Cerita · 11 Mar 2025 13:29 WIT

Kisah Perjuangan Hajah Khairi si Montir Bengkel Perempuan di Papua 


Hajah Khairi, saat bekerja di bengkel nya yang terletak di Sp2, Kabupaten Mimika. (Foto: Kristina Rejang) Perbesar

Hajah Khairi, saat bekerja di bengkel nya yang terletak di Sp2, Kabupaten Mimika. (Foto: Kristina Rejang)

SASAGUPAPUA.COM, TIMIKA – Gemuruh suara knalpot motor terdengar ribut di salah satu bengkel yang terletak di Jalan SP2, Kabupaten Mimika, Papua Tengah pada Jumat (7/3/2025).

Tampak beberapa motor berjejer dan sedang diperbaiki oleh dua orang montir laki-laki.

Terlihat dari depan bengkel menembus ke dalam rumah pemilik bengkel, tampak seorang ibu berhijab sedang sibuk  melipat pakaian sambil menoleh ke arah bengkel.

Karena bengkel semakin ramai dengan kendaraan, ibu tersebut mulai mempercepat gerakan melipat pakaian hingga selesai, lalu bangun dari tempat duduk untuk menuju ke bengkel kecil tersebut.

Ia langsung melayani konsumen yang ingin mengganti jok motornya. Usai konsumen memilih jok motor yang cocok, perempuan itu langsung bergerak mengambil peralatan dan mulai membongkar dan mengganti jok tersebut. Terlihat sangat lihai, lincah dan cepat. Hanya membutuhkan waktu beberapa saat, jok baru telah terpasang.

Selanjutnya ia juga mulai sibuk mengambil berbagai jenis kunci untuk mengganti ban belakang milik konsumen, kemudian rantai motor, mengganti oli, semua ia kerjakan dengan cekatan, cepat dan tepat serta memuaskan para pelanggan, baju syar’i yang dikenakan tampar sama sekali tidak mengganggu pergerakan si montir perempuan itu.

Usai berkenalan dengan jurnalis Sasagupapua.com, nama perempuan itu adalah Hajah (Hj) Khairi yang membuat banyak perempuan yang merasa bangga ketika datang ke bengkel tersebut.

 

Hanya Tamatan SD Tapi Paham Semua Soal Motor

Datang merantau ke Timika pada tahun 2009. Bersama suami mendirikan bengkel di SP2 yang awalnya hanya mengontrak hingga kini sudah memiliki bangunan sendiri.

Awal membuka bengkel kecil,  hanya dikerjakan oleh suami Hajah Khairi.

“Baru datang pertama kali syukurnya di Timika banyak yang support, bos-bos cina kasih barang,” jelas Hajah Khairi .

Baru setahun buka bengkel, pada tahun 2010, Hajah Khairi harus menelan pil pahit, bengkel yang baru dibuka itu terbakar hangus tanpa sisa hingga meninggalkan hutang.

“Sebelum kejadian kebakaran itu, ada beberapa toko yang kasi masuk barang tiba-tiba ada kejadian yang tidak disangka (kebakaran), itulah namanya utang,” kenang Khairi.

Hajah Khairi seorang perempuan tanggung yang hanya bermodal lulusan Sekolah Dasar (SD) namun keadaan memaksanya harus mampu melawan situasi hingga membawanya menjadi montir yang mahir memperbaiki berbagai jenis motor.

Berkat dukungan sang suami. Ia bisa membantu perekonomian keluarga.

“Pendidikan saya cuma tamatan SD saja, mungkin karena faktor keadaan, karena keadaan yang memaksa di awal-awal kita buka usaha ini. Jadi saya bisa ini karena pertama faktor bapak (suami), yang kedua karena saya banyak utang akibat kebakaran itu,” jelasnya.

Hajah Khairi saat bekerja di bengkelnya. (Foto: Kristin Rejang)

Karena keadaan itu, ia harus membantu suami yang hanya sendiri bekerja ketika mereka kembali membangun bengkel baru.

Sejak tahun 2011, Khairi mulai tekun mencoba membantu suaminya menjadi montir sebab hanya suaminya yang kelola bengkel tersebut.

 

Jangan Buka Bengkel Kalau Tidak Bisa Tahu

Hj. Khairi bercerita, awal dirinya memutuskan untuk menjadi seorang montir tidak mendapatkan persetujuan dari suami sebab suami Khari takut ia akan berhadapan dengan berbagai macam karakter orang (konsumen).

“Kalau awal memang bapak tidak suka, tapi saya yang ngotot mau, tapi karena keadaan. Jadi contohnya kalau bapak mau pergi belanja kalau ada keperluan barang, itu tidak bisa karena tidak ada karyawan waktu dua tahun awal-awal, kami berdua saja, jadi dari situ akhirnya, belajar-belajar. Saya mulai coba, kalau bapa keluar, kalau belum selesai nanti bapa datang baru dilanjutkan lagi, lama-lama bisa,” jelas Hj. Khairi.

Belajar banyak dari suami, tiap hari ia berusaha untuk belajar dan akhirnya bisa karena terbiasa.

