SASAGUPAPUA.COM, TIMIKA – Ketua Aliansi Pemuda Kamoro (APK) Kabupaten Mimika, Rafael Taorekeyau menyoroti terkait slogan Mimika Rumah Kita.
Rafael mengatakan Tanah Papua adalah wilayah adat, didalam dalam wilayah adat, ada masyarakat adatnya, ada kehidupan masyarakat adat.
“Mereka (masyarakat adat) hidup dengan moto-moto adatnya yang sudah tertanam sejak turun temurun,” ucapnya.
Dikatakan mengenai slogan yang sudah digaungkan oleh Bupati dan Wakil Bupati, Johannes Rettob dan Emanuel Kemong di setiap kegiatan pemerintahan menimbulkan mispersepsi juga miskomunikasi bagi masyarakat Mimika khususnya Amungme dan Kamoro serta suku kekerabatan lainnya.
“Kenapa? Karena sudah sekitar dua puluhan tahun ini, masyarakat hidup dengan moto Eme Neme Yauware dan lagu Eme Neme Yauware,” ujarnya.
Ia menegaskan, masyarakat belum pernah menerima, bahkan memutuskan adanya slogan-slogan tertentu.
“Jika kita berbicara soal perbedaan antara moto dan slogan. Slogan ini kan musiman, bisa dihapus kapan saja, tetapi,didalam wilayah adat itu ada masyarakat adat yang berhak untuk menutuskan adat penambahan slogan dan tidaknya,” kata Rafael.
Karena itu kata dia akan pengaruhi kehidupan bermasyarakat Kabupaten Mimika.
Dengan demikian ia meminta agar pimpinan daerah duduk bersama-sama dengan masyarakat adat dan memastikan boleh atau tidak ada penambahan slogan.
“Jadi, duduk bersama-sama dulu,bicara baik-baik dulu, masyarakat terima atau tidaknya,itu nanti hasilnya pada saat kita duduk bersama. Kalau masyarakat adat menolak, ya sudah, terima saja tetapi kan visi-misi tetap berjalan,” jelasnya.
Menurut dia, perlu adanya kesepakatan dari masyarakat adat. Keputusan ini dinilai tidak menghargai masyarakat adat. Sebab masyarakat adat yang mempunyai hak.
Sehingga kata dia pihak yang berhak untuk duduk misalnya Lembaga Adat, tokoh masyarakat intelektual, tokoh pemuda, Tokoh perempuan dan perwakilan dari masyarakat nusantara.
“Kita duduk bersama dulu, kita diskusi bersama berkaitan dengan penambahan slogan. Karena sejauh ini, masyarakat hidup di Kabupaten Mimika itu belum ada yang namanya penambahan slogan. Nah tiba-tiba, begitu Bupati dan Wakil Bupati menduduki jabatan definitif, ini tiba-tiba munculah slogan Mimika rumah kita bersama,” katanya.
Selain itu, kata dia slogan Mimika Rumah Kita juga belum dibahas melalui DPR.
“Saya kira hal ini juga belum ada pembahasan juga bersama DPR kan soal penambahan slogan. Lalu tiba-tiba sudah digaungkan di mana-mana. Inilah pelanggaran terbesar kita, pimpinan daerah saat ini,” ucapnya.
Baginya Mimika memiliki masyarakat adat yang hidup dengan keistimewaan adatnya. Sehingga jika dari slogan Mimika Rumah Kita menurutnya bisa mempengaruhi pola hidup masyarakat.
“Masyarakat Nusantara yang datang di sini dan seolah-olah mendapat keistimewaan tersendiri, itu akan bergesekan dengan kehidupan masyarakat adat yang ada di atas Kabupaten Mimika ini,” ucapnya.
Tak hanya itu, Eme Neme Yauware bagi masyarakat adat merupakan motto yang sakral dan tidak boleh sembarang diganti.
“Misalnya di daerah lain, tidak pernah mereka ganti, karena itu sakral sekali secara turun temurun dan ketika itu dirubah atau ditambahkan itu akan bergesekan dengan masyarakat adat yang hidup di situ,” pungkasnya.
