Idul Adha merupakan hari raya umat Islam. Momen Idul Adha untuk memperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim bersedia mengorbankan putranya Isma’il sebagai wujud kepatuhan terhadap Allah, dimana dalam momen Idul Adha selain adanya proses pemotongan hewan kurban, juga dilaksanakan solat Idul Adha.
Di sebuah masjid yang sederhana terletak di salah satu kampung Transmigrasi yakni Kampung Naena Muktipura SP6, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah Kamis (29/6/2023), pagi itu menggelar solat Idul Adha sebelum melakukan pemotongan hewan kurban.
Masjid itu diberi nama Masjid Al-Muhajirin SP-6 yang berdiri sejak tahun 1994 dengan jumlah jiwa cukup banyak diperkirakan sekitar 800an umat muslim, dan jumlah Kepala Keluarga berkisar 300-an.
Kampung Naena Muktipura merupakan kampung transmigrasi yang diisi oleh penduduk dari berbagai daerah di Indonesia seperti NTT, NTB khususnya Lombok, dan Jawa Barat dan Jawa Tengah sejak tahun 1993.
“Saya tiba di Sp6 akhir bulan November tahun 1993, waktu itu datang dari Jawa dengan istri dan satu orang anak,” kata Johar, salah satu warga masjid Al-Muhajirin kepada Sasagupapua.com, Kamis (29/6/2023).
Saat ini, Johar sudah memiliki 3 orang anak, anak pertama yang dibawanya dari kampung sudah menyelesaikan kuliah, sementara dua anaknya lahir di SP6 kini sementara kuliah dan yang bungsu masih SD.
“Waktu itu kesini karena di kampung susah cari kerja, jadi beranikan diri untuk merantau,” kata Johar.
Ia bercerita, saat datang ke Sp6, keadaan masih lumpur, jalan masih sangat jelek, bahkan tidak ada sumur untuk memperoleh air bersih.
“Jadi kita mandi air dari parit saja,” ungkapnya.
Meski dengan keadaan seperti itu, pria yang berprofesi sebagai petani ini, tetap bertahan hingga 30 tahun hidup di SP6.
Ia mengaku selama 30 tahun hidup di Papua, baru dua kali pulang ke kampung halamannya.
“Ke kampung hanya nengok keluarga saja terus balik lagi, tidak bisa lama-lama di kampung rasanya ingin pulang cepat ke Papua,” ungkapnya.
Momen hari raya Idul Adha ini, menurutnya sama seperti hari raya sebelumnya sebab ia masih menikmati hari raya di tanah rantau.
“Punya kerinduan bisa bersama keluarga di kampung dalam momen hari raya, tapi begitulah harga tiket juga mahal. Jadi setiap hari raya selalu di tanah rantau, disini (SP6) sudah saya anggap kampung asal sendiri,” ungkap Johar.
Memelihara Toleransi
Warga Kampung Naena Muktipura SP6 secara keseluruhan yaitu 517 Kepala Keluarga. Sebanyak 300 KK adalah umat muslim.
Sikap toleransi yang selalu ditanamkan oleh warga SP6 sangat kuat. Dimana hidup selalu berdampingan selama bertahun-tahun dengan berbagai agama namun sangat rukun.
Kepala Kampung Naena Muktipura, Lalu Sukri Rahman mengatakan di SP6, tidak hanya warga asli program transmigrasi saja yang tinggal, namun sudah bercampur dengan masyarakat yang baru datang tanpa program transmigrasi.
“Banyak juga yang pulang waktu awal datang (transmigrasi). Tapi yang bertahan tinggal disini lebih banyak,” ujarnya.
Lalu juga merupakan salah satu anak transmigrasi melihat perkembangan kampung dari tahun ke tahun sangat maju.
“Dulu hutan belantara, jalan becek sekarang sudah terang jalan juga aspal meskipun ada beberapa yang belum,” katanya.
Meski merayakan Idul Adha dengan sederhana, namun, menurut Lalu umat muslim di Sp6 yang kebanyakan adalah petani sederhana namun memiliki rasa berkurban yang tinggi.
“Di momen Idul Adha ini mungkin di tahun depan kita semua lebih giat lagi berkurban, jangan berharap dengan pemerintah,” katanya.
Dikatakan dalam berkurban, umat muslim di SP6 lebih banyak berkurban bersama-sama tanpa sentuhan pemerintah.
“Tahun ini tidak ada bantuan pemerintah beberapa kali memang tidak ada bantuan hewan kurban, makanya kadang cuman 1 hewan saja, begitu juga Khatib juga tidak ada, semua kami sendiri,” ungkapnya.
Momen Idul Adha Ada Harapan Bisa Bangun Masjid Baru
Seiring berjalannya waktu meski ukuran masjid tidak berubah, namun beberapa kali masjid tersebut sempat direnovasi.
Tahun ini, umat muslim Sp6 sementara dalam tahap pembangunan masjid yang sudah berdiri puluhan tahun tersebut.
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Ustadz Ahmad Jayadi yang juga berperan sebagai Khotib dalam Solat Idul Adha mengatakan momen Idul Adha juga menjadi momen peringatan untuk manusia berkurban.
Selain itu, berkurban juga dalam bentuk membangun tempat-tempat ibadah agar umat yang ada di muka bumi memiliki tempat ibadah yang layak dan nyaman.
Sehingga ia mengajak semua umat muslim SP6 untuk bersama-sama swadaya dalam pembangunan masjid yang ada di Sp6.
“Masjid ini sudah lama sekali, sudah tua sudah waktunya diperbaharui,” katanya.
Ia berharap agar pemerintah bisa memperhatikan usaha mereka dalam melaksanakan pembangunan masjid tersebut.
“Semoga pemerintah terkait juga bisa membantu pembangunan masjid,” katanya.
Momen Idul Adha ini, Umat Muslim di Masjid Al-Muhajirin menyembelih satu ekor sapi merupakan swadaya jemaah, sementara satu kambing disumbangkan oleh salah satu anggota DPRD Kabupaten Mimika.
Dengan dua hewan kurban ini, kata Ustadz Ahmad tentu tidak mencukupi untuk dibagikan ke semua umat muslim yang berjumlah 300 KK.
“Kita sederhana saja, disini kita pilih saja yang berhak menerima karena tidak bisa semua sebab tidak mencukupi,” ungkapnya.
Ia berharap dengan momen Idul Adha juga menjadi momen umat muslim di Sp6 untuk lebih giat berbagi dan menolong orang yang membutuhkan.
Penulis: Kristin Rejang