Umum · 26 Jan 2024 22:41 WIT

Anggrek di Semenanjung Kepala Burung Tanah Papua dan Sekitarnya Didokumentasikan Tim Kolaborasi


Dendrobium baeuerlenii.Foto: Andre Schuiteman Perbesar

Dendrobium baeuerlenii.Foto: Andre Schuiteman

TIM ahli botani internasional, yang diketuai oleh Kepala BRIDA Provinsi Papua Barat yang juga merupakan Guru Besar Botani Hutan pada Fakultas Kehutanan Universitas Papua Profesor Charlie D. Heatubun, S.Hut, M.Si melakukan serangkaian eksplorasi di Papua Barat untuk membantu mendokumentasikan flora anggrek yang belum banyak diketahui di daerah tersebut Pada bulan Oktober 2023 dan Januari 2024. 

Tim terdiri dari Laura Jennings (Royal Botanic Gardens, Kew, Inggris) dan Dr. Andre Schuiteman (Royal Botanic Gardens, Kew). Jimmy Frans Wanma (Fahutan UNIPA), Reza Saputra (Balai Besar KSDA Papua Barat) dan dengan Haerul Arifin dan Ezrom Batorinding (BRIDA Papua Barat).

Kepala Sub Bidang Diseminasi Kelitbangan Ezrom Batorinding menjelaskan eksplorasi dilakukan bulan Oktober 2023 pada berbagai lokasi di sekitar Danau Anggi, Distrik Testega, Kabupaten Pegunungan Arfak dan beberapa lokasi antara Ransiki, Kabupaten Manokwari Selatan dan Kabupaten Teluk Bintuni. 

Lalu dilanjutkan bulan Januari, tim mengunjungi kembali beberapa lokasi di dekat Danau Anggi, dan lokasi di Lembah Kebar, Kabupaten Tambrauw serta beberapa tempat di dekat Kaimana, dan Urisa, Kabupaten Kaimana. 

Dari eksplorasi tersebut, sekitar 130 spesies/jenis anggrek yang berbeda ditemukan dalam keadaan berbunga.

“Sebagian besar spesimen diawetkan dalam bentuk spesimen basah menggunakan alkohol dan spsimen kering yang dianginkan,” katanya dalam rilis yang diterima Sasagupapua.com.

Dijelaskan saat ini, sekitar 600 jenis anggrek telah diketahui dari Semenanjung Kepala Burung (Bird’s Head Peninsula) – Papua Barat dan Papua Barat Daya.

“Sebagaian besar dari daerah ini belum dieksplorasi dengan baik oleh para ahli botani, dan jumlah jenis anggrek yang sebenarnya terdapat di sini mungkin akan lebih dari 1000 jenis,” ungkapnya. 

Sebagian besar sudah teridentifikasi dari bagian lain di wilayah Papua Nugini, namun kata dia beberapa di antaranya masih baru bagi ilmu pengetahuan atau belum teridentifikasi.

Hasil eksplorasi ini ditemukan sekitar 12 jenis anggrek yang belum dikenal oleh ilmu pengetahuan, yang berarti belum dideskripsikan dan belum memiliki nama sehingga merupakan anggrek jenis baru (New species), sementara beberapa jenis lainnya masih dalam proses identifikasi oleh tim.

Dikatakan, jenis-jenis baru ini akan dideskripsikan dan diberi nama akhir tahun ini melalui publikasi di jurnal-jurnal botani bereputasi internasional. Untuk alasan kerahasiaan ilmiah, gambar jenis baru tersebut belum dapat dipublikasikan saat ini.

Dijelaskan eksplorasi ini merupakan bagian dari Proyek TIPAs (Tropical Important Plant Area’s) Pulau Papua (Papua dan Papua Nugini) dan Penulisan Buku Anggrek di Semenanjung Kepala Burung dan PulauPulau Sekitar (The Orchids of Bird’sheads Peninsula and Surounding Island’s Book) yang ditargetkan akan dipublish pada akhir tahun 2024.

“Pengerjaan buku anggrek ini tidak hanya bertujuan untuk menemukan spesies baru, tetapi juga untuk mendokumentasikan distribusi geografis spesies, bahkan spesies yang sudah umum,” ungkapnya.

Dengan cara ini, kata Ezrom akan mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai spesies anggrek mana yang dapat ditemukan pada lokasi tertentu, dan spesies mana yang sangat langka sehingga dapat dianggap terancam punah.

“Informasi ini pada gilirannya akan membantu peneliti untuk dapat mengidentifikasi TIPAs di wilayah tersebut dan perubahan iklim. Karena Anggrek adalah indikator yang sangat baik untuk ekosistem berkualitas tinggi,” ungkapnya.

