Ekonomi · 12 Mar 2025 14:43 WIT

Harga Ternak Babi di Timika Hingga Rp40 Juta Satu Ekor, Anton Alom: Perlu Pengawasan Dinas Terkait


Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Mimika jalur pengangkatan, Anton N. Alom. (Foto: Edwin Rumanasen) Perbesar

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Mimika jalur pengangkatan, Anton N. Alom. (Foto: Edwin Rumanasen)

SASAGUPAPUA.COM, Timika – Anggota dewan perwakilan rakyat dari jalur pengangkatan, Anton Alom menyoroti harga ternak babi dan daging yang dijual di pasaran yang melonjak tinggi dalam tahun ini semenjak virus yang melanda ternak babi.

Anton mengatakan, Sejak wabah virus African Swine Fever (ASF) yang merupakan penyakit menular pada babi melanda ternak di daerah Papua, khususnya di kabupaten mimika, dinas peternakan dan dinas terkait seperti Disperindag perlu adanya perhatian khusus untuk bagaimana mengembangkan kembali ternak babi, khususnya babi masyarakat lokal.

Menurutnya perlu ada perhatian khusus untuk ternak babi bagi masyarakat, karena kata Anton, babi adalah identitas orang Papua khususnya wilayah gunung.

“Setiap rumah orang gunung itu dibelakang rumah harus ada babi, sementara kita lihat sekarang setelah wabah itu semua ternak dibasmi. Coba lihat di kandang-kandang masyarakat peternak babi kosong semua, habis, sekarang yang ada satu dua ni orang mau kembalikan lagi kehidupan babi untuk dikembangkan lagi susah,” katanya.

Anton mengatakan, babi merupakan pengganti nyawa dalam masalah yang harus diselesaikan, jadi peran babi itu sangat penting bagi kehidupan masyarakat khususnya bagi masyarakat Papua daerah gunung seperti Amungme, Dani, Damal, dan Moni semua sama dalam proses penyelesaian masalah adat selalu menggunakan babi.

Sementara sekarang ini kata dia, harga babi di Timika melonjak diatas 30 jutaan. Bagi Anton dengan harga seperti itu, sangat menyusahkan masyarakat khususnya masyarakat adat.

“Ini sungguh sangat kelewatan Karena babi merupakan hewan penting bagi masyarakat gunung dimana ada kegiatan syukuran dan kegiatan-kegiatan adat lainnya butuh bakar batu, dan untuk membeli sangat sulit karena harga babi yang melonjak tinggi, jadi membuat susah untuk masyarakat lokal membeli. Saya berharap pemerintah daerah dalam hal ini dinas terkait, supaya kontrol harga babi, terutama Disperindag, karena pengaruh harga mentah larinya ke daging yang dijual dipasar sampai harga perkilo juga ikut naik jadi kalau bisa dirubah” harapnya.

Anton mengungkapkan selama ini harga babi yang normal itu kisaran 10-20 juta saat ini harga tersebut sudah naik sampai ukuran yang paling besar Rp30-40 juta.

“Maka kami dari perwakilan adat, kami melihat bahwa ini sangat menguntungkan bagi pihak tertentu dalam hal ini pedagang babi, disisi lain sangat merugikan bagi pihak masyarakat. Tolong pemerintah daerah melalui Disperindag supaya kembalikan dan normalkan harga seperti semula, dan melakukan pengawasan terhadap harga daging babi,” tegasnya.

Berikan Komentar
penulis : Edwin Rumanasen
Artikel ini telah dibaca 229 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Disperindag Pastikan BBM SPBU di Mimika Tidak Oplosan

28 Februari 2025 - 09:04 WIT

Pertamina Bantah Tidak Ada Pengoplosan Pertamax 

26 Februari 2025 - 17:23 WIT

Segini Upah Minimum Provinsi Papua Tengah Tahun 2025

13 Desember 2024 - 15:32 WIT

Jalankan Program Asta Cita, Polres Mimika Tanam Jagung di Lahan Seluas 2 Hektare

20 November 2024 - 18:42 WIT

Harga BBM Non-Subsidi Resmi Turun Harga per 1 Oktober 2024, Berikut Rinciannya

2 Oktober 2024 - 13:11 WIT

Mama-mama Papua Binaan Kopernik Ramaikan Stand Festival Baku Timba dengan Berbagai Produk

6 Agustus 2024 - 09:51 WIT

Trending di Ekonomi