Lingkungan · 28 Sep 2024 19:41 WIT

Pemerhati Lingkungan Asli Kamoro: Pohon Tidak Boleh Dijadikan Media Kampanye


Ada baliho calon Pilkada yang dipaku di pohon. (Foto: Sasagupapua.com) Perbesar

Ada baliho calon Pilkada yang dipaku di pohon. (Foto: Sasagupapua.com)

SASAGUPAPUA.COM, TIMIKA – Pemerhati Lingkungan asli Kamoro, Rony Nakiaya mengimbau para calon yang mau maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 jangan menggunakan pohon sebagai media kampanye.

Pantauan Sasagupapua.com, terlihat ada calon kepala daerah yang memasang baliho di ruas jalan dalam kota Mimika dengan cara dipaku di pohon.

Rony mengatakan, praktek menjadikan pohon sebagai bahan kampanye ini menunjukan pemimpin yang tidak memiliki kepedulian terhadap isu lingkungan.

“Jadi calon-calon yang sedang kampanye dan pasang pamflet dipohon-pohon harus segera berhenti, bagaimana mereka mau merawat lingkungan, kalau dengan visi dan misi mereka tidak terjemahkan dalam tindakan,” katanya kepada media ini, Sabtu (28/9/2024).

Menurutnya, jika para calon dalam pilkada telah berfikir untuk merawat lingkungan, berbicara soal lingkungan dalam visi misi harusnya dimulai dengan tindakan awal.

“Mereka harus memulai dengan tindakan-tindakan nyata seperti jangan memasang baliho atau poster di pohon, ini sudah merusak lingkungan,” serunya.

Pemerhati Lingkungan, Rony Nakiaya. (Foto: Sasagupapua.com)

Saat ini sudah memasuki tahapan kampanye, sehingga Rony juga mengimbau agar para calon kepala daerah bisa menjaga lingkungan agar terbebas dari sampah kampanye.

“Nanti saat kampanye kan banyak orang dan pasti sampah berhamburan dimana-mana mereka juga harus menunjukan sikap sportif menjaga lingkungan dengan membersihkan sisa sisa sampah hasil kampanye yang sudah dilakukan. Jadi jangan ditinggalkan begitu saja lalu dinas yang datang kasih bersih tapi tim itu harus siap untuk membantu membersihkan lingkungan, karena itu tindakan nyata yang kita bisa lihat bahwa mereka peduli dengan lingkungan,” ungkapnya.

Ia juga berharap agar tiga pasangan calon yang maju dalam Pilkada Mimika menjalankan fokus visi misi untuk menjaga lingkungan.

Sehingga kata Rony ketika mereka menjadi bupati dan wakil bupati betul-betul mengarahkan perusahaan-perusahaan yang masuk diarea Kabupaten Mimika ini agar jangan sampai lingkungan rusak.

Rony menyinggung mengenai situasi di Wakia yang akhirnya terjadi konflik sebab ada masalah tambang. Sehingga menurutnya masyarakat harus jeli untuk melihat situasi tersebut. Apalagi para calon kepala daerah perlu membuka mata untuk menjadikan lingkungan juga sebagai program utama.

“Karena kita lihat di pelosok Potowai, terus di Wakia kemarin ini kan lingkungan ada perusahaan kayu disana kemudian kayu ditebang seenaknya dan dibawa keluar oleh kapal-kapal besar, sedangkan disitu imbasnya masyarakat yang tinggal disitu nanti penggundulan hutan, banjir, yang kena dampak siapa ? masyarakat kan,” ungkapnya.

Menurutnya para calon kepala daerah jangan hanya bicara mengenai lingkungan dari kulitnya saja, namun kata Rony perlu ketegasan. Pemerintahan harus memperluas jangkauan program lebih jauh lagi, yangmana ada isu lingkungan yang sangat mengharapkan perhatian pemerintah untuk mengambil peran.

“Lingkungan kalau menurut masyarakat adat kan tempat mereka mencari makan, istilahnya supermarket untuk mereka tapi dengan adanya perkembangan teknologi, jaman, ini kan inovasi perusahaan masuk ke daerah dengan memakai berbagai macam cara merayu masyarakat akhirnya masyarakat lepas. Disinilah fungsi dari pemerintah untuk mengkawal agar lingkungan tidak rusak, bagaimana memberikan sosialisasi,” pungkasnya.

 

Berikan Komentar
Artikel ini telah dibaca 5 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Mahkamah Agung Tolak Kasasi Suku Awyu, Perjuangan Selamatkan Hutan Papua Kian Berat

6 November 2024 - 15:15 WIT

13 Komunitas di Jayapura Ikut Bersuara Dalam Momen Aksi Muda Jaga Iklim 2024

28 Oktober 2024 - 16:53 WIT

Solidaritas Merauke Unjuk Rasa di Depan Kantor Kementerian Pertanahan: Jangan Rampas Hak Hidup OAP

16 Oktober 2024 - 21:01 WIT

OPINI | Perampasan Lahan, Penghancuran Budaya : Proyek Tebu Merauke

5 Oktober 2024 - 20:09 WIT

Trending di Lingkungan