SASAGUPAPUA.COM, NABIRE – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah mulai berjalan di Kabupaten Nabire, Papua Tengah.
Dapur pertama diresmikan pada Kamis, 2 Oktober 2025 di SD Oyehe. Kemudian dapur kedua diresmikan lagi pada Kamis 9 Oktober 2025 bertempat di SMP Negeri 1 Nabire, Papua Tengah, dapur MBG di dua tempat ini dipercayakan kepada Yayasan DDI Bukit Cenderawasih Nabire.
Korwil Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kabupaten Nabire, Marsel Asyerem menjelaskan saat ini mereka baru mulai dua dapur dengan sasaran tiga sekolah di Nabire.
Hal ini berdasarkan revisi juknis terbaru dimana setiap dapur hanya bisa melayani 500 sampai 1000 penerima manfaat.
“Apakah nanti sekolah lain dilayani tentu akan dilayani semuanya tapi kita akan mengikuti tahapan,” jelasnya ketika diwawancarai usai peresmian Dapur MBG yang berlangsung di SMP Negeri 1 Nabire.
Dijelaskan alasan memulai dengan 500-1000 siswa karena sesuai dengan juknis harus membiasakan karyawan yang kerja didapur. Selain itu, mencegah terjadi kelangkaan pangan.
“Kalau sampai nanti langsung satu kali jalan 3000 bayangkan banyak sekolah yang kita layani langsung dan kemungkinan di Nabire akan terjadi kelangkaan pangan atau inflasi,” terangnya.
MBG di Nabire Diklaim Akan Memiliki Empat Manfaat
Kepala Regional MBG Papua Tengah, Nalen Situmorang menjelaskan ada empat poin yaitu dari segi kesehatan bisa menangani stunting.

Kepala Regional BGN Papua Tengah, Nalen Situmorang saat membagikan MBG secara simbolis kepada para siswa SMPN 1 Nabire, Kamis (9/10/2025). Foto: Kristin Rejang/Sasagupapua.com.
Berikutnya adalah menciptakan peningkatan ekonomi, selain itu program ini juga mampu menciptakan lapangan kerja dan mampu mengatasi pengangguran.
“Melalui ini kita pun akan merekrut karyawan-karyawan sehingga mengurangi pengangguran,” terangnya.
Dampak berikutnya adalah bidang pendidikan, mampu meningkatkan semangat belajar anak sekolah.
“Banyak anak sekolah yang datang ke sekolah belum makan, belum sarapan jadi saat belajar mereka lemas, lesu dengan adanya makan bergizi dapat meningkatkan semangat belajar anak sekolah, sehingga bisa menghasilkan generasi emas di Nabire,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Marsel Asyerem menjelaskan manfaat dari MBG memberikan multi efek dan saling menguntungkan.
Menurutnya melalui program MBG bisa memberikan efek pada masyarakat seperti meningkatkan perputaran ekonomi daerah.
“Misalnya datu dapur maksimal melayani 3000, kalau misalnya ada 10 dapur ada 30.000 jadi satu hari kita harus kasih makan 3 ribu orang,bahan pokoknya dapat dimana ? tentu di Nabire kita beli telur, sayur, ikan beras, ini yang dinamakan multi efek,” tuturnya.
Marsel mengatakan pihaknya akan menyampaikan. Kepada supplier di Kabupaten Nabire seperti CV maupun PT yang menjadi penadah bahan makanan atau sayuran, buah-buahan pangan lokal seperti keladi, dan ubi harus dibelanjakan dan dibawa ke dapur.
“Masyarakat Nabire bisa sejahtera mama-mama dorang su tra duduk lama lama lagi di pasar dengan dong pu keladi, sayur, nelayan juga tra pikir-pikir untuk mancing, karena dia mancing dia sudah punya pasar,” terangnya.

Korwil Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kabupaten Nabire, Marsel Asyerem. Foto: Kristin Rejang/sasagupapua.com
Selain itu terkait lapangan kerja baru, Marsel mengatakan satu dapur menyerap 47 tenaga kerja sehingga bisa menyerap tenaga kerja.
Berikutnya adalah mendorong pemanfaatan pangan lokal.
Anggaran Rp22 Ribu Satu Anak
Marsel Asyerem menjelaskan anggaran MBG untuk anak-anak di Nabire satu siswa Rp22 ribu per harinya.
Angka ini berdasarkan harga satuan tertinggi di daerah. “Jadi setiap wilayah mengikuti harga satuan sendiri yang ditargetkan oleh Bupati,” terangnya.
Di Nabire sudah ada 11 Dapur yang akan beroperasi. Dari 11 dapur sebanyak dua dapur sudah mulai beroperasi.