“Memang terlihat biasa tapi tidak semudah itu juga, intinya lihat sekarang karena sudah fasih saja, kalau dari awal itu butuh perjuangan,” ungkapnya.

Berbagai makian, hinaan dari orang karena pekerjaan awal-awal yang tidak maksimal sudah pernah ia lalui.

Hajah Khairi saat bekerja bersama suami memperbaiki motor. (Foto: Kristin Rejang)

“Itu wajar, karena memang saya salah dan bisa dibilang, ini masalah keselamatan, jadi kalau orang datang marah-marah ya wajar, karena takut terjadi apa-apa,” ungkapnya.

Hj. Khairi berpikir dari kegagalan, amarah, cacian malah menjadi motivasi baginya.

“Tapi justru dari kegagalan itu saya harus bisa mematahkan kata-kata mereka, “jangan buka bengkel kalau tidak tahu”,” katanya.

Ada pula kata dia yang datang dan merasa iba dengan Hj.Khairi karena melihat ia sebagai perempuan harus mengerjakan pekerjaan yang dikenal paling banyak dikerjakan hanya orang laki-laki.

“Ya itulah pendapat orang, kita tidak bisa memaksa orang suka dengan kita. Kalau sekarang istilahnya menikmati saja ya, kalau sudah lihat pekerjaan begini biasa Bergerak sendiri,” terangnya.

 

Antara Rumah dan Bengkel

Hj. Khairi sosok ibu yang pandai membagi waktu antara pekerjaan rumah dan bengkel.

Memiliki empat anak, menjadi tantangan yang harus ia hadapi ketika membagi waktu dan berjuang bersama suami.

“Untuk waktu dirumah sebagai ibu rumah tangga, kalau bilang adil tidak bisa adil juga, tapi disesuaikan saja kemampuan nya kalau pas ada waktu. Manfaatkan waktu saat belum buka bengkel, kita kerjakan seperti masak dan lainnya,” ungkapnya.

Hajah Khairi, (Foto: Kristin Rejang)

Dengan kesibukan usaha bengkel, Hj.Khairi mengatakan perhatian kepada anak mungkin masih kurang namun ia terus berusaha hingga semua anak-anaknya tumbuh dewasa menjadi anak-anak hebat dan mandiri.

“Kalau perhatian ke anak pastilah dengan kesibukan usaha seperti ini pasti anak-anak merasa kurang, tapi yang pasti saya akan berusaha semampunya, apa yang bisa dikerjakan. Saya rasa anak-anak juga pasti melihat bagaimana kerjaan nya, perjuangannya, apalagi sehari-hari mereka lihat dengan mata kepalanya sendiri,” kata Hj. Khairi.

 

Untuk Perempuan Berkaryalah Ketika ada Kesempatan

Lewat momen hari perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret 2025, perempuan yang lahir pada 22 Juli 1990 menuturkan menjadi perempuan dan berkarya itu merupakan hal yang penting di jaman sekarang ini.

“Kalau menang mampu dan bisa, kenapa tidak ? Jadi kita bisa berkarya,” ucapnya.

Ia berpesan kepada para perempuan-perempuan kuat dimana saja berada, jika bisa melakukan satu hal dan itu ada kesempatan, maka jangan pernah sia-siakan.

“Mungkin dulu saya pribadi belum tahu kalau basic nya nanti bisa kerja apa begitu. Tapi ternyata Tuhan kasi jalan, pekerjaan nya seperti ini yang bisa saya kerjakan,” katanya.

Hj. Khairi menjadi satu dari banyaknya perempuan yang bisa dijadikan contoh dan motivasi bagi yang lain.

“Semoga bisa menjadi contoh, misalnya pelanggan datang dan melihat pekerjaan saya bisa jadi motivasi bahwa perempuan itu bisa kenapa saya tidak bisa?. Karena saya rasa jaman sekarang sudah banyak wanita yang wonder women banyak. Karena mungkin sekarang sudah seperti itu, perempuan sudah harus maju.

Berikan Komentar
penulis : Kristin Rejang
Artikel ini telah dibaca 205 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Makna Mendalam Ketika Daun Palem Kering Dibakar Sebelum Rabu Abu

5 Maret 2025 - 01:11 WIT

Persahabatan Dua Pendaki Wanita Hingga Meninggal Dunia Usai Berhasil Capai Puncak Tertinggi Cartenz

2 Maret 2025 - 15:19 WIT

Cerita dan Harapan dari Pagelaran Seni Budaya di Tengah Hutan Sagu di Kampung Sereh

23 Januari 2025 - 11:59 WIT

Cerita Perjuangan Markus Yelimaken di Wamena, Menarik Becak Hingga Wisuda

14 November 2024 - 18:43 WIT

Cerita Warga Saat Ikut Simulasi Pilkada yang Digelar KPU Mimika

8 November 2024 - 16:31 WIT

Motivasi Berkat Murib, Petani Kopi Asal Puncak di Daerah Transmigrasi: Wujudkan Mimpi Menjadi Sukses

6 Oktober 2024 - 11:53 WIT

Trending di Cerita