Umum · 16 Feb 2024 06:13 WIT

Cerita Pemilu dari Pinggiran Sungai Kabupaten Sarmi


Kepala Kampung Omte saat melakukan pencoblosan Perdana.  Foto: Sasagupapua.com Perbesar

Kepala Kampung Omte saat melakukan pencoblosan Perdana. Foto: Sasagupapua.com

TANGGAL 14 Februari 2024, pukul 09.30 wit hamparan hutan yang lebat mengiringi jurnalis Sasagupapua.com menggunakan kendaraan bermotor melintasi jalan menuju ke Kampung Omte, Distrik Tor Atas Kabupaten Sarmi. 

Butuh waktu dan tenaga untuk sampai di kampung yang perpenghuni sekitar 200 jiwa tersebut. Kampung Omte terletak di tengah hutan dan berada pinggiran sungai Tor, sungai dengan panjang kurang lebih 158 kilometer, sehingga perahu juga merupakan salah satu jenis transportasi yang bisa digunakan oleh masyarakat.

Capture Peta Perjalanan menuju Kampung OMTE

 

Perjalanan 20 kilometer dengan memakan waktu satu setengah jam tersebut perlu melewati jalan bebatuan yang menanjak dan terjal.

Tak sedikit perjalanan disuguhkan dengan kondisi jalan yang becek ketika kala itu hujan turun. Saat itu, hanya nampak dua kendaraan bermotor yang melintasi jalan dari arah berlawanan mengisyaratkan sepinya lalu lintas sepanjang jalan tersebut.

Sebelumnya, Jurnalis Sasagupapua.com melakukan perjalanan dari Kabupaten Jayapura ke Kabupaten Sarmi menggunakan kendaraan roda dua menghabiskan 8 jam perjalanan sembari melewati ratusan kampung.

Kabupaten Sarmi memiliki tujuh Distrik yangmana berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 terdapat 41.849 jumlah jiwa. Angka ini mengalami kenaikan dari 40.515 pada tahun 2019. Dalam proses pemilu, di Kabupaten Sarmi terdapat tiga dapil dengan jumlah 149 TPS dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 30.329 orang.

Kondisi Jalan Menuju Kampung OMTE.  Foto: sasagupapua

 

Memang untuk mencapai beberapa wilayah kampung yang berada di Kabupaten Sarmi membutuhkan waktu cukup lama dari pusat kota, seperti seperti Kampung Omte, Konderjan, Togonfo, Denander, juga Waaf dan lainnya.

Untuk mengakses salah satu wilayah kampung yang ada di Distrik Tor, dibutuhkan waktu satu setengah jam dari Kampung Holmafen untuk tiba di Kampung Omte yang saat itu memiliki dua Tempat Pemungutan Suara (TPS) salam pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) yang dilaksanakan Pemerintah Republik Indnesia (RI).

 

Suasana Pemilu

Sebuah tenda biru berukuran kecil, bertiang bambu terlihat mulai ramai dipenuhi oleh masyarakat Kampung Omte Distrik Tor yang memegang surat undangan untuk memberikan hak suara dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dan DPRD Kabupaten/kota.

TPS 01 OMTE.  Foto: Sasagupapua.com

 

Lokasi tersebut dijadikan Tempat Pemungutan Suara (TPS) 01 dengan empat bilik suara di kampung tersebut.

Meskipun jadwal resmi pembukaan waktu pencoblosan yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah pukul 07.00 wit namun saat itu di Kampung Omte pemungutan suara baru dilaksanakan sekitar pukul 10.25 wit setelah dibuka oleh Kepala Kampung, Omte Matias Syatan ditandai dengan pencoblosan lima warna surat suara perdana.

Masyarakat terlihat antusias mengikuti proses pemungutan suara saat itu. Tak jarang terlihat orang tua yang berusia lanjut juga anak-anak ikut hadir dalam proses tersebut.

Di Kampung Omte DPT berjumlah 190 dari 9.352 DPT yang ada di Distrik Tor dengan dua lokasi TPS yang terhitung satu TPS. Dimana TPS 01 berlokasi di Kampung Omte dengan jumlah 106 DPT, sementara TPS 02 berada di Kampung Weyen dengan 84 DPT.

Derek Fiang (Ketua PPS Kampung OMTE).  Foto:sasagupapua.com

 

Selama beberapa kali Pemilu kampung Weyen dan Omte dijadikan satu TPS, masyarakat dari Kampung Weyen datang untuk mencoblos. Namun tahun ini TPS antara dua kampung tersebut dipisahkan berdasarkan permintaan masyarakat. Meski terpisah namun tetap terhitung satu TPS.Para petugas TPS pun dibagi.

Ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kampung Omte, Derek Fiang menjelaskan seperti petugas PPS berjumlah tiga orang harusnya berada di satu TPS saja, namun harus dibagi menjadi dua.

