Menu

Mode Gelap

Cerita · 18 Agu 2025 23:24 WIT

Cerita Dari Sudut Bengkel, Andreas Bimin Meski Tak Tamat SD Tapi Konsisten Jadi Montir Handal


Andreas Bimin, ketika bekerja memperbaiki mesin motor pelanggan di bengkel. (Foto: Edwin Rumanasen/Sasagupapua) Perbesar

Andreas Bimin, ketika bekerja memperbaiki mesin motor pelanggan di bengkel. (Foto: Edwin Rumanasen/Sasagupapua)

SUASANA Langit Mimika tampak mendung menandakan hujan akan mulai membasahi bumi Amungsa Tanah Kamoro di bulan Juli itu. 

Sebuah bengkel motor yang berdinding kayu di Jalan WR Supratman masih tampak ramai oleh pengunjung. 

Seorang pria berbaju hitam terlihat sibuk memperbaiki motor yang datang dan pergi, sesekali ia menelfon untuk menanyakan stok dan harga barang sesuai kebutuhan motor pelanggan yang rusak.

Ketika senggang, Jurnalis Sasagupapua.com mulai berkenalan dengannya. Namanya Andreas Bimin (23) seorang anak muda Papua asli Suku Asmat yang besar di kota Timika.

Hijrah bersama orang tuanya ke Timika dari Asmat. Andreas tak pernah mengenal jelas wajah ayahnya yang sudah pergi menghadap khalik sejak ia berumur 1 tahun.

“Kami ke Timika, mama jualan di pasar, tapi pas saya umur 19 tahun, mama juga meninggal dunia. Disitu hidup saya semakin hampa,” ungkap Andreas.

Andreas bercerita, ia mulai berjuang dengan kehidupan berat bukan ketika dewasa. Andreas harus mengalah dengan keadaan. Ia putus sekolah saat duduk di kelas 3 SD karena faktor ekonomi yang mencekik.

“Saya putus sekolah karena faktor ekonomi trus yang biayai saya sekolah hanya mama saja, mama jualan di pasar Sp1. Tapi sakit lalu meninggal,” jelasnya.

Tak hanya orang tua yang meninggalkan Andreas selama-lamanya. Andreas yang harusnya memiliki delapan saudara harus terima kenyataan tiga orang kakak-nya juga meninggal dunia.

“Saya anak bungsu, semua saudara saya jauh, di sini saya tinggal sendiri dari usia 19 tahun,” jelasnya.

 

Perjalanan Hidup Sendiri Dimulai

Hidup harus terus berjalan, diusia 19 tahun, Andreas harus berpikir untuk bertahan hidup. Ia mulai berangkat berjuang perlahan.

“Saya awalnya ikuti orang Jawa bertani, sensor kayu ikut orang Toraja, trus pindah ke orang Jawa bertani lagi,” kata Andreas.

Semua ia pelajari dengan tekun dan saksama. Tak hanya sekedar ikut namun ia juga terlibat, belajar.

“Pas ada orang Makasar ajak saya jadi mekanik motor, awalnya saya pikir hanya bermain saja, jadi saya ikut-ikut untuk bantu-bantu,” terangnya.

Namun, lambat laun keadaan membuatnya merasa harus bisa menjadi seorang mekanik handal.

“Akhirnya dari situ saya mulai niat untuk belajar, dari 2024 saya belajar, sampai dengan saat ini 2025, bongkar pasang mesin motor saya sudah bisa kuasai saya belajar dari orang Makasar itu,” ungkapnya.

 

Dipercayakan dan Punya Mimpi Miliki Bengkel Sendiri

Setelah lihai, Andreas mulai bekerja di beberapa bengkel untuk terus mengasah kemampuannya.

“Awal saya kerja di bengkel ini pertama dengan orang Bugis juga di sp4, lalu bos dari bengkel Petrosea (sekarang)cari saya.

