Oleh: Kristin Rejang
“Menjadi seorang operator kendaraan raksasa di area pertambangan tidak pernah ada dalam catatan cita-cita saya”
BEGITU yang diungkapkan Mariana Edoway perempuan tangguh kelahiran Egebutu 20 Mei 1993 silam.
“Cita-cita saya jadi perawat. Sa (Saya-red) juga tra (tidak-red) sangka bisa jadi operator,” ujar perempuan berdarah Paniai ini.
Malam itu, Rabu (1/5/2024) saat ditemui Sasagupapua.com di Kantor Petrosea, Jalan Cenderawasih , Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, Mariana baru saja pulang kerja dari Mile 32.
Mariana terlihat sangat memukau ketika memakai pakaian kerja berwarna orange dilapisi jaket hitam, menggunakan celana jeans panjang, sepatu safety dan helm kerja serta menggendong sebuah tas.
“Hari ini saya shift pagi, beginilah keseharian saya kalau kerja pagi, jam 4.55 wit sudah berangkat dari sini (kantor Peteosea) jadi sampai di sana (lokasi kerja) itu sudah pas jam enam pagi langsung kerja sampai jam enam sore. Kalau kerja malam juga sama jam empat sore sampai jam enam pagi,” kata Mariana sembari melemparkan senyuman.
Menghabiskan masa SD kelas 1-4 di SD YPPK Waonaripi, Timika lalu melanjutkan kelas 5-6 di SD Inpres Timika 7. Mariana juga pernah bersekolah di SMP YPPK St.Bernardus Timika, kemudian melanjutkan SMA ke St. Michael Semarang.
Mariana sempat menempuh perkuliahan, namun tidak berlangsung hingga selesai sebab ia mencoba keberuntungan untuk menghadapi dunia kerja.
“Waktu itu kuliah tapi pas pulang liburan iseng-iseng masukan berkas di PT. Putra Otomona Jaya,Puji Tuhan dapat panggil masuk PT. Petrosea Timika,” jelas Maria sembari mengingat kenangan pertama kali merasakan dunia kerja.
Putri dari Bapak Nikolaus edoway dan ibu Klemensia Iyowau ini telah bekerja mengoperasikan Dump Truck hampir 7 tahun.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini bercerita, Awalnya ia diberikan pekerjaan di dalam ruangan kantor. Kemudian ia mendapatkan kesempatan dari PT.Petrosea untuk ikut training dump truck.
“Awalnya gugup tapi puji Tuhan bisa dilewati, karena ada dukungan dari trainer juga, mereka bilang perempuan Papua harus bisa akhirnya saya termotivasi dan semangat puji Tuhan training dan akhirnya bisa,” ujarnya.
Semangat dari Mariana ditunjukan dengan tetap loyalitas dalam bekerja meskipun sebagai perempuan, ia ikut merasakan pekerjaan yang setara dengan kaum laki-laki, merasakan 12 jam bekerja, shif malam maupun pagi menaklukan kendaraan raksasa, Dump Truck tanpa kenal lelah.
“Kalau melawan kerja malam itu awal-awal memang susah tapi karena sudah terbiasa jadi bisa, kalau ngantuk biasanya saya makan pinang biar ngantuk hilang,” kata Mariana.
Setiap hari ia bekerja dengan lokasi yang berpindah-pindah kadang berada di area tanggul barat, kadang di area tanggul timur tergantung permintaan klien dari PT.Petrosea yakni PT.Freeport Indonesia.
“Jadi kita bawa alat muat material seputaran tanggul barat dan timur,” jelasnya.
Untuk beberapa kali putaran dalam sehari, Mariana menjelaskan semua tergantung lokasi dumping (buang muatan).
“Kalau dumping jauh bisa 7 kali bolak balik, tapi kalau dekat sekali paling banyak 20 kali bolak-balik,” terangnya.
Ia bersyukur mendapatkan perusahaan yang menjalankan aturan dengan baik, ibu dua anak ini juga pernah mendapatkan cuti spesial seperti ketika hamil mendapatkan cuti melahirkan bahkan cuti haid setiap bulannya.
“Jadi ada cuti haid setiap bulan dua hari tapi tergantung kita mau ambil atau tidak,” jelasnya.
Di dunia kerja yang paling banyak dihuni oleh kaum laki-laki, Mariana mengatakan dirinya sangat nyaman sebab bisa bertemu rekan-rekan kerja yang sangat menghargai peran perempuan.
“Mereka sangat menghargai kami perempuan, bahkan kami sudah seperti saudara, mereka sangat baik,” katanya.
Menurut Mariana, sebagai perempuan harus bisa memanfaatkan pekerjaan yang diberikan oleh Tuhan dengan baik.
“Kerjaan itu rejeki dari Tuhan, jangan pernah merasa kita perempuan lalu kita lemah. Rejeki yang Tuhan kasih harus kita jaga. Kita jangan mau kalah dengan laki laki, jaman sekarang ini tidak ada istilahnya perempuan hanya di dapur, perempuan juga sama bisa menghasilkan uang. Malah kita spesial karena bisa melahirkan, merawat rumah, dan lainnya. Ayo kita memotivasi diri kita bahwa kita bisa,” ungkapnya.
Ia memberikan apresiasi kepada perusahaannya sebab memberikan kesempatan bagi para perempuan Papua untuk berkarya di area pertambangan.
“Semoga perempuan-perempuan Papua lainnya juga diberikan kesempatan bekerja seperti kami. Puji Tuhan kami sekarang Perempuan Papua yang operator sudah 8 orang, awalnya dua, tiga sampai sekarang sudah ada 8 orang semoga Petrosea bisa terus merekrut dan memberdayakan perempuan Papua sebagai operator-operator handal kedepannya,” ungkapnya.
Ia juga berpesan kepada para perempuan Papua yang saat ini dengan berbagai profesi agar terus berkarya.
“Apapun profesi kita, terus berjuang menjadi perempuan Papua yang hebat yang terus semangat, untuk para ibu-ibu, berjuang terus agar jadi teladan bagi anak-anak kita kedepan,” pungkasnya.
@sasagupapuanewsroom