Menu

Mode Gelap

Kesehatan · 9 Des 2025 12:44 WIT

Doa dan Hening Renungan Bersama ODHA – KPA Papua Tengah Targetkan Pemeriksaan Massal dan Penghapusan Stigma


Seorang Relawan penanganan HIV/Aids sedang menyalakan lilin dalam momen peringatan hari AIDS sedunia, Senin (8/12/2025) di Nabire. (Foto: Kristin Rejang/sasagupapua.com) Perbesar

Seorang Relawan penanganan HIV/Aids sedang menyalakan lilin dalam momen peringatan hari AIDS sedunia, Senin (8/12/2025) di Nabire. (Foto: Kristin Rejang/sasagupapua.com)

SASAGUPAPUA.COM, Papua Tengah – Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Papua Tengah menggelar kegiatan Doa dan Hening Renungan dalam rangka Peringatan Hari AIDS Sedunia 2025.

Acara yang mengusung tema “Bersama Hadapi Perubahan Jaga Keberlanjutan Layanan HIV” ini berlangsung di Aula RRI Nabire pada Senin, 8 Desember 2025.

Kegiatan ini bertujuan untuk merenungkan kembali para korban HIV, memberikan motivasi kepada Odha (Orang dengan HIV dan AIDS), serta memperkuat komitmen penanggulangan dari seluruh pemangku kepentingan.

Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan Pemprov, KPA dari delapan kabupaten, KNPI, komunitas, relawan, dan Odha.

Tantangan Serius: Stigma dan Angka Kasus yang Tinggi

- Advertising -
- Advertising -

Staf Ahli Gubernur Provinsi Papua, Ukkas, menyoroti  Papua Tengah masih menghadapi tantangan besar. Data menunjukkan bahwa kasus HIV di delapan kabupaten telah menembus angka 23.535 kasus, dengan Kabupaten Nabire mencatatkan angka tertinggi yaitu 10.822 kasus.

Ukkas menekankan bahwa penanggulangan HIV-AIDS bukan hanya masalah pengobatan, tetapi juga masalah sosial dan kebijakan.

“Mengatasi masalah HIV-AIDS itu bukan masalah mengobati, tetapi ada faktor lain ikutan. Pertama, faktor sosial, di mana ada stigma di masyarakat. Rasa malu. Kita bangun seribu rumah singgah juga, pasti rumah singgah itu akan kosong,” ujar Ukkas.

KPA berfoto bersama para tamu mulai dari Pemprov, relawan hingga KNPI Papua Tengah dalam momen peringatan hari AIDS sedunia, Senin (8/12/2025). Foto: Kristin Rejang/sasagupapua.com

Ia mendesak agar ada kolaborasi kuat antara Dinas Kesehatan, KPA, tokoh agama, dan lembaga terkait, serta perlunya edukasi seksual dan reproduksi di sekolah-sekolah untuk menyelamatkan generasi mendatang dari bencana HIV dan stunting.

Pemerintah Fokus pada Program STOP

Mewakili Dinas Kesehatan Nabire, Kepala Seksi P2P, Alfred Lambey, menyampaikan bahwa pengendalian HIV di Papua Tengah sudah cukup baik, ditandai dengan 16 layanan Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP) di Nabire.

Lambey menggarisbawahi tiga strategi utama dari Kementerian Kesehatan: Suluh, Temukan, Obati, dan Pertahankan (STOP).

Temukan (Testing): Mendorong minimal 10% dari populasi untuk mengetahui status HIV-nya.

Obati (Treatment): Mengingatkan bahwa pengobatan dengan ARV (Antiretroviral) adalah gratis dan dapat membuat Odha hidup sehat. Ia memberikan kesaksian bahwa ibu Odha yang rutin minum obat dapat melahirkan anak dengan status negatif HIV.

Pertahankan (Retention): Mengatasi kendala pasien yang terdeteksi di satu tempat, namun memilih berobat di tempat lain karena takut statusnya diketahui, sehingga terapi terputus.

Lebih lanjut, Lambey menyoroti pentingnya penambahan tenaga kesehatan (dokter, farmasis, laboran) dan penyediaan layanan Infeksi Menular Seksual (IMS) serta reproduksi.

KPA Targetkan Pemeriksaan Massal dan Penghapusan Stigma

Ketua KPA Provinsi Papua Tengah, Freny Anouw, menegaskan kembali bahwa stigma adalah penyebab utama kematian Odha.

“Padahal kalau kita ikut ARV-nya, dia bisa bertahan sampai 20 atau 25 tahun… Stigma-stigma itu yang membuat saudara kita kebanyakan cepat mati,” kata Freny.

Momen doa dan Hening bersama dalam momen Hari Aids Sedunia, Senin (8/12/2025). Foto: Kristin Rejang/sasagupapua.com

Freny mengungkapkan bahwa tingginya angka kasus juga dipengaruhi oleh individu yang takut diperiksa, bahkan menggunakan KTP orang lain saat tes HIV.

Sebagai langkah konkret, KPA Provinsi Papua Tengah merencanakan Pemeriksaan HIV Massal yang akan dimulai pada Januari atau Februari 2026.

Kegiatan ini akan melibatkan seluruh jajaran, mulai dari Gubernur hingga tingkat KPA Kabupaten, dengan fokus pada pemeriksaan secara door-to-door untuk menjangkau masyarakat luas.

Freny juga meminta Pemerintah Provinsi dan Kabupaten untuk serius memperhatikan masalah kekurangan alkes dan tenaga medis di layanan kesehatan.

Kesaksian Odha: Jangan Ragu untuk Periksa

Salah satu Odha yang memberikan kesaksian, menceritakan pengalamannya hidup berdampingan dengan HIV sejak 2013. Ia menekankan bahwa tidak perlu takut untuk periksa.

“Jangan ditakut untuk periksa. Mungkin ada kenalan di rumah yang takut, ajaklah. Karena itu juga menyelamatkan satu jiwa buat kami semua,” ujar D (samaran) yang telah rutin mengonsumsi ARV sejak lama.

Ia juga menambahkan bahwa ARV membantu menahan ketahanan tubuh, memungkinkan Odha untuk beraktivitas normal.

 

Berikan Komentar
penulis : Kristin Rejang
Artikel ini telah dibaca 32 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

23.535 Kasus HIV di Papua Tengah, KPA dan Dinkes Gaungkan Strategi ‘STOP’ dan Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya

6 Desember 2025 - 13:38 WIT

Program Dokter Terbang Kabupaten Intan Jaya: Jemput Bola Pelayanan Kesehatan di 8 Distrik

11 November 2025 - 11:51 WIT

Freeport Indonesia dan Pemkab Nabire Jalin Kemitraan Strategis Turunkan Angka Stunting

7 November 2025 - 12:33 WIT

Deiyai Butuh Dokter Kandungan, Donatus Mote Desak Pemkab Serius Soal Nakes

30 Oktober 2025 - 20:49 WIT

Komnas HAM Bertemu DPR Papua Tengah: Ada Komitmen Padamkan Api Bukan Asap

17 Oktober 2025 - 09:23 WIT

Anggaran MBG di Nabire Satu Anak Rp22 Ribu- Ada Pesan Harus Pastikan Pangan Lokal

9 Oktober 2025 - 16:47 WIT

Trending di Kesehatan