Menu

Mode Gelap

Agama · 25 Des 2025 14:47 WIT

Natal yang Sejuk di GKII Bukit Sion Nabire: Firman dalam Bahasa Ibu dan Bakar Batu Ekina


Suasana Bakar Batu di Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Jemaat Bukit Sion Portanigra, Kamis (25/12/2025). Foto: Kristin Rejang/Sasagupapua.com Perbesar

Suasana Bakar Batu di Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Jemaat Bukit Sion Portanigra, Kamis (25/12/2025). Foto: Kristin Rejang/Sasagupapua.com

SASAGUPAPUA.COM, Nabire – Di dalam ruang ibadah Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Jemaat Bukit Sion Portanigra, suasana begitu tenang dan khidmat.

Hanya terdengar suara lantang pelayan firman yang bergantian dengan terjemahan bahasa daerah suku Mee, menyusup ke sela-sela barisan bangku yang dipadati ratusan umat.

Sembari diluar pintu gereja, suasana yang penuh kehangatan tradisi sedang bergejolak.

Aroma uap panas dari lubang-lubang batu yang mengubur lima ekor ekina (babi), sayuran, dan ubi-ubian mulai menyeruak, menyatu dengan doa-doa yang dipanjatkan.

- Advertising -
- Advertising -

Suasana barapen di Gereja GKII Bukit Sion, Portanigra Nabire, Kamis (25/12/2025). Foto: Kristin Rejang/Sasagupapua.com

Kamis (25/12/2025) itu, Natal di Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Jemaat Bukit Sion Portanigra, Nabire, Papua Tengah merayakan dua hal sekaligus: kesucian firman di dalam altar dan persaudaraan sejati di atas bara batu Barapen.

Ibadah yang dimulai sejak pagi hari ini bukan sekadar rutinitas tahunan. Bagi jemaat Portanigra, Natal adalah momentum di mana iman yang melangit bertemu dengan tradisi yang membumi.

Di saat jiwa dikenyangkan oleh renungan suci, raga pun dipersiapkan untuk menikmati jamuan kasih yang telah disiapkan sejak subuh buta.

Firman dalam Dua Bahasa: Menyapa Jiwa Suku Mee

Vic. James Magai hadir sebagai pelayan firman yang membawa pesan penuh kuasa melalui tema “Yesus Lahir Untuk Siapa?”. Merujuk pada Injil Lukas 2:7 dan Yohanes 1:14, James menekankan bahwa kehadiran Kristus bukanlah peristiwa sejarah biasa, melainkan pernyataan kasih Allah yang paling nyata.

Pelayan Firman, Vic. James Magai dan seorang penerjemah bahasa suku Mee saat memberitakan firman Tuhan, Kamis (25/12/2025). Foto: Kristin Rejang/Sasagupapua.com

Penggunaan bahasa daerah suku Mee dalam ibadah ini mempertegas bahwa kabar keselamatan tersebut milik semua orang tanpa terkecuali.

“Natal hari ini harus kita maknai bukan sebagai pesta lahiriah semata, tetapi sebagai waktu di mana hati kita benar-benar terbuka untuk menerima sang Raja Damai, karena hanya melalui Dialah kita memperoleh keselamatan yang kekal dan kedamaian yang sejati di tengah tantangan dunia yang semakin berat,” tegas James Magai dalam khotbahnya yang menyentuh hati.

James mengingatkan jemaat untuk menjadikan terang Natal sebagai penuntun jalan hidup.

“Mari kita tinggalkan segala beban dan dosa di masa lalu, dan melangkah maju bersama Kristus yang lahir di hati kita. Jadikanlah terang Natal ini sebagai penuntun jalan hidup kita agar kita tidak lagi berjalan dalam kegelapan,” tambahnya

dengan penuh haru, memberikan kekuatan spiritual bagi jemaat untuk menutup tahun 2025.

Tuhan yang Merasakan Pedih dan Lapar

Kebersamaan ini semakin bermakna melalui sambutan Ketua Panitia Natal, Marten Douw.

Marten menonjolkan sisi kemanusiaan Yesus yang datang untuk merasakan langsung pergumulan hidup umat-Nya, termasuk rasa sakit dan lapar yang kerap dialami masyarakat.

Jemaat saat membawakan pujian penyembahan dalam momen ibadah natal di Gereja Bukti Sion Portanigra Nabire, Kamis (25/12/2025). Foto: Kristin Rejang/Sasagupapua.com.

Bagi Marten, Tuhan tidak membiarkan manusia sendirian dalam kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja.

