papua tahun 2023 yang sudah dimulai sejak 3 Februari dan akan berakhir pada 31 Desember 2023 mendatang.

Dalam operasi ini, mereka menyematkan kegiatan sosialnya dengan sebutan Polisi Pi Ajar atau ‘Si Ipar’. Untuk kata Pi sendiri, diambil dari dialeg Papua yang berati Pergi.

Sejak Februari, Binmas Noken di Mimika sudah mulai melaksanakan kegiatan Ops Rasaka Cartenz tersebut.

Mereka menyisir anak-anak Papua khususnya Suku Amungme-Kamoro yang putus sekolah karena berbagai alasan.

Karena Bapak Polisi Saya Bisa Belajar Lagi

Belajar dibawah pohon rindang, sembari bercanda dan bermain merupakan hal yang menyenangkan bagi Serlin Jeklin Elas.

Seorang anak dari Suku Amungme ini mengaku sangat terbantu karena diajar oleh Polisi.

“Saya dulu sekolah di SD Peduli Papua tapi sekarang sudah tidak lagi karena susah uang, jadi putus sekolah pas kelas 4 SD, tidak sekolah sudah dua tahun,” katanya.

Serlin yang saat ini sudah berusia 12 tahun, mengingat masa dimana pertama kali polisi mengajaknya untuk belajar.

“Waktu itu sa (saya-red) ada bantu mama tanam-tanam di kebun SP 4, baru om polisi datang ajak, ayo belajar jadi sa langsung senang sekali, sa minta ijin mama baru sa gabung belajar,” cerita Serlin.

Serlin sempat merasa sedih karena sering melihat anak-anak yang berseragam, menenteng tas untuk ke sekolah.

“Saya sedih lihat teman lain pergi sekolah, tapi saya harus pergi ke kebun bantu mama dengan bapa,” kata Serlin.

Namun dengan kehadiran polisi, anak ke dua dari lima bersaudara ini mengaku senang karena bisa belajar lagi.

“Karena bapak polisi sa bisa belajar lagi, mereka kasih kami baju, tas, pensil, dan buku. Sa mau bilang polisi terimakasih banyak karena sudah ajar kami,” katanya.

Briptu Amin Sofi’e saat mengajar anak-anak. 
Foto: Kristin Rejang – Sasagupapua.com

 

Apa yang dialami oleh Serlin tidak jauh berbeda dari Fince Kameyau, pemilik suara lembut asal Suku Kamoro ini sudah mengikuti pembelajaran bersama dengan Binmas Noken sejak bulan Februari tahun 2023.

Fince sempat menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) di SP 1, namun tidak bisa melanjutkan ke jenjang SMP karena ikut dengan orang tua ke Kampung Kekwa, Distrik Mimika Tengah.

“Sa ikut orang tua ke kampung, kerja cari ikan, pas balik ke Timika, tidak lanjut sekolah lagi,” ujarnya.

Fince sekarang berusia 16 tahun, di usia ini, semangat belajarnya sangat tinggi, namun ia sempat merasa cita-citanya menjadi seorang perawat sepertinya sudah putus dijalan.

“Tapi saya senang karena ada polisi mau bantu ajar saya, terus mau kasih ikut kami sekolah paket untuk dapat ijazah. Itu yang saya bilang terimakasih banyak bapak polisi karena sudah mau ajar kami, kasih barang keperluan untuk kami, sudah baik sekali,” pungkasnya.

30 Anak Papua yang Putus Sekolah Diajar Oleh Polisi

“Banyak anak-anak yang putus sekolah karena lem aibon,” begitu kata Briptu Nixon Mehue ketika diwawancarai Sasagupapua.com usai mengajar anak-anak.

Briptu Nixon menjelaskan sudah 30 anak putus sekolah terdiri dari 10 anak Amungme dan 20 orang anak Kamoro yang tersebar di Kelurahan Kamoro Jaya, SP 1 dan Kampung Wonosari Jaya SP 4.

Anak-anak ini berusia 8 hingga 21 tahun yang putus sekolah sejak SD, SMP bahkan tidak menyelesaikan jenjang SMA.

“Kemungkinan nanti ada penambahan, karena kami masih terus mencari anak-anak yang putus sekolah, tidak hanya Amungme-Kamoro tapi kedepan kami mencoba menjangkau semua anak Papua di seluruh Mimika,” katanya.