Daftar sebaran lokasi dapur MBG di Nabire. Sumber: tangkapan layar Videotron pada presentasi Korwil SPPG Wilayah Nabire, Marsel Asyerem di SMPN 1 Nabire, Kamis (9/10/2025). Foto: Kristin Rejang/Sasagupapua.com)
Kepala Regional MBG, Nalen Situmorang menyebut saat ini sudah terlayani sebanyak 1.400 siswa dari tiga sekolah yaitu TK Pertiwi, SD Oyehe, dan SMPN 1 Nabire.
“Untuk Nabire, setidaknya kita membutuhkan 18 dapur. Ini masih angka minimal, bisa lebih dari itu,” ujarnya.
Program MBG di Nabire dibagi dalam Tiga Zona
Distribusi MBG dibagi menjadi tiga zona yaitu Perkotaan, Pegunungan dan Kepulauan. Saat ini masih berjalan untuk di perkotaan.
Sementara untuk zona pegunungan dan kepulauan telah dipakai bersama dan dibuat sebuah juknis untuk dipedomani dan dilaksanakan program MBG di Daerah.
Korwil Satuan SPPG Kabupaten Nabire, Marsel Asyerem dalam laporannya menjelaskan untuk pegunungan dan kepulauan melaksanakan program MBG tersebut menggunakan Juknis Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) yang nantinya akan dibentuk titik-titik lokasi lalu dilaporkan ke Badan Gizi untuk dilakukan pemetaan dan membangun dapur-dapurnya di setiap titik yang ada di daerah pegunungan dan kepulauan.
“Jadi tidak dari kota tapi langsung dari kampung tersebut lalu pangannya juga diambil dari sana jadi masyarakat akan menikmati sagu, ikan dan lainnya disana,” kata Marsel.
Pastikan Higienis dan Pangan Lokal
Marsel Asyerem menjelaskan pihaknya menghadapi tantangan bagaimana masyarakat di kota Nabire secara khusus di Papua memahami program MBG.
“Jadi isu keracunan di medsos membuat mereka khawatir. Kami sampaikan bahwa itu bicara tentang higienitas dapur dan proses produksi pengolahan sampai dengan pengantaran sehingga kita pastikan fungsi pengawasan kita perkuat sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Tapi sejatinya kita memastikan bahwa kita berupaya maksimal agar tidak terjadi apa-apa,” ungkapnya.
Hari pertama siswa SMPN 1 Nabire diberikan menu Nasi, Ayam, sayur, tahu dan buah anggur, Marsel memastikan berikutnya akan memakai menu MBG akan mengangkat pangan lokal.
“Berikutnya kita akan pakai pangan lokal dimana kita akan pakai keladi, papeda, bia puni, dan menu menu lokal lainnya yang ada di Nabire sehingga proses mempersiapkan MBG ini bisa dapat berjalan dengan baik,” tuturnya.
Bahkan untuk lokasi yang wilayahnya semua Kristen bisa dengan daging babi.
Kepala Regional MBG, Nalen Situmorang juga mengingatkan pelayanan harus meningkatkan kebersihan dapur sehingga setiap dapur dari BGN harus menerapkan dan membuat sertifikat layak sanitasi, harus melakukan pengujian air dan yang harus membuat sertifikat halal.
Wakil Bupati Nabire, Burhanuddin Pawennari berharap kegiatan peresmian Dapur MBG tidak hanya menjadi seremonial saja namun betul dilaksanakan berkelanjutan dan konsisten dengan kolaborasi dari semua pihak.
“Pemerintah mendukung pelaksanaan program dan berharap dapat berkembang menjangkau lebih banyak kepada penerima manfaat dan menjadi contoh inspiratif bagi Papua Tengah,” ungkapnya.
Ia berpesan kepada pihak yang bertugas untuk memasak makanan harus betul-betul diawasi dengan baik.

Wakil Bupati Nabire, Burhanuddin Pawennari saat menyerahkan ompreng MBG di SMPN 1 Nabire, Kamis (9/10/2025). Foto: Kristin Rejang/Sasagupapua
“Dalam menjalankan MBG yang diprogramkan betul diawasi hindari hal yang tidak kita inginkan seperti yang terjadi di luar kabupaten Nabire,” pungkasnya.
Harus Pastikan Pangan Lokal dan Manfaat Untuk Pasar
Wakil Ketua VI DPRP Papua Tengah dari jalur pengangkatan, John NR Gobai mengatakan harus memastikan pangan MBG adalah pangan lokal dan dibeli dari pasar.
“Beli sayur mama-mama punya, ikan, keladi, pakai itu saja,” katanya.
Ia juga berpesan agar beri kepercayaan kepada sekolah atau pihak gereja misalnya.
“Sudahlah teman-teman coklat dan hijau jangan masuklah. Kasih ke gereja atau berjalan baik atau sekolah pasti sampai,” ungkapnya.
Lainnya adalah harus memastikan siapa yang memasak untuk anak-anak dimana semua harus dipastikan yang terbaik.
Menurutnya, program makan di sekolah bukan program yang baru seperti PMT-AS dulu di era Soeharto tahun 1990an.
“Itu bukan baru nggak keren juga, biasa saja cuman ganti nama saja itu,” katanya.

Wakil Ketua IV DPRP Papua Tengah Jalur Pengangkatan, John NR Gobai saat diwawancarai wartawan, Kamis (9/10/2025). Foto: Kristin Rejang/Sasagupapua.com
Sehingga untuk sekarang ini kata dia harus memastikan program ini menu makanannya adalah pangan lokal.
“Sore sore mama-mama punya sayur di pasar sore bisa habis di Kalibobo bisa habis,pasar karang bisa habis pemerintah harus jadi partner artinya dia menjadi tempat untuk MBG menjadi pasar bagi para petani, pedagang, nelayan yang menjual hasil buminya saya kira itu akan ikut pemberdayaan ekonomi rakyat,” pungkasnya.








