Lingkungan · 28 Okt 2024 16:53 WIT

13 Komunitas di Jayapura Ikut Bersuara Dalam Momen Aksi Muda Jaga Iklim 2024


Suasana aksi anak muda di Jayapura serukan jaga iklim. (Foto: Muhammad Ikbal Asra) Perbesar

Suasana aksi anak muda di Jayapura serukan jaga iklim. (Foto: Muhammad Ikbal Asra)

SASAGUPAPUA.COM, TIMIKA- 65.000 orang muda dari seluruh Indonesia berpartisipasi dalam Aksi Muda Jaga Iklim (AMJI) 2024, yang digelar serentak di 1.285 lokasi pada 26 Oktober 2024.

Puncak aksi ini diadakan untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-96, mencerminkan semangat kolektif generasi muda yang tak hanya peduli, tetapi juga berkomitmen untuk menanggapi dampak perubahan iklim yang semakin mendesak dan merusak.

AMJI tahun ini mengundang 85 komunitas dan organisasi untuk berkolaborasi dalam melawan krisis iklim. Kegiatan yang dilaksanakan bervariasi, mulai dari penanaman 18.400 mangrove dan 24.245 pohon, hingga aksi bersih-bersih sampah, transplantasi 60 anakan terumbu karang, dan pelepasan 115 tukik.

Di Provinsi Papua, khususnya di Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, aksi ini menjadi sorotan. Sebanyak 13 komunitas melaksanakan kampanye kreatif yang menggabungkan kesenian dan edukasi lingkungan, termasuk fashion show daur ulang sampah, yang dilaksanakan di lokasi strategis seperti Car Free Day jalan Holtekamp, Taman Imbi, dan depan Kantor Gubernur.

Suasana kegiatan aksi muda jaga iklim. (Foto: Muhammad Ikbal Asra)

Ketua Eco Defender Jayapura, Simon Baru, menyampaikan bahwa aksi ini tidak hanya sekadar memperingati Sumpah Pemuda, tetapi juga sebagai respons terhadap kondisi bumi yang semakin memburuk. Ia mengungkapkan keprihatinan terhadap penurunan debit air di Kota Jayapura yang menunjukkan bahwa krisis lingkungan sudah di depan mata. “Kami ingin mengingatkan warga untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar dan menjaga keberlanjutan sumber daya alam yang ada,” katanya.

Simon menekankan bahwa isu persampahan merupakan ancaman utama di Kota dan Kabupaten Jayapura. Menurutnya, kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sampah telah menciptakan krisis yang berpotensi membahayakan kesehatan. “Sampah yang menumpuk dan tak terkelola dengan baik telah merusak lingkungan hidup, mencemari air dan laut, serta menjadi sumber penyakit. Ini bukan hanya masalah sepele, tetapi bom waktu yang siap meledak,” jelas Simon.

Dengan berfokus pada konteks politik yang sedang berlangsung, Simon juga mendesak calon kepala daerah di Pilkada Papua untuk berkomitmen melindungi hutan Papua dari ancaman deforestasi. “Kami mengajak masyarakat untuk memilih pemimpin yang pro-lingkungan dan peduli pada hak-hak masyarakat adat. Hutan Papua merupakan kekayaan yang harus kita lindungi bersama,” tegasnya.

Dalam menghadapi tantangan ini, Simon menantang generasi muda untuk bangkit dan menjadi suara perubahan.

Ia mengingatkan bahwa masa depan Kota Jayapura sangat bergantung pada keberanian mereka untuk menyentuh isu-isu yang selama ini terabaikan. “Anak muda harus menjadi ujung tombak perubahan, berani mendorong tindakan nyata dan melawan kebiasaan yang merusak,” katanya dengan tegas.

Laporan UNICEF 2021 menyoroti bahwa anak-anak di Indonesia adalah salah satu kelompok yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Anak muda di Jayapura bersuara untuk lingkungan ada yang menggunakan topeng, ada yang menggunakan pakaian hasil daur ulang. (Foto: Muhammad Ikbal Asra)

Paparan terhadap bencana, polusi, dan ketidakstabilan iklim semakin memperburuk kondisi hidup dan kesehatan mereka. Hal ini menunjukkan betapa mendesaknya tindakan nyata untuk melindungi generasi muda dari dampak krisis iklim yang semakin parah.

Maria Numberi dari Papua Ocean menambahkan bahwa partisipasi banyak komunitas dalam AMJI menunjukkan komitmen bersama untuk mengkampanyekan isu-isu lingkungan yang krusial.

Dia menekankan pemilihan lokasi aksi yang strategis sebagai cara untuk menjangkau masyarakat secara efektif.

“Kota Jayapura harus sadar akan bahaya pencemaran sampah plastik. Ketika sampah dibuang ke laut, dampaknya tak hanya merusak ekosistem, tetapi juga kesehatan manusia,” ujarnya.

AMJI 2024 akan berlanjut hingga akhir bulan ini dengan serangkaian kegiatan, termasuk Parade Monster Plastik di lima kota besar—Jakarta, Pontianak, Makassar, Ambon, dan Sorong. Parade ini menjadi simbol ancaman limbah plastik sekali pakai dan bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya yang ditimbulkan oleh sampah plastik. Dengan harapan dan tekad, aksi-aksi ini diharapkan dapat menggugah kesadaran kolektif untuk menjaga dan melestarikan lingkungan demi masa depan yang lebih baik.

 

 

Berikan Komentar
penulis : Red
Artikel ini telah dibaca 37 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Mahkamah Agung Tolak Kasasi Suku Awyu, Perjuangan Selamatkan Hutan Papua Kian Berat

6 November 2024 - 15:15 WIT

Solidaritas Merauke Unjuk Rasa di Depan Kantor Kementerian Pertanahan: Jangan Rampas Hak Hidup OAP

16 Oktober 2024 - 21:01 WIT

OPINI | Perampasan Lahan, Penghancuran Budaya : Proyek Tebu Merauke

5 Oktober 2024 - 20:09 WIT

Pemerhati Lingkungan Asli Kamoro: Pohon Tidak Boleh Dijadikan Media Kampanye

28 September 2024 - 19:41 WIT

Trending di Lingkungan