“Sekarang juga ada anak dari suku Asmat yang kami temukan di Mapurujaya nanti kami akan coba menjangkau juga anak-anak yang ada di Kampung Pomako,” lanjutnya.

Briptu Nixon mengatakan pertama kali menjangkau anak putus sekolah bukanlah hal yang mudah.

Pasalnya, mereka harus dihadapkan dengan berbagai macam karakter anak.

Selain anak-anak yang terjerumus dengan ‘lem aibon’, ada pula yang mengikuti orang tua untuk bekerja mencari nafkah tanpa memikirkan cita-cita mereka.

“Kami rangkul mereka pelan-pelan, kasih nasihat supaya mereka tinggalkan kebiasaan lem aibon, lalu kami ajak untuk ikut belajar bersama,” Kata Polisi Asal Sentani, Papua ini.

Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan orang tua masing-masing anak, dan para orang tua mendukung program dari polisi tersebut.

“Jadi kami ajar mereka, bahwa mereka punya masa depan yang lebih penting dari segalanya. Tiap hari kami rangkul mereka dan ajak belajar kecuali hari Minggu,” ungkapnya.

Briptu Nixon mengungkapkan hingga saat ini, anak-anak yang sering memakai lem aibon, perlahan mulai meninggalkan kebiasaan tersebut karena setiap hari Ia bersama rekan-rekan dari Binmas Noken selalu datang dan mengajar.

Setiap hari para Anggota Binmas Noken ini harus menjemput anak-anak menggunakan kendaraan, karena harus dikumpulkan dalam satu lokasi.

“Memang transportasi terbatas, karena biasa jemput yang dari SP 1 ke SP 4 atau sebaliknya, tapi kami senang karena anak-anak sangat bersemangat,” ujarnya.

Bripda Karmi Rombe saat mengajar anak-anak.
Foto: Kristin Rejang – Sasagupapua.com

 

Dengan pendekatan yang tulus diberikan oleh para anggota polisi ini, membuat anak-anak terlihat dekat dan sangat menanti kehadiran mereka.

“Biasa anak-anak berpikir kalau polisi ini tugasnya hanya untuk menangkap orang yang melanggar hukum, sehingga kami ingin mereka bisa dekat dengan polisi dan menjadi sahabat kami untuk belajar menjadi anak-anak yang lebih baik,” ungkapnya.

Selain mengajar anak-anak, Briptu Nixon juga mengatakan pihaknya selalu memberikan pemahaman kepada orang tua bahwa masa depan anak merupakan hal yang terpenting.

“Apalagi dengan adanya pemekaran Provinsi Papua Tengah, kedepannya anak Amungme dan Kamoro juga punya peluang besar untuk menjadi pemimpin di negeri sendiri,” kata Briptu Nixon .

Meskipun Operasi Rasaka Cartenz ini hanya berlangsung hingga Desember, namun Briptu Nixon mengatakan pihaknya tidak berhenti sampai di bulan Desember saja namun akan terus berlanjut.

Bahkan data anak-anak putus sekolah tersebut telah dikirim ke Dinas Pendidikan. Dimana nantinya anak-anak tersebut akan diikutkan dalam kelas Paket A hingga C.

“Ini juga sudah diprogramkan oleh Kepala Operasi Rasaka Cartenz, juga Kasatgas Binmas Noken bahwa anak putus sekolah harus diberikan pembelajaran dan diusulkan ke dinas pendidikan untuk ikut paket,” katanya.

Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika juga akan membantu mendaftarkan anak-anak tersebut di salah satu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang ada di Mimika pada tahun depan.

Ia mengatakan pihak Kepolisian sangat mendukung anak Papua meraih cita-cita. Apalagi generasi asli Papua merupakan harapan untuk menjadi orang yang hebat.

Sehingga dengan adanya kegiatan yang sudah dibuat oleh Polda Papua ini, bisa membantu anak-anak untuk mengimbangi hal negatif di atas tanah Papua.

“Dengan hal ini kita mengajak dan mendukung agar mereka bisa sekolah, memiliki ijazah, dan menjadi pemimpin. Ini juga membantu meminimalisir dampak Kamtibmas yang selama ini bergejolak di Papua,” pungkasnya.

 

Penulis: Kristin Rejang

Berikan Komentar
Exit mobile version