SASAGUPAPUA.COM, TIMIKA – Curah hujan yang tinggi di Kabupaten Mimika, Papua Tengah sebabkan banjir di sejumlah tempat.
Banjir tersebut terjadi akibat hujan deras yang terjadi sejak Jumat (13/5/2025) hingga Minggu (15/5/2026).
Salah satunya yang terjadi di Kampung Naena Muktipura, Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika.
Kepala kampung Naena Muktipura SP6, Lalu Sukri menjelaskan meskipun saya ini banjir sudah mulai surut, namun petani mengalami kerugian hingga puluhan juta.
“Jadi luapan air masuk hingga perkebunan warga, sekitar 10 kebun hancur akibat banjir, banyak tanaman rusak,” jelasnya ketika kepada media ini, Senin (16/5/2025).
Lalu Sukri mengatakan karena banjir, para petani mengalami gagal panen.
“Otomatis pemasukan mereka berkurang, karena disini lebih banyak mata pencariannya adalah petani, kalau tanaman mereka rusak otomatis ekonomi mereka juga terdampak,” katanya.
Dijelaskan setiap tahun ketika musim hujan selalu dipastikan para petani akan gagal panen. Selain itu beberapa rumah juga terendam banjir.
“Untuk yang parah adalah lahan pertanian warga. Karena lahan itu untuk nyambung hidup mereka tetapi sekarang sudah rusak dan belum ada perhatian,” kata Lalu.
Ia berharap pemerintah bisa meninjau penyebab banjir.
“Harapan kami untuk pemerintah mohon segera di tinjau penyebabnya banjir ini karena apa, kalau perlu drainase mungkin bisa dilakukan perbaikan secara besar-besaran di distrik iwaka.Kalau kami menduga harus segera dilakukan drainase seoptimal mungkin untuk mencegah banjir,” harapnya.
Dikatakan, tahun lalu sudah dilakukan peninjauan oleh pemerintah, sayangnya sampai saat ini belum ada kabar selanjutnya.
Setiap Banjir, Aktivitas Lumpuh
Banjir juga menyebabkan lumpuhnya akses masyarakat yang melintasi jalan poros SP6 menuju SP5 dan sekitarnya.
Jalan tersebut juga sebagai akses masyarakat dari Kampung Naena Muktipura maupun Logpon menuju ke SP5 hingga ke pusat kota Timika.
Sayangnya akibat hujan, jalan yang tepatnya didepan kandang sapi terendam banjir hingga ukuran pinggang orang dewasa sehingga tidak bisa dilewati oleh kendaraan, yang berakibat lumpuhnya akses masyarakat yang melakukan berbagai aktivitas salah satunya berjualan di kota.
Seorang warga Kampung Naena Muktipura, Nong Yel ketika menjelaskan, hujan deras dengan intensitas sedang hingga tinggi mengguyur wilayah setempat sejak Jumat malam dan mengakibatkan luapan air kali hingga meluap naik di badan jalan poros.
“Jadi, khusus di jalan poros ini memang sudah sering (terdampak banjir), tapi kali ini memang paling parah. Setiap hujan deras pasti air meluap. Sayangnya tidak ada perhatian lanjutan dari pihak terkait yang pernah berkunjung melihat lokasi ini,” kata Nong Yel Minggu (15/6/2025) di lokasi banjir.
Nong yang berprofesi sebagai sopir ini meminta perhatian dari Pemerintah Daerah dan DPRK Mimika selaku Wakil Rakyat.
“Kami meminta kepada pemerintah melalui dinas terkait dan para anggota DPRK supaya membantu kami agar situasi sulit seperti ini bisa teratasi. Kalau sudah seperti ini memang susah sekali karena mayoritas masyarakat adalah petani yang juga saat ini tanamanya turut terendam dan merugi. Kasihan, mereka sudah bekerja tapi hasilnya nihil,” ujarnya.
Sementara itu, warga lainya bernama Agustinus M. Erneste menjelaskan, ketinggian genangan air di lokasi setempat berkisar 1,5 meter dan panjang sekitar 200meter.
“Jadi, kami minta supaya pemerintah bantu kami, setiap tahun kami begini terus. Kami masyarakat kecil tidak bisa bikin apa-apa, kehidupan dan mata pencaharian kami tergantung hasil tanaman, tapi kalau sudah seperti ini kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi,” tandasnya.
Pantauan media ini di lokasi banjir, kendaraan mobil selain truk besar benar-benar tak dapat melewati genangan air sehingga harus balik arah. Sedangkan kendaraan bermotor harus diangkut dengan rakit buatan warga dengan biaya sewa berkisar Rp 25 ribu per motor.
Selain akses jalan yang macet, warga Kampung Naena Muktipura yang mayoritas berprofesi sebagai petani juga mengaku rugi. Sebab, tanaman sayur-sayuran hingga buah-buahan terancam gagal panen imbas dari ribuan hektar lahan terendam luapan air.