FERDINANDUS Chondy, putra Papua dari Kabupaten Sarmi ini memiliki segudang pengalaman yang menyentuh berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat Papua.
Lahir di Samanente, 22 Februari 1973, Ferdinand mengawali pendidikannya Tahun 1982 di SD, Inpres Samanente Kecamatan Tor Atas Tahun 1986, lalu melanjutkan pendidikan SMP, di SMP Advent Doyo Baru Sentani pada Tahun 1994 SMA, kemudian pada tahun 2009 ia menempuh pendidikan perkuliahan di Universitas Cenderawasih Jayapura.
Ferdinand lahir dari pasangan ibu Sarmalina Dja Yaas dan bapak Alex Dereyter Chondy, Ferdinand pernah menjadi Instruktur Bahasa Inggris di Institut Bahasa Asing, Sentani Jayapura pada tahun 1996.
Ia memulai karir di bidang pengembangan masyarakat bersama Yayasan Pelayanan Antarbudaya (YPA). Sebuah lembaga sosial yang bekerjasama dengan Summer Institute Of Linguistic SIL Internasional yang bekerja dibidang CD Community Development atau Pengembangan Masyarakat, Pelayanan Literasi dan mengelola Program Pelatihan Bahasa Asing, TITIP (Training Indonesian to Transition to Institutional Program) untuk putra – putri Papua yang berkeinginan untuk melanjutkan studi ke luar negeri.
Berkarir di YPA dari tahun 2001-2005 sebagai Administrator Keuangan dan terlibat aktif dalam proyek-proyek pengembangan masyarakat di YPA.
Ia melanjutkan karir pelayanan pengembangan masyarakatnya di Kabupaten Jayawijaya, Wamena pada tahun 2005 hingga 2010 dengan berdedikasi di Yayasan Oikonomos Papua (YOP) mitra dari International Oikonomos Foundation Belanda yang merupakan sebuah yayasan pengembangan masyarakat.
Dimana Yayasan ini bertugas membangun perekonomian masyarakat lokal di daerah perkotaan maupun pedesaan dengan menjalankan tiga program utama pengembangan ekonomi yakni program perdagangan desa yang berperan sebagai pendorong minat, motivasi dan insiatif masyarakat menjadi pelaku ekonomi.

Ferdinand dipercayakan Yayasan Oikonomos Papua (YOP) menjadi Koordinantor Inkubator Bisnis yang bertanggungjawab mengelolah admistrasi program, pendamping lapangan, Instruktur sekolah bisnis dan memdampingi pelaksana dalam upaya-upaya pengembangan dan pengelolaan unit-unit usaha percontohan. Foto: Istimewa
Mengelola potensi hasil bumi dan dipasarkan ke kota dan ke sarana pasar yang disediakan program pedesaan yakni toko Agro Segar di daerah perkotaan sebagai penadah hasil bumi masyarakat.
Ferdinand waktu bersama tim Yayasan Oikonomos Papua. Foto: Istimewa
Program Logistik berperan menyediakan sarana angkutan udara untuk memfasilitasi proses pemasaran hasil bumi dari kampung ke kota dan juga memfasilitasi aktivitas ekonomi masyarakat dari kota ke kampung.
Program inkubator bisnis berperan sebagai program edukasi bisnis dimana Ferdinand dipercayakan Yayasan Oikonomos Papua (YOP) menjadi Koordinantor Inkubator Bisnis yang bertanggungjawab mengelolah admistrasi program, pendamping lapangan, Instruktur sekolah bisnis dan memdampingi pelaksana dalam upaya-upaya pengembangan dan pengelolaan unit-unit usaha percontohan.
Unit usaha percontohan adalah sarana edukasi bisnis nyata bagi masyarakat lokal yang diseleksi sebagai peserta penerima manfaat program.
