Menu

Mode Gelap

Cerita · 16 Des 2025 08:04 WIT

“Gerobak Itu Sa Pu Mimbar Pelayanan”: Kisah Naway Rumaterai di Balik Usaha Sagu Bakar SAMARASTA 


“Gerobak Itu Sa Pu Mimbar Pelayanan”: Kisah Naway Rumaterai di Balik Usaha Sagu Bakar SAMARASTA  Perbesar

SASAGUPAPUA.COM – Di Basecamp Cemara, pinggir Jalan Raya Sentani-Abepura, Kampung Asei Kecil, Distrik Sentani Timur, ada sebuah gerobak yang bukan sekadar tempat jualan, melainkan sebuah “mimbar pelayanan” bagi sang pemilik.

Dia adalah Naway Berend Rumateray, putra Papua asli Nabire peranakan Tablanusu, Jayapura. Lahir dari pasangan pendeta—Pendeta Paulus Rumateray, S.Th, dan Pendeta Martha Yakarimilena—Naway membuktikan bahwa sukses tidak harus selalu seragam.

Melalui usaha kulinernya yang unik, “Sagu Bakar SAMARASTA” (Sagu Mama Rasa Tambah), Naway mengubah sagu yang tadinya sekadar makanan pokok menjadi hidangan favorit semua kalangan.

Dari Tukang Cukur Menjadi Pewaris Resep Nenek

Ide “Sagu Bakar Sama Rasta” berawal dari tradisi keluarga yang kuat. Resep sagu bakar yang ia gunakan adalah warisan berharga dari neneknya, yang kemudian diturunkan kepada ibunya.

- Advertising -
- Advertising -

Naway awalnya bekerja sebagai tukang cukur (barber) lalu berhenti.

Saat itu momen liburan di kampung mengubah segalanya. Saat menyantap sagu bakar buatan ibunya, khususnya varian Sagu Bakar Keju, Naway merasakan potensi bisnis yang luar biasa.

Sagu Bakar SAMARASTA.

“Saya terkejut dengan cita rasa sagu bakar keju yang begitu lezat,” kenangnya. Ia yakin, makanan ini sangat layak dijual, bahkan bagi orang Papua yang sudah terbiasa dengan sagu.

Nama “Sama Rasta” sendiri bermakna rasa yang sama atau satu rasa, melambangkan kesatuan dan kenikmatan yang bisa dinikmati semua orang, tanpa memandang latar belakang.

Inovasi Rasa dan Modal “Ganja”

Sagu Bakar Sama Rasta tidak menyajikan sagu bakar biasa. Inovasi Naway terletak pada keberaniannya bermain rasa, seperti varian Cokelat dan Cokelat-Keju dan berbagai rasa lainnya. Inovasi inilah yang menjadi pembeda utama.

Mengenai modal awal, Naway menggunakan ungkapan khas, menyebutnya berasal dari uang “ganja”—yang dalam konteksnya diartikan sebagai uang receh atau hasil tabungan kecil yang dikumpulkan lewat usaha cukur rambut.

“Jadi teman-teman datang kasih seratus dua ratus, saya simpan-simpan,” ucapnya.

Naway Rumaterai saat meracik Sagu Bakar di Wamena. (Foto: Istimewa)

Setelah mengumpulkan modal, ia menghubungi rekannya yang juga seorang pengusaha roti bakar asli Papua yakni Nelson Wanimbo. Ia memesan gerobak. Usaha ini resmi dibuka pada 5 September 2024.

Gerobak: Mimbar Pelayanan di Basecamp Cemara

Perjalanan Naway penuh liku. Setelah sempat sakit, ia mendapat undangan untuk mengisi acara Reggae Camping dalam rangka ulang tahun Bob Marley pada Januari 2025.

“Setelah pulang [dari rumah sakit], September langsung gerobak tiba di sini dan ikut event itu,” ujarnya.

Tak hanya sekadar berbisnis, lokasi di Basecamp Cemara memiliki makna mendalam bagi Naway.

Base camp Cemara juga sering dikunjungi oleh para musisi dan komunitas. (Foto: Istimewa)

Naway memiliki pengalaman ketika berkuliah di Jogjakarta. Di sana, ia menghadapi kesulitan besar akibat faktor ekonomi. Kondisi ini memaksa Naway untuk mengambil jalan yang sulit.

Menghadapi masa sulit tersebut, Naway akhirnya bergabung menjadi Debt collector dan terjun ke dunia malam.

Masa-masa tersebut yang membentuk karakter dan empatinya terhadap mereka yang terpinggirkan, yang kemudian menjadi misi pelayanan utamanya.

Gerobak Sagu Bakar SAMARASTA di Basecamp Cemara. (Foto: Istimewa for Sasagupapua)

“Saya punya cita-cita mau bikin gereja untuk penjahat dan orang gila, dan saya rasa di sini tempat yang pas dengan tujuannya jualan ini di sini, dan gerobak ini sa pu mimbar pelayanan ini sudah,” katanya.

Ia menyampaikan tujuannya langsung kepada pemilik tempat dan mendapatkan respons positif, bahkan diizinkan berjualan tanpa membayar sewa tempat.

Tantangan dan Semangat Anak Kepala Hitam

Usaha Naway tidak mulus dari awal. Ia sempat berurusan dengan tantangan non-bisnis, termasuk penyelidikan dari pihak tertentu yang berupaya mencari celah untuk mengganggu usahanya. Namun, dukungan datang dari tokoh setempat seorang yang akrab ia sebut ‘Bapa Ondo’.

