SASAGUPAPUA.COM, TIMIKA – Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika berkolaborasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Pemerintahan Distrik (Pemdis) dan Pemerintahan Kampung (Pemkam) melakukan penilaian Kampung Kelurahan Bebas Buang Air Besar Sembarangan, dan Bebas Jentik Nyamuk di 10 kelurahan/kampung yang ada di tiga distrik.
Tim Penilai dibagi tiga, tim pertama di empat kelurahan di wilayah Distrik Mimika Baru yakni Kelurahan Dingo Narama, Koperapoka, Kebun Sirih dan Kelurahan Perintis.
Tim kedua di tiga kampung di wilayah Distrik Kuala Kencana yakni Kampung Karya Kencana, Utikini Baru dan Kampung Pioka Kencana. Tim ketiga ditiga kampung di wilayah Distrik Wania yakni kampung Kampung Minabua, Nawaripi dan Kampung Kadun Jaya.
Kegiatan penilaian dilakukan selama dua hari yakni Kamis (31/10/2024) dan Jumat (1/11/2024) mulai pagi hingga sore.
Tim Penilai pada Tim Tiga perwakilan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Ismuyoko menjelaskan setelah melakukan penilain tim penilai dari ketiga tim akan melakukan evaluasi dan memutuskan empat kampung terbaik yang akan diberikan uang pembinaan.
“Dari hasil penilaian ini kita akan tentukan empat kampung yang akan meraih juara satu, juara dua, juara tiga dan juara harapan satu. Empat kampung ini akan mendapatkan hadiah berupa uang pembinaan. Pengumuman pemenang dilakukan saat peringatan Hari Kesehatan Nasional,” ungkap Ismuyoko di Kampung Nawaripi.
Dijelaskan penilaian dilakukan di 10 rumah di setiap kampung.
Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendukung program Tanggulangi Eliminasi Malaria Melalui Periksa Darah, Obati dan Kepatuhan Pengobatan Sampai Tuntas (Tempo Kas Tuntas) yang dicanangkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mimika dalam Tahun 2024 ini .
Selain itu semua temuan di lapangan akan dievaluasi untuk membenahi pelayanan di lapangan agar ke depan masyarakat bisa berprilaku hidup sehat.
Sementara itu Perwakilan Bappeda Mimika, Oktovianus Dogopia yang juga masuk dalam tim tiga, ditemukan masih ada warga di Nawaripi yang tidak membuang air di Jamban karema jamban rusak dan mengonsumi air sumur yang keruh.
Ketua RT 2, Kampung Nawaripi, Siprianus Operawiri menjelaskan sebelumnya hampir semua warga di wilayahnya memiliki jamban. Namun jamban itu merupakan bantuan yang dibangun sejak Tahun 1997, sehingga banyak yang kondisinya sudah rusak dan tersumbat.
“Jadi ada warga yang buang air di jamban milih tetangga, ada juga yang tidak buang dijamban,” terangnya.
Selain itu warga di sana juga masih mengonsumsi air sumur yang kondisinya tidak layak dikonsumsi. “Air di sini keruh tapi warga tetap konsumsi,” terangnya.