Pada Juni 2011 Ferdinand melanjutkan karirnya di Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), sebuah lembaga di kota Timika, Papua Tengah yang mengelola dana kemitraan dari perusahaan tambang, PT.Freeport Indonesia. Dana Kemitraan PT. Freeport Indonesia adalah dana yang diperuntukan bagi pengembangan masyarakat tujuh suku pemilik hak ulayat di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

Ferdinand saat melakukan bimbingan pengelolaan usaha ternak ayam petelur pada program PEM suku damal LPMAK. Foto: Istimewa
Hingga Desember 2016, bekerja sebagai Field Supervisor Biro Ekonomi Suku Damal bertugas mendampingi kelompok usaha penerima dana pengembangan ekonomi. Melakukan berbagai pelatihan manajemen usaha, Pendampingan Intensif perkembangan kelompok usaha. Hingga menjadi asisten konsultan Biro Ekonomi Tujuh Suku melalukan studi kelayakan usaha bagi kelompok usaha mandiri binaan Biro Ekonomi Tujuh Suku yang dikemas dalam bentuk Program Ekonomi Mandiri.

Ferdinand saat bekerja sebagai Field Supervisor Biro Ekonomi Suku Damal bertugas mendampingi kelompok usaha penerima dana pengembangan ekonomi. Melakukan berbagai pelatihan manajemen usaha, Pendampingan Intensif perkembangan kelompok usaha. Foto: Istimewa
Program Ekonomi Mandiri LPMAK Biro Ekonomi Tujuh Suku diperuntukan bagi kelompok usaha biro ekonomi tujuh suku yang diseleksi setelah melawati beberapa tahap penilaian kriteria keberhasilan dan motivasi usaha.
Setelah itu, Ferdinand dipercayakan menjadi Sekretaris Badan Pengurus dan Badan Musyawarah LPMAK hingga Desember 2019, dan Juni 2020, ia dipercayakan menjadi Sekretaris Tim Transisi Perubahan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) menjadi Yayasan Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK), Timika, Kabupaten Mimika.

Ferdinand saat dipercayakan menjadi Sekretaris Badan Pengurus dan Badan Musyawarah LPMAK dan menjadi Sekretaris Tim Transisi Perubahan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) menjadi Yayasan Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK), Timika, Kabupaten Mimika. Foto: Istimewa
Mengembangkan Usaha Mandiri
Ferdinan juga kini mencoba mengembangkan usaha mini market secara mandiri. Ferdinan memiliki motivasi yang kuat untuk berkembang.
“Melihat orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa ? Kenapa orang lain bisa maju secara ekonomi, sementara orang Papua tidak bisa ? saya mau berbisnis seperti yang lain,” itulah motivasi sederhana dari Ferdinand Chondy
Ferdinand ingin memberikan motivasi kepada seluruh masyarakat khususnya masyarakat Papua agar berusaha mengalahkan mental.
Dengan bekal pengalaman dalam dunia kerja, ia belajar mengatur dengan baik omset dan laba, semua dijalankan dengan tekun, membedakan antara produktif dan konsumtif hingga akhirnya Ferdinand membuktikan dirinya mampu menjadi pelaku bisnis.
“Tantangan yang terberat dari orang berbisinis adalah mental, dan konsistensi karena banyak yang harus dikorbankan, ini tantangan berat yang ganggu di mental, tapi apapun itu saya sudah ambil keputusan harus berkomitmen,” kata Ferdinand.
Semangat Ingin Kembangkan Ekonomi Masyarakat Adat
Tahun 2024, Ferdinand ingin mendedikasikan pelayanan di tempat kelahirannya yakni Kabupaten Sarmi dengan mencalonkan diri sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD).
Ferdinand maju dalam pesta demokrasi melalui Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dapil II Sarmi nomor urut 5.
Sebagai anak asli Sarmi, Ferdinand tidak mencalonkan diri dengan ‘janji’. Ia juga bahkan sudah melakukan riset dengan serius apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di dapil-nya dengan terjun langsung ke lapangan dan tinggal bersama dengan masyarakat adat.
Dalam riset yang dilakukan akhirnya ia mengudung visi yakni “Hadir Berdampak Mewujudkan Pengembangan Masyarakat Melalui Aktivitas Ekonomi Kampung Berbasis Pengelolaan Sumber Daya Alam”.
Dengan misi yakni mengelola Pemanfaatan Sumber Daya Alam Melalui Teknologi dan Inovasi Tepat Guna, meningkatkan Sumber Daya Manusia dan Partisipasi Masyarakat dalam Proses Pengembangan, dan mengembangkan Usaha Ekonomi Produktif melalui pembangunan dan pengembangan yang berpihak pada peningkatan ekonomi masyarakat lokal.
