ERA Modern saat ini tentu merangsang anak-anak muda lebih banyak menikmati karya-karya sesuai dengan jamannya sehingga membuat karya tradisional ‘mungkin’ bisa saja tergerus jaman.
Kekhawatiran ini timbul di benak beberapa anak-anak muda Papua yang tinggal di Timika, Papua Tengah untuk membentuk satu perkumpulan yang positif untuk merangkul anak muda lebih mengenal musik modern namun tidak melupakan gaya tradisional di era modern ini.
Dengan perkumpulan yang positif muncul ide mendirikan satu rumah kreatif yang di sebut Rumah Kreatif Halellujah (RKH) yang dipusatkan di salah satu lokasi tepatnya di Jalan Budi Utomo, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Berdiri sejak 26 Desember 2017, RKH awalnya hanya berjumlah 15 orang yang membentuk satu team pelayanan di Gereja yang disebut Team Halellujah.
Team Halellujah merupakan tim musik yang mengusung konsep Gemuruh Lada (Lagu daerah) Modern atau disingkat dengan sebutan Gelamor.
Alat musik yang digunakan dalam penampilan tak hanya piano, gitar, Saxophone, dan lainnya namun di mix dengan alat musik tradisional seperti seruling, bass Papua, ukulele dan tifa. Alat musik seperti bass papua dan ukulele merupakan karya tangan sendiri para personel tim Halellujah.
“Awalnya sekitar 15an orang. Terbentuk untuk pelayanan di gereja saja. Seiring berjalannya waktu, setelah Team Hallelujah terlibat dalam event TIFA 2023 di Timika kemarin dan juga terlibat dalam Pelayanan di Gereja yang tentu menarik minat dan bakat dari beberapa rekan-rekan di berbagai dominasi gereja sehingga timbul rasa untuk bisa sama-sama ada dalam Pelayanan,” jelas Founder RKH, Kevin Nanlohy ketika diwawancarai Sasagupapua.com.
Karena banyaknya minat dari anak-anak muda bahkan saat ini sudah berjumlah 40an orang dengan usia 21 hingga 16 tahun bahkan yang masih duduk di bangku SMA. Team Halellujah akhirnya mulai mendirikan Rumah Kreatif dengan tetap mengusung tema Gelamor.
Kevin menuturkan, pihaknya tetap memilih Gelamor karena melihat perkembangan musik yang begitu modern saat ini.
“Kami usung konsep tersebut supaya bagaimana musik tradisional mampu diminati oleh setiap penikmat dan kalangan, tidak hanya kita punya orang tua dulu tapi anak muda sekarang juga bisa menikmati musik Gelamor ini dengan nuansa yang lebih modern dan berbeda tapi kami tetap ada dalam komposisi musik tradisional seperti ada stand bass, ukulele, tifa , ada suling juga. Jadi kita tidak melepaskan nilai budaya dari alat musik tradisional,” ucapnya.
Menurutnya, budaya merupakan warisan leluhur yang perlu dikembangkan namun pihaknya tetap mengemasnya dalam bentuk modern agar mampu bersaing di era musik saat ini.
Hingga saat ini, sudah mulai banyak yang mengenal Team Halelujah pasalnya mereka tidak hanya menyanyi di gereja-gereja, namun selalu diundang di beberapa acara yang diselenggarakan di Kabupaten Mimika seperti festival TIFA, laga musik amal, HUT KNPI, HUT RI 2023, bahkan mereka juga turut tampil dalam acara Golden Rap Kompetisi.
“Jadi yang di acara golden RAP kami diminta membawakan satu lagu, jadi kami tampil dengan Gelamor di mix dengan gaya rapper karena ada tallent kami juga yang bisa membawakan lagu rap,” kata Kevin
Tahun 2023, semua sepakat untuk membuat sebuah Rumah Kreatif yang disebut Rumah Kreatif Halellujah (RKH). Didalam RKH sendiri ada beberapa kategori. Pertama adalah kelompok Team Halellujah yang khusus pelayanan lagu pujian di gereja, ada pula Team Halellujah Akustik yang lebih membawa lagu-lagu duniawi dengan konsep Gelamor tersebut.
Selain itu, ada team Seni Budaya Halellujah yang khusus sebagai wadah untuk membuat atribut tradisional seperti tauri, rumbai-rumbai, mahkota dan pernak-pernik lainnya untuk memberikan semangat berkarya dalam budaya bagi anak Papua agar budaya terus di kembangkan melalui karya kreativitas. Terakhir adalah team Rap Publik yang khusus membawakan lagu-lagu Rap atau hiphop.
“Jadi ini adalah wadah untuk lagu-lagu rap hiphop yang beberapa tallent dalam rumah kreatif Hallelujah bisa mendeskripsikan diri di bidang Rap sendiri,” ungkapnya.
RKH juga sudah sempat dikunjungi oleh pihak Kemendikbud.
Kevin berharap RKH terus berkembang dan menjadi wadah ekspresi bagi anak-anak muda.
“Ini juga agar budaya dari leluhur tidak hilang karena jaman, anak-anak muda pun memiliki semangat untuk mengembangkan potensi yang sudah diberikan oleh Tuhan khususnya dalam hal bermusik, bernyanyi dan seni lainnya,” pungkasnya.
Penulis: Kristin Rejang