SASAGUPAPUA.COM, JAKARTA – Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat konferensi pers, Jumat (19/9/2025) di Jakarta menjelaskan terkait kondisi Gempa 6,6 SR di Nabire, Papua Tengah.
Ia menjelaskan gempa terjadi sekitar pukul 01.19 WIB dini hari dengan skala atau tingkat magnitudonya ada beberapa versi.
Kalau BMKG menyatakan 6,6 SR dengan kedalaman 24 km.
Mereka juga mencari informasi ke BMKG Amerika menyatakan 6,1 SR, tetapi dalam kedalamannya 10 km. Kemudian juga kita mencari informasi lagi ke Lembaga Meteorologi Jerman, GFJ itu menyatakan sama dengan Amerika 6,1 magnitude tetapi kedalamannya sampai 30 km.
“Itu biasa ya, terjadinya berbagai perbedaan dalam skala magnitude, tetapi tentu saja yang kita pegang adalah yang dari BMKG 6,6 dengan kedalaman 24 km,” jelasnya.
Kemudian saat itu ia juga menjelaskan telah terjadi 11 kali gempa susulan meskipun kekuatannya atau skalanya lebih kecil menurun antara 4 sampai 5,1 SR.
“Kemudian kami sudah mencari informasi (1:36) terkait dampak kerusakan ada beberapa fasilitas umum yang rusak tetapi untuk korban jiwa per jam ini ya (pukul 11.00 wib) tidak dilaporkan adanya korban jiwa,” jelasnya.
Kemudian yang rusak, yang agak berat (adalah satu jembatan, Kemudian ada dua rumah rusak berat, Kantor Bupati itu kaca dan plafonnya rusak, ada pula gereja yang plafonnya rusak.
Kemudian dilaporkan juga bandara Nabire ada beberapa kaca yang pecah. Namun kata dia secara umum kerusakannya tidak signifikan.
“Tadi juga Komandan Korem Nabire sudah menginformasikan beliau sudah keliling kota Nabire situasi secara umum aman terkendali. Bahkan mungkin nanti rekan-rekan media bisa melihat beberapa pengiriman video dari kota Nabire, Terlihat di situ secara umum Roda kehidupan masyarakat di kota Nabire ini berjalan seperti biasa,” ungkapnya.
Dikatakan untuk langkah yang dilakukan oleh BNPB setelah mencari informasi dari Nabire, siang tadi tim reaksi cepat dari BNPB dipimpin oleh salah satu pejabat eselon II berangkat ke Nabire untuk mendampingi BPBD Nabire dalam melaksanakan asesmen situasi.
“Apakah situasi ini akan ditingkatkan menjadi tanggap darurat ? Nah kami sekarang masih menunggu. Tentu saja ini nanti apakah statusnya bisa diatasi oleh tingkat Kabupaten Nabire ataupun Provinsi Papua Itu nanti kita menunggu hasil asesmen dari BPBD,” terangnya.
Tapi kata dia pihaknya akan tetap mengirim tim untuk mendampingi tim BPBD Nabire.
“Kemudian juga kalau nanti eskalasinya cukup parah berdasarkan hasil asesmen ini nanti malam juga Deputi 3 Penanganan Darurat Mayor Jenderal TNI Budi Iryawan akan berangkat ke sana (Nabire) dan seandainya pun kondisinya nanti meningkat lagi, tentu saja saya juga akan segera berangkat,” ungkapnya.
Kemudian dalam hasil asesmen nantinya akan dipastikan jika ada pengungsi akan dilihat kebutuhan dasarnya.
“Apabila ada ya (pengungsi) Kemudian kerusakan-kerusakan bangunan infrastruktur rumah masyarakat Ini kami pastikan, akan kami perbaiki dengan maksimal,” katanya.
Sempat juga kata dia jaringan hilang namun kini telah berangsur pulih.
“Kita akan terus update perkembangan di lapangan. Kita juga sudah melaporkan kondisi ini kepada seluruh pejabat yang terkait dan kami pastikan BNPB akan mengkoordinasi semua kegiatan penanganan darurat Tentu saja supaya khususnya masyarakat terdampak ini betul-betul bisa terlayani dan mudah-mudahan apa yang kami informasikan bahwa sampai saat ini tidak ada korban jiwa itu betul-betul demikian adanya,” katanya.
Ia mengatakan gempa yang terjadi di Nabire perlu diwaspadai sebab 21 tahun yang lalu (2004) Bulan Februari pernah terjadi gempa 6,9 SR.
“Jadi Sama terjadi gempa di Nabire Memang pada saat itu skalanya lebih tinggi 6,9 SR Sehingga terdapat ratusan korban saat itu, 660 orang yang meninggal dunia, dan banyak infrastruktur sampai 1000 rumah lebih yang rusak. Gempa saat ini skalanya lebih rendah. Perhari ini dilaporkan dalam kerusakan maupun korban jiwanya tidak signifikan,” pungkasnya.