“Supaya tidak merumitkan masyarakat karena jarak antara dua kampung ini sekitar 40 kilometer, ini sangat jauh. Sehingga kita bagi dua. Mengingat transportasi juga susah. Orang yang sudah tua tidak bisa datang kesini untuk mencoblos, kita mau jangkau supaya mereka semua bisa coblos juga agak susah karena jumlah PPS yang kurang,” jelasnya.

Tahun ini, wilayah Distrik TOR atas mengalami penambahan dua TPS yang sebelumnya hanya 8 TPS.

Panitia Pengawas (Panwas) tingkat Distrik Tor,Timotius Marya menjelaskan penambahan dua TPS tersebut berada di Kampung Omte dan Bora-bora yang termasuk dalam Wilayah Dapil II.Wilayah Dapil II di Distrik Tor terdapat 8 kampung yakni Bora-bora, Denander, Konderjan, Omte, Safromtane, Samanente, Togongfo, dan Waaf.

Timotius Marya (Panwas) Distrik Tor Atas. Foto:sasagupapua.com

 

”Kami pantau semua lokasi salah satunya di Omte ini karena ada dua TPS disini, aksesnya kami gunakan kendaraan bermotor untuk ke Omte, Konderjan,Safromtane, Togonfo dan Samanente sementara untuk akses ke Denander, Waaf, Bora-bora menggunakan perahu karena hanya itu alat transportasinya. Sejauh ini semua berjalan dengan lancar tanpa hambatan,” terangnya.

Panitia Pengawas Desa (PPD), Roni Timbwat yang merupakan kordinator wilayah Kampung Konderjan dan Omte menjelaskan proses pergeseran logistik hingga pencoblosan semua berjalan dengan aman dan lancar.

Roni Thimbwat (PPD) saat menjelaskan proses pemilu. Foto:sasagupapua.com

 

“Jadi tidak ada pleno tingkat kampung semua akan kita geser ke ibu kota Distrik baru dilakukan pleno tingkat distrik,” ungkapnya.

Pemilihan di Kampung Omte dikawal oleh aparat keamanan dari Polres Sarmi dan Koramil Kota Sarmi.

“Untuk situasinya aman terkendali, mulai dari pendistribusian semua aman. Petugas keamanan di TPS kampung Omte dari Koramil satu orang, dan saya sendiri d BKO-kan khusus disini,” kata Bripda Muhammad Fajri.

Bripda Muhammad Fajri saat menjaga keamanan di TPS 01 Kampung OMTE. Foto: sasagupapua.com

 

Kesulitan Membaca Untuk Tentukan Pilihan

Semangat masyarakat Kampung Omte untuk memilih terlihat jelas dari antusias masyarakat memenuhi lokasi TPS. Ketua PPS, Derek Fiang menyebut lebih dari 20 pemilih mengalami kesulitan karena tidak bisa membaca.

“Kebanyakan orang yang sudah tua yang tidak baca, jadi sebelum pencoblosan, kami jelaskan simulasi cara coblos supaya mereka mengerti,” terangnya.

Kepala Kampung Omte, Matias Syatan mengatakan pemilu kali ini tentu ada kesulitan bagi warganya yang tidak bisa membaca.

Kepala Kampung O

Kepala Kampung OMTE Matias Syatan. Foto: sasagupapua.com

 

“Jadi memang kesulitannya didalam bilik itu karena itu tidak ada gambar jadi. Cuman nomor-nomor saja. Tapi orang yang sudah paham tidak apa-apa, cuman saya punya masyarakat ini ada yang tidak tau baca. Terpaksa mereka tusuk takaruang (sembarang-red) karena mereka tidak tau pilihannya ada di partai dan nomor mana, kalau yang bisa baca pasti gampang saja,” ungkapnya.

Betifia mengungkapkan perasaan senang ketika bisa menjadi peserta pemilu, namun ia mengalami kesulitan kesulitannya saat berada di bilik suara. Hampir 20 menit Betifia harus menyelesaikan proses pencoblosan.

Masyarakat Kampung OMTE saat di TPS. Foto:sasagupapua.com

 

“Terlalu banyak surat suara sa (saya-red) sulit juga karena tidak tau baca, jadi jawab takaruang saja, yang penting sudah coblos,” ungkap wanita 40 tahun tersebut.

Namun, pemilih pemula seperti Levina mengaku tidak terlalu sulit meski banyak pilihan.Levina, pemilih pemula. Foto:sasagupapua.com

“Tahun 2019 saya belum bisa memilih, tahun ini baru pertama kali pilih. Saya sudah tau mana yang saya mau pilih jadi tidak terlalu sulit,” katanya.

