Menu

Mode Gelap

Cerita · 18 Nov 2025 00:31 WIT

Warisan Rasa dari Atas Danau: Semangat Mama Debora Lestarikan Pangan Lokal di Kampung Yoboi


Mama Debora Wally saat mengolah sagu. (Foto: Dok Sasagupapua) Perbesar

Mama Debora Wally saat mengolah sagu. (Foto: Dok Sasagupapua)

SASAGUPAPUA.COM, Sentani – Di tengah panas terik matahari siang itu, semangat Mama Debora Wally (78) tak surut. Di rumah kayunya yang berdiri kokoh di atas Danau Sentani, Kampung Yoboi, Jayapura, ia sibuk memperagakan cara mengolah aneka pangan lokal.

Aroma sagu forno, ongol-ongol hingga Sinole mulai memenuhi udara, mengundang decak kagum siapa saja yang menyaksikan energi luar biasa dari seorang perempuan Papua yang lahir pada 24 September 1947 itu.

Kampung Yoboi sendiri unik, semua bangunan, termasuk rumah Mama Debora, berdiri di atas danau.

Siang itu, tim sasagupapua.com disambut hangat dan disuguhi “swamening” atau gedi gulung, makanan khas dari Kampung Genyem berupa sagu dicampur sayur lilin yang dibungkus daun gedi, dimasak dengan santan. Sebuah sambutan yang sarat makna akan kekayaan kuliner lokal.

- Advertising -
- Advertising -

Swamening yang disuguhkan oleh mama Debora Wally. (Foto: Dok Sasagupapua)

Sambil bercerita, Mama Debora, seorang purna guru yang kini kembali mengabdi di kampung halamannya, membagikan filosofi hidup sehatnya.

Ia mengaku telah memasak pangan lokal sejak kecil, belajar dari ibunya menggunakan cetakan tanah liat.

“Kalau pagi harus anak-anak dan bapak (suami) suka makan sagu, setiap hari saya harus menyajikan makanan lokal,” ujarnya.

Baginya, nasi adalah menu langka di rumahnya. “Nasi menurut saya, saya kurang masak ini, saya seringnya masak sagu bakar, papeda, keladi bakar, pisang,” tutur ibu dari tujuh anak dengan empat belas cucu ini.

Mama Debora mengenang masa lalu di mana listrik belum masuk, dan mereka mengandalkan petromaks untuk mencari ikan di malam hari. Mereka hidup sehat tanpa nasi instan atau mie instan.

“Dulu tidak makan nasi maupun mie kami tetap hidup dengan sehat. Dan bahkan saya merasa lebih sehat sampai saat ini,” kenangnya.

Kini, ia merasa sedih melihat generasi muda mulai meninggalkan pangan lokal dan lebih memilih makanan instan.

Mama Debora Wally menunjukan Sagu Forno. (Foto: Dok Sasagupapua)

“Sekarang ini saya sedih mereka ajarkan anak anak jajan, makan mie, padahal banyak sekali kita punya makanan, orang-orang mulai meninggalkan makanan lokal,” ungkapnya prihatin.

Tak hanya di rumah, Mama Debora juga aktif mengkampanyekan pangan lokal di kampungnya. Ia sering mengajak ibu-ibu PKK setempat untuk membuat olahan pangan lokal bersama. Setiap tamu yang datang pun disambut dengan hidangan lokal buatannya.

Semangatnya juga terlihat dari inisiatifnya bersama ibu-ibu PKK pada tahun 1993, setelah mengikuti jambore dan mendapatkan materi gizi tentang pemanfaatan lahan.

Karena di Yoboi tidak ada tanah, mereka berinovasi menanam sayuran di kaleng bocor dan membuat “taman gizi” menggunakan batang pisang sebagai pot. Hasilnya luar biasa subur dan menggembirakan semua warga.

Dedikasi Mama Debora pun terlihat nyata pada cucu-cucunya. Sore harinya, sebelum tim Sasagupapua berpamitan, cucu-cucunya terlihat keluar dari rumah membawa pisang rebus. Mereka sangat gemar mengonsumsi pangan lokal, bukti nyata keberhasilan didikan sang nenek.

Mama Debora juga menyampaikan beberapa berpesan, “Kita orang Papua punya dusun sagu, punya kebun. Jadi mari lebih baik kita menghasilkan dari kita punya dusun, kebun untuk gizi anak-anak yang sehat, daripada mereka beli makanan luar. Supaya generasi bisa hidup sehat dan mereka bisa menghargai alam sendiri melalui budaya,” tutupnya.

Berikan Komentar
penulis : Kristin Rejang
Artikel ini telah dibaca 19 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Cerita Kuriana Ramandei, Pengusaha Ayam Petelur di Papua Tengah

10 Oktober 2025 - 17:32 WIT

CERITA FOTO: Suasana Usai Larangan Kendaraan Masuk ke Wilayah Bandara Lama Nabire

26 Agustus 2025 - 17:46 WIT

Budaya Mee Dalam Goresan Motif Baju, Cerita Manis dari Roberta Muyapa

26 Agustus 2025 - 08:45 WIT

Cerita Dari Sudut Bengkel, Andreas Bimin Meski Tak Tamat SD Tapi Konsisten Jadi Montir Handal

18 Agustus 2025 - 23:24 WIT

Cerita Paskibraka Papua Tengah: Berawal Dari Korban Pengungsian

17 Agustus 2025 - 18:12 WIT

Roti SIBI Dari Tangan Anak-anak Spesial di SLB Timika

11 Mei 2025 - 20:14 WIT

Trending di Cerita