Ferdinand menjelaskan beberapa program yang diusung kelak jika ia terpilih. Adapun program tersebut yaitu studi kelayakan program pengembangan ekonomi kampung berbasis pengelolaan sumber daya alam, membentuk sebuah badan hukum untuk mengorganisasi program pengembangan ekonomi dalam sebuah konsep yang disebut DaPuR Rakyat yang mana konsep dasarnya adalah mengubah pola hidup ketergantungan kepada pola hidup kemandirian.
“Ada juga Pemetaan wilayah adat untuk tujuan perlindungan hak – hak ulayat masyarakat adat dalam kepentingannya untuk pengelolaan sumber daya alam sesuai klen dan marga, ada pula program Rumah Bicara Rakyat (Para – para adat) dan Forum Sinergi Para Pihak,” ungkapnya.
Dijelaskan strategi lembaga melalui DaPuR Rakyat yaitu melakukan studi kelayakan program pengelolaan potensi SDA dengan pendekatan sosial, budaya dan antropologi untuk menghasilkan konsep ekonomi berbasis kearifan lokal. Menganalisa proses ekonomi dari hulu sampai hilir sehingga dapat mewujudkan satu rekomendasi ilmiah yang dapat dipakai sebagai acuan pelaksaan program.
Dimana DaPuR Rakyat menjadi sentra perdagangan, Media pasar untuk menumbuhkembangkan aktivitas ekonomi, membuka kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta dalam proses perdagangan, alat transaksi perdagangan menggunakan sistim barter dan uang, juga untuk mendorong lahirnya unit-unit perdagangan di setiap titik yang mudah mendapatkan akses layanan transportasi publik.
Lainnya adalah sebagai media pengembangan pengetahuan dan keterampilan praktis dan media penyedia sarana dan prasarana produksi nilai tambah.
Ia juga menyusun rencana program badan usaha yakni Mengupayakan dan mendorong akses pasar luar bagi terserapnya produk hasil bumi lokal (Membangun jaringan pasar), Menyediakan sarana/prasarana aktivitas usaha (Gudang penyimpanan sembako dan hasil bumi), Menyediakan sarana transportsi darat dan sungai, Melalukan upaya-upaya sosialisasi dan pelatihan dalam rangka meningkatkan pemahaman dan perubahan pola pikir.
“Ada Upaya – upaya membangun kemitraan juga mendorong masyarakat memiliki pekerjaan dan pendapatan dengan menyediakan sarana dan prasarana saluran pemasaran melalui Infrastruktur jalan, sarana transportasi darat laut dan sungai, gudang penampungan hasil bumi unggulan seperti contoh yakni pinang, pisang, dan sagu), ada juga gudang pendingin cool storage untuk menyimpan hasil perikanan unggulan yaitu ikan tenggiri, ekor kuning,” jelasnya.
Ferdinand menjelaskan di kota Sarmi tepatnya di Distrik Tor Atas, banyak potensi ekonomi yang bisa dikembangkan misalnya ada potensi tanaman pertanian yakni Sagu, Pinang dan Pisang.
“Ini terikat kuat dengan kebiasaan hidup masyarakat sejak moyang turun-temurun sampai saat ini, Pola tanam juga sederhana tanpa sentuhan teknik pertanian modern, hasilnya produksinya termasuk unggul, Potensi pasar lokal dan eksport tersedia dan masih banyak lagi,” ucapnya.
Program-program yang diusung oleh Ferdinand tersebut karena ia melihat ada beberapa kendala yang dihadapi oleh masyarakat di dapil II.
Dimana potensi pertanian, sungai, hasil hutan kayu dan non kayu serta wisata sangat melimpah.
Namun, kata dia perlu memberikan semangat juang bagi masyarakat untuk terus bangkit mengembangkan ekonomi diatas tanah sendiri.
“Jadi memang saya ingin mengajak semangat juang untuk melahirkan mental dan pola hidup yang terus berkembang. Dan memperjuangkan kesulitan masyarakat dalam akses transportasi baik sungai maupun darat, akses pasar, dan semua yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.
Penulis: Redaksi