SASAGUPAPUA.COM, Timika – Masyarakat yang menjadi korban konflik berkepanjangan di Distrik Kwamki Narama, Timika, mendatangi dan menggeruduk Kantor Pusat Pemerintahan Kabupaten Mimika di SP3, Timika, pada Senin (15/12/2025) sekitar pukul 09.30 WIT.
Kedatangan mereka sebagai bentuk protes karena merasa minimnya respons Pemerintah Daerah (Pemda) Mimika terhadap perang saudara yang telah berlangsung selama lebih dari tiga bulan dan telah mengakibatkan penderitaan, kerusakan, dan kerugian harta benda bagi warga yang tidak terlibat.
Para korban datang membawa spanduk kain putih dan karton manila berisi orasi yang menyuarakan keluh kesah mereka.
“Kami Keluarga Korban, Rumah Rusak, Benda Dicuri/Dijarah,” demikian tertulis di salah satu kain.
“Kami keluarga-keluarga di area perang Kwamki Lama sebagai korban perang saudara yang sudah terjadi tiga bulan lebih. Rumah dibongkar, harta benda dicuri atau dijarah,” tulis korban dalam seruan lainnya.
Menurut perwakilan korban, Martina Demetouw, tujuan kedatangan mereka adalah menuntut kebijakan tegas dari pemerintah.
“Kami datang dengan tujuan disini bagaimana ada kebijakan dari pemerintah untuk kami pihak korban. Rumah kami dijarah, harta benda kami dijarah, bahkan kami diancam,” kata Martina.
Ia juga menambahkan aset jangka panjang dan ekonomi keluarga mereka, seperti tanaman, telah habis ditebang. Kondisi di Kwamki Narama sangat mencekam hingga membuat warga harus mengungsi.
“Kasarnya, kami mau berak kencing saja, panah sudah jatuh di samping kami. Kami semua mengungsi, ekonomi kami terhambat, anak tidak sekolah dengan bai,” ujarnya.
Para korban menyatakan kekecewaan mendalam karena konflik telah berjalan selama tiga bulan tanpa kehadiran atau solusi dari Pemerintah Kabupaten Mimika.
“Sudah tiga bulan Kwamki Narama ada dalam keadaan perang, tapi sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Mimika tidak pernah turun bertemu dengan kami yang menjadi korban. Kami tidak terlibat (perang), tapi kami kena imbasnya,” tegas Martina.
Mereka mendesak Bupati, Wakil Bupati (Wabup), dan DPR untuk turun langsung ke lokasi kejadian dan melihat kondisi rumah mereka yang sudah tidak ada lagi. Bahkan, beberapa rumah korban kini ditinggali oleh pihak yang terlibat perang.
Rombongan korban yang berorasi sebelumnya mendatangi Kantor DPRD, namun diarahkan menuju Kantor Bupati. Sayangnya, hingga berita ini diturunkan, tidak ada satu pun pejabat tinggi seperti Bupati, Wabup, atau Asisten yang menemui mereka.
“Sampai jam yang ada ini, kami masih lakukan orasi ini, tidak ada Bupati atau Wabup atau Asisten. Yang ada di sini mereka hanya berdiri dan menonton. Seakan-akan keluh kesah kami hari ini sia-sia,” kata Martina.
Harapan utama para korban adalah agar Pemerintah Kabupaten Mimika segera mengambil kebijakan untuk bekerja sama dengan TNI dan Polri guna menghentikan perang secara tegas.
“Pemerintah kerja sama dengan TNI/Polri untuk selesaikan ini dengan tegas, supaya kami sebagai warga Nasrani ingin merayakan Natal dengan hati yang damai,” ucap Martina dengan nada pilu.
Ia menyampaikan bahwa sebagai umat Kristiani yang akan segera merayakan Natal, mereka kini berada dalam kondisi mengungsi dan duka cita, bukan sukacita. Selain penghentian perang, korban juga menuntut solusi atas rumah dan harta benda mereka yang telah hancur dan dijarah.
“Karena perang ini bukan satu bulan, tapi sudah tiga bulan tanpa solusi dari pemerintah untuk turun ke lapangan,” pungkasnya.









