Budaya · 17 Sep 2024 12:21 WIT

Cerita Lawatan Budaya Seniman Kamoro Ke Jawa Tengah Hingga Kenalkan Budaya Pesisir Selatan Papua


Perwakilan Yayasan Maramowe (kanan) menyerahkan cinderamata kepada Ismanto seorang Seniman Lukis, Pemahat sekaligus Pemain Musik dan Penari (kiri) dalam kunjungan ke Sanggar Gadhung Sari, Desa Dukun Magelang, Jawa Tengah 4-19 September 2024. (Foto:  Corcom PTFI) Perbesar

Perwakilan Yayasan Maramowe (kanan) menyerahkan cinderamata kepada Ismanto seorang Seniman Lukis, Pemahat sekaligus Pemain Musik dan Penari (kiri) dalam kunjungan ke Sanggar Gadhung Sari, Desa Dukun Magelang, Jawa Tengah 4-19 September 2024. (Foto: Corcom PTFI)

SASAGUPAPUA.COM, MAGELANG – Untuk pertama kalinya para Seniman dari Suku Kamoro, Provinsi Papua Tengah melakukan Lawatan Budaya ke Jawa Tengah pada 4-13 September 2024.

Mereka menampilkan kekayaan seni dan budaya Pesisir Selatan Papua dan berkolaborasi bersama para seniman lokal, dengan dukungan PT Freeport Indonesia.

Sebanyak delapan Seniman dari Suku Kamoro dengan didampingi Yayasan Maramowe Kamorowe (YMWK) Timika bersama Yayasan Atma Nusvantara Jati (Atsanti Foundation), Magelang, mengunjungi dua dusun di kawasan Candi Borobudur yakni Desa Kebonsari dan Desa Dukun.

Para Seniman Kamoro tampil dalam Festival Bhumi Ashanti di Magelang. Ini menjadi bagian dari Lawatan Budaya Seniman Suku Kamoro ke Jawa Tengah yang berlangsung 4-13 September 2024. (Foto: Corcom PTFI)

Di Desa Kebonsari, para seniman Kamoro untuk bertukar pengalaman dalam berkesenian bersama para seniman dari Komunitas Bambu. Mereka mengajarkan cara mengukir di atas bambu, membuat wayang siladan. Tim Maramowe juga mengajarkan cara membuat ukiran Kamoro dari kayu.

“Pertukaran budaya ini sangat berharga bagi kedua komunitas seniman. Kami berdialog dan bertukar pengalaman mengenai pemanfaatan bambu dan kayu sebagai karya seni. Di sisi lain, kunjungan ini memberi kami wawasan tentang pembentukan desa wisata dan pemasaran produk,” kata Founder Yayasan Maramowe, Luluk Intarti.

Kunjungan berikutnya adalah Sanggar Gadhung Sari, Desa Dukun, bertemu Ismanto seorang Seniman Lukis, Pemahat sekaligus Pemain Musik dan Penari. Seniman Kamoro diajarkan cara menyepuh alat pahat dan teknik mengukir dengan media batu. Di sanggar ini, Seniman Kamoro berkolaborasi dengan puluhan penari dan penabuh gendang cilik yang belajar di sanggar, menyajikan tari pergaulan “Taware” bagi warga desa yang antusias datang untuk bertemu seniman dari Papua.

Masih di Magelang, para Seniman Kamoro juga sukses menjadi bintang dalam Festival Bhumi Atsanti (FBA) 2024. Festival tahunan ini merupakan ajang bertemunya para seniman-seniman nasional dengan seniman di Jawa Tengah.

Tema yang diusung tahun ini “Hayuning Roso”, terinspirasi dari filosofi Jawa “Memayu Hayuning Bawana” yang bermakna mempercantik dunia.

Para Seniman Kamoro memperagakan bagaimana mengukir, menganyam, menampilkan pertunjukan tari dan lagu rakyat seperti Tari Mbikao atau topeng roh, Tari Yamate Eyaro dan nyanyian ‘Wakuru’ yang disambung dengan tari Wautu. Ada pula kolaborasi dengan Seniman asal Yogyakarta “D+ Project” membawakan lagu ‘Nuru Ai Pani,’ sebuah lagu rakyat Kamoro.

“Senang sekali berada di rumah budaya Bhumi Atsanti, semua peserta menerima kami dengan baik. Saya dan teman-teman Kamoro bisa kenal budaya lain, tukar pikiran dan belajar dari mereka. Kami juga perlihatkan budaya kami, orang Kamoro, bagaimana cara ukir, anyam, menari dan menyanyi,” tutur Ketua Yayasan Maramowe Herman Kiripi.

Direktur & EVP Sustainable Developmen PTFI Claus Wamafma mengatakan Freeport Indonesia berkomitmen dapat terlibat secara konkret dalam upaya pelestarian budaya Suku Kamoro.

“Lawatan budaya ke Jawa Tengah ini diharapkan dapat memberi pengalaman para Seniman Kamoro tampil di panggung budaya dan memperkenalkan keindahan seni Kamoro kepada publik yang lebih luas, menambah jaringan perkenalan dengan banyak seniman lokal dan komunitas seni, membuka ruang kolaborasi antar seniman, sekaligus bisa menjadi ajang saling belajar upaya mempromosikan budaya dan merangkul generasi muda sebagai pewaris tradisi,” kata Claus.

Setelah berpartisipasi dalam rangkaian acara di Festival Bhumi Atsanti di Magelang, para Seniman Kamoro melanjutkan lawatan budaya ke Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta (10-13 September).

Para Penari Kamoro membawakan Tarian Mbikao di hadapan mahasiswa ISI Surakarta sebagai upaya preservasi Budaya Kamoro melalui media audio visual di ISI, 10-13 Agustus 2024. (Foto: Corcom PTFI)

Di kampus ini, mereka membagi informasi dan berdiskusi dengan dosen tentang Budaya Suku Kamoro, serta praktik pendokumentasian tarian Kamoro bersama mahasiswa sebagai upaya preservasi Budaya Kamoro melalui media audio visual. Kegiatan ini merupakan kerjasama berbagai jurusan di ISI Surakarta yang tergabung dalam Fakultas Seni Rupa dan Desain.

“Kegiatan ini menjadi kesempatan berharga untuk memperkuat hubungan antara seni tradisional dan akademis di ISI Surakarta,” kata Luluk.

 

Berikan Komentar
Artikel ini telah dibaca 45 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Ikut PKN, Rumah Kreatif Hallelujah Rawat Budaya Dengan Pertunjukan Tradisi ‘Onaki’ di Atuka

27 Oktober 2024 - 15:05 WIT

Solidaritas Merauke Unjuk Rasa di Depan Kantor Kementerian Pertanahan: Jangan Rampas Hak Hidup OAP

16 Oktober 2024 - 21:01 WIT

Mengejar Mimpi Symphony Amor Marching Band: 100 Persen Anak Adat Mimika yang Ingin Tampil di Istana Negara

10 Oktober 2024 - 09:29 WIT

Komika John Yewen: Papua Butuh Sosok Pemimpin yang Mampu Perjuangkan Hak Masyarakat Adat

28 September 2024 - 18:06 WIT

Dengarkan Suara Koalisi Anak Adat dan BEM Mahasiswa: Masyarakat Harus Pilih Kepala Daerah yang Pro Lingkungan

21 September 2024 - 23:14 WIT

OPINI | Salah Pilih Susah Pulih: Nasib Papua di Tangan bakal calon Tanpa Komitmen Lingkungan dan Hak Masyarakat Adat

20 September 2024 - 09:00 WIT

Trending di Budaya