 

Harapan Pelaksanaan Pemilu

Pemilu tahun 2024, masyarakat Sarmi menjadi penentu para pemimpin yang akan menyuarakan harapan masyarakat. Tidak hanya Pemilu, beberapa bulan lagi akan berlangsung Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

“Harapan saya pemilihan tahun ini dapat berjalan dengan baik, aman. Kami selaku penyelenggara juga terus berusaha memberikan yang terbaik kepada masyarakat,” kata Timotius Marya.

Masyarakat saat mengantri menunggu giliran pencoblosan. Foto:sasagupapua.com

 

Derek Fiang berharap kedepan,antara kampung Weyen dan Omte bisa terpisah TPS. Sehingga petugas PPS yang sebelumnya hanya tiga orang bisa berfokus di satu TPS saja yakni di Omte.

“Kalau sudah dua lokasi TPS mempermudah kami anggota PPS tidak lagi bertanggung jawab untuk dua lokasi. Ini juga bisa mempermudah masyarakat,” katanya.

 

Kampung Omte Belum Tersentuh Secara Utuh

Sebagai kepala kampung, Matias Syatan menjelaskan pihaknya selalu menginginkan pembangunan terjadi di Kampung Omte. Namun harapan itu belum terjawab meskipun ada anggota DPRD.

“Untuk jalan, kami selalu usulkan di Musrenbang kampung, bahkana da DPRD yang reses juga kita masukan tapi hanya sedikit yang diakomodir misalnya hanya diberikan beberapa rumah untuk warga,” katanya.

Anak-anak saat bermain di pinggiran sungai TOR yang melintas di kampung OMTE. Foto:sasagupapua.com

 

Matias mengaku, di Kampung Omte selama ini sudah terjadi pergantian kepala kampung sebanyak 4 kalu.

“Dari kapala kampung pertama, kedua, ketiga saya yang keempat tapi belum ada perubahan apalagi soal jalan,” ujarnya.

Menurutnya, jika jalan di Omte diperhatikan, otomatis pembangunan akan merata, penerangan juga ikut terdampak, pasalnya hingga kini Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak dirasakan oleh warga.

Jalan dalam Kampung OMTE. Foto:sasagupapua.com

 

“Kalau jalan bagus, pasti lampu juga akan nyala, karena masyarakat saat ini hanya gunakan pelita, kalau yang ada genset bisa rasa listrik,” katanya.

Kampung Omte juga jauh dari sentuhan akses pendidikan yang baik. Yangmana hanya terdapat satu Sekolah Dasar (SD) sementara jenjang lainnnya seperti SMP-SMA bahkan perguruan tinggi hanya bisa dirasakan di kota.

“Anak yang sekolah banyak. Mereka harus tinggal disana (kota)Tidak bisa pulang pergi karena akses susah. Kendaraan umum juga tidak ada sama sekali karena akses susah,” katanya.

Selain itu mengenai akses air bersih. Matias mengaku, masyarakat masih menggunakan sumber air hujan, air sungai juga air sumur.

Untuk itu ia berharap, suara yang diberikan masyarakat untuk calon pemimpin nanti bisa memperhatikan masyarakat kampung Omte.

“Kalau ada yang terpilih kita minta jalan, penerangan terus kami juga perumahan lengkap dengan air bersih itu kerinduan untuk kita,” tuturnya.

Sementara itu Ida Yensen mengatakan, sebagai masyarakat ia sudah menyempatkan waktu dan kepercayaan untuk melakukan pencoblosan dengan harapan kampung Omte bisa lebih berkembang.

Ida Yensen (Baju Biru) saat mengantri untuk mencoblos. Foto:sasagupapua.com

 

“Sulit sekali menentukan pilihan, saya didalam bilik saja lama baru selesai. Tapi semoga kami bisa diperhatikan kalau ada yang terpilih. Jangan hanya janji-janji saat mau maju saja,” pungkasnya.

 

Penulis: Kristin Rejang

Berikan Komentar
Artikel ini telah dibaca 122 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Catatan Komnas HAM: 68 Warga Sipil di Tanah Papua Jadi Korban Kekerasan Sepanjang 2024

11 Desember 2024 - 07:09 WIT

Solidaritas Pelajar Papua Bersuara Dalam Peringatan Hari HAM Sedunia

10 Desember 2024 - 20:42 WIT

Ketidaksesuaian Data, Pleno Tingkat Kabupaten Rekapitulasi Hasil Distrik Kwamki Narama Ditunda

5 Desember 2024 - 23:19 WIT

Jennifer Tabuni: Pleno Tingkat Kabupaten Sementara Berjalan

3 Desember 2024 - 16:13 WIT

Jelang Pencoblosan, KPU Papua Tengah Gelar Pesta Rakyat

24 November 2024 - 12:26 WIT

Ribuan Massa Ikut Kampanye Akbar Paslon MP3, Maximus Janji BLK Terbesar di Asia Pasifik

23 November 2024 - 18:57 WIT

Trending di Politik