“Apa yang saya rasa, Tuhan Yesus datang juga untuk merasakan apa yang saya rasa, apa yang kita semua rasa, Tuhan Yesus datang kepada kita untuk mau merasakan apa yang kita rasa juga,” ujarnya dengan penuh penekanan.

Ia menjelaskan bahwa kehadiran Yesus membawa misi penyelamatan yang luar biasa untuk membebaskan manusia dari jeratan dosa.

“Mari kita membuka hati kita, membaharui hati kita, terima Yesus, maka kalau kita bilang sakitkah, sedihkah, menderita kah, kita juga tidak akan mengalaminya karena Yesus di dalam saya datang untuk menyelamatkan saya,” ungkap Marten mengajak jemaat melakukan transformasi batin.

Barapen Ekina: Perjamuan Kasih dari Gunung

Begitu ibadah usai, perhatian seluruh jemaat tertuju pada tumpukan batu yang mulai dibuka.

Inilah tradisi Bakar Batu atau Barapen yang menjadi wujud syukur paling murni masyarakat pegunungan.

Lima ekor ekina yang telah dimasak dengan uap batu panas menjadi sajian utama, didampingi ayam, ubi-ubian, dan sayuran segar yang disiapkan bersama oleh para ibu, bapak, dan pemuda.

Gembala Jemaat Bukit Sion Portanigra , Ev. Enos Wakei, S.Pak, mengungkapkan esensi dari seluruh rangkaian ini, termasuk Bakar Batu, adalah bentuk penghormatan setinggi-tingginya kepada Yesus Kristus. Enos mengibaratkan persiapan jemaat seperti orang-orang Majus yang mencari Yesus.

“Kami mengemba nama Tuhan karena Ia datang dari negeri yang jauh mencari kami manusia yang terhilang dalam lumpur dosa,” ujar Ev. Enos Wakei. Ia menambahkan bagi mereka, merayakan Natal tanpa tradisi lokal terasa kurang lengkap.

Suasana Bakar Baru dalam suasana natal di Gereja Bukit Sion Portanigra , Nabire, Kamis (25/12/2025). Foto: Kristin Rejang/Sasagupapua.com

“Karena kebiasaan kami orang gunung itu pesta kegiatan seperti ini harus bakar batu, sehingga panitia juga mempersiapkan babi lima ekor, ayam, kemudian sayur-sayuran, minuman, dan buah-buahan yang sudah disiapkan sebagai rasa ungkapan syukur kepada Allah,” jelas Ev.Enos mengenai tradisi yang juga dipersembahkan untuk kedamaian tanah Papua tersebut.

Menyongsong 2026 dengan Pengharapan

Perayaan yang berlangsung selama beberapa jam tersebut ditutup dengan doa berkat bagi seluruh jemaat dan tanah Papua secara umum. Melalui pesan yang disampaikan, jemaat diingatkan untuk tetap menjaga kerukunan dan kedamaian sebagai wujud nyata pengikut Kristus.

Gembala Jemaat Bukit Sion Portanigra , Ev. Enos Wakei, S.Pak. (Foto: Kristin Rejang/Sasagupapua.com)

Ev. Enos Wakei menutup dengan pesan optimisme untuk masa depan. “Kita imani dan percaya bahwa Tuhan yang sama menyertai di tahun 2025, dan Tuhan yang sama juga akan menyertai di tahun 2026 yang penuh rahasia,” pungkasnya.

Berikan Komentar
Artikel ini telah dibaca 34 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Wajah Sejuk Papua Tengah: Saat Suara Adzan dan Lonceng Gereja Saling Menghormati Hingga Ajakan Toleransi

24 Desember 2025 - 15:49 WIT

Wagub Deinas Geley Sampaikan Tiga Pesan Penting di Rakerwil dan Pelantikan Pengurus Muslimat NU Papua Tengah 

17 November 2025 - 15:25 WIT

Polda Papua Tengah Ada Program Binrohtal

18 September 2025 - 20:06 WIT

Masyarakat Peringati Masuknya Injil dan Gereja Katolik di Selatan Papua

14 Agustus 2025 - 21:19 WIT

Kegiatan CR25 GKII se-Tanah Papua di Timika Ditutup Dengan KKR dan Api Unggun

4 Juli 2025 - 10:38 WIT

Ribuan Orang Hadir Dalam Kegiatan CR25 GKII se-Tanah Papua di Timika

30 Juni 2025 - 22:04 WIT

Trending di Agama