Dia rekrut saya jadi karyawannya,” kata Andreas.

Awalnya Andreas masih ragu sebab lokasi tempat tinggalnya terbilang jauh dari Sp1 ke WR Supratman.

“Tapi saya berpikir untuk berkembang saya harus berjuang. Terus saya juga mau lebih baik, jauh dari kehidupan, godaan teman-teman yang banyak melakukan hal yang tidak buat saya maju,” ujarnya.

Andreas saat memperbaiki motor pengunjung. (Foto: Edwin Rumanasen)

Akhirnya ia menerima tawaran pekerjaan di Petrosea bahkan diberikan fasilitas tinggal langsung di bengkel tersebut sehingga Andreas tak perlu lagi pulan dan pergi.

“Karena bos percayakan saya untuk jaga bengkel dan pekerjaan disini,” ujarnya.

Andreas adalah seorang yang tekun, jujur, sopan dan ramah kepada semua orang membuat pemilik bengkel memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengelola bengkel tersebut.

“Bos percaya saya saya juga selalu harus selalu jujur, saya tidak boleh berbuat hal buruk disini, saya harus sopan kepada semua orang, itu harus ada dalam diri saya,” katanya.

 

Pesan Positif

Andreas mengatakan di usianya yang masih terbilang mudah, ia tak menapik banyak godaan datang untuk mengacaukan dirinya dengan pergaulan yang bebas.

Namun, sikap konsisten dari Andreas selalu membuatnya berusaha menghindar dari situasi negatif.

“Saya punya niat sendiri untuk hindari dan berfikir dari sisi yang lain atau positif, karena di satu sisi saya hidup sendiri dan tidak ada siapa-siapa dalam hidupnya saya.

Sekarang ini saya berfikir bahwa saya disini datang hanya merantau juga, karena asli saya dari Asmat,” ujarnya.

“Jadi saya biasa menolak ajakan buruk dengan memberikan alasan kalau ada kesibukan dan kerja, itu yang biasa saya sampaikan kepada teman-teman saya,” sambungnya.

Ia juga berpesan kepada anak muda untuk belajar hidup mandiri dan jangan selalu bergantung dengan orang tua.

“Karena disaat ketika kita besar, kami akan mengalami hal yang pernah orang tua rasakan, kita harus berjuang cari hidup,” ungkapnya.

Ia mengatakan jika ingin belajar, harus tekun dan dengan biar serta kesabaran dalam menghadapi cobaan dan godaan.

“Walaupun sedikit ada hinaan tapi bertahanlah. Diumur muda saat ini, jangan pernah menyerah, dan banyak alasan untuk tinggalkan tanggung jawab pekerjaan, tapi ingat harus konsisten. Anak-anak muda sekarang harus berpaling dari hal buruk ke yang baik,” pungkasnya.

Berikan Komentar
penulis : Edwin Rumanasen
Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Cerita Paskibraka Papua Tengah: Berawal Dari Korban Pengungsian

17 Agustus 2025 - 18:12 WIT

Roti SIBI Dari Tangan Anak-anak Spesial di SLB Timika

11 Mei 2025 - 20:14 WIT

Cerita Penambang Ilegal di Yahukimo, Seminggu Bisa Dapat Sampai Empat Ons Hingga Setoran ke ‘Tuan Lokasi’

21 April 2025 - 18:46 WIT

Cerita Motivasi Dibalik Sosok Rafael Taorekeyau, Pemuda Kamoro yang Aktif Bersuara untuk OAP

18 April 2025 - 15:57 WIT

Kata Masyarakat Kampung Yoboi: Olah Pakai Mesin, Perempuan ‘Su’ Tidak Ramas Sagu

17 Maret 2025 - 13:06 WIT

Kisah Perjuangan Hajah Khairi si Montir Bengkel Perempuan di Papua 

11 Maret 2025 - 13:29 WIT

Trending di Cerita