Bapa Ondo adalah orang yang berjasa dan melindungi anak Papua yang membuat usaha di Basecamp Cemara.

Semangat untuk membangun komunitas juga menjadi fokus utama. Bersama Nelson Wanimbo, Naway ingin menciptakan sentra bisnis untuk “kitong anak-anak kepala hitam saja” (sebutan untuk orang Papua).

Naway telah melihat tanggapan positif dari masyarakat usai membuka usaha Sagu Bakar.

Keluarga besar pedagang di Basecamp Cemara saat berkumpul. Mereka biasanya melakukan ibadah bersama. (Foto: Istimewa)

“Orang-orang lihat ini lebih ke sesuatu yang unik… timbul kesadaran begitu, bahwa ternyata selama ini kita terlalu dikasih enak dengan makanan-makanan produk-produk dari luar sehingga kita lupakan makanan lokal kita yang begitu enak kalau bisa diolah dengan cara unik seperti begini,” ucapnya.

Merekrut dari Jalanan

Dalam hal rekrutmen karyawan, Naway memiliki pendekatan yang unik. Ia melatih mereka langsung di gerobak dan lebih memilih merekrut teman-teman yang berasal dari latar belakang yang dianggap marginal.

Bupati Jayapura, Yunus Wonda saat berkunjung ke Base Camp Cemara dan bertemu dengan para pengusaha OAP. (Foto: Istimewa)

“Saya lebih ambil teman-teman yang dari michat, ganja, miras,” ungkapnya.

Baginya, yang paling penting dalam bisnis adalah mempertahankan semangat. “Kalau mulai dan akhiri itu gampang, jadi yang terpenting adalah bagaimana kita apapun itu harus bisa hadapi,” tegasnya.

Pesan Penutup: Jangan Berhenti Penasaran

Di akhir wawancara, Naway menyampaikan pesan inspiratif kepada seluruh anak muda Papua.

“Buat teman-teman semua, jangan terlalu beranggapan kalau sukses itu cuma ada di pegawai negeri, ASN, TNI-POLRI dan lain-lain. Tapi dengan cara ini juga kita bisa lebih maju dan lebih tahu, kita bisa menciptakan lapangan pekerjaan, biar kita tidak jadi pendatang di atas kita punya tanah sendiri,” ungkapnya.

Kunci utamanya, menurut Naway, adalah rasa penasaran yang membangun.

“Kembali ke kita punya rasa penasaran, jangan malas, jangan berhenti penasaran, karena rasa penasaran itu yang akan tuntun kita untuk menemukan kita punya jejak baru,” pesannya.

Naway Berend Rumateray telah mengubah sagu bakar warisan neneknya menjadi simbol harapan dan kemandirian, membuktikan bahwa kreativitas dan kecintaan pada budaya lokal adalah jalan menuju kesuksesan wirausaha.

Naway Rumaterai (tengah) saat berada di Wamena. (Foto: Istimewa)

Saat ini, Sagu Bakar SAMARASTA telah merambah ke beberapa lokasi, termasuk Padang Bulan. Naway bahkan membantu rekannya di Wamena dengan membuka cabang bernama Sagu Bakar Nenas Bokondini (Sanebo) yang beroperasi di dua titik: di kedai Jalan Hom Hom Wamena dan sebuah kedai keliling.

Varian Menu dan Harga

Gerobak Naway menawarkan berbagai varian sagu bakar yang dijual dengan rentang harga terjangkau Rp25.000 hingga Rp50.000. Pilihan rasanya sangat beragam, memadukan cita rasa manis dan gurih:

Rasa Manis & Keju: Original, Keju, Coklat, Gula Aren, Coklat Keju, Gula Aren Kacang, Coklat Kacang, Samarasta, Samarasta Mix.

Seorang anak Papua yang bergabung dengan Sabar Samarasta di Basecamp Cemara. (Foto: Istimewa For Sasagupapua)

Rasa Gurih (Lokal): Sosis PNG, Ikan Tuna, dan masih banyak lagi.

Bagi warga Jayapura dan pengunjung yang ingin mencicipi inovasi ini, Sagu Bakar SAMARASTA beroperasi dengan jadwal sebagai berikut:

Senin – Sabtu: Pukul 10.00 – Selesai

Minggu: Pukul 15.00 – Selesai

Berikan Komentar
penulis : Edwin Rumanasen
Artikel ini telah dibaca 41 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Bersama dalam Terang: Rasa Syukur Katrina di Opitawak dan Semangat Belajar Yuliana dalam Pelayanan Natal PTFI

15 Desember 2025 - 19:42 WIT

Konflik Kwamki Narama: Tangisan Janda, Kebun Pinang Hancur, dan Natal yang Dirampas

12 Desember 2025 - 14:45 WIT

Dari Aktivis PBB ke Seduhan Kopi: Kisah Rhoy Wanda Bangun “Keluarga” di Kedai One Milly Papua

7 Desember 2025 - 12:27 WIT

Air Mata di Bundaran Timika Indah: Kisah Mama Papua yang ‘Berumah’ di Lapak Pinang Demi Cita-Cita Anak

27 November 2025 - 01:04 WIT

Warisan Rasa dari Atas Danau: Semangat Mama Debora Lestarikan Pangan Lokal di Kampung Yoboi

18 November 2025 - 00:31 WIT

Cerita Kuriana Ramandei, Pengusaha Ayam Petelur di Papua Tengah

10 Oktober 2025 - 17:32 WIT

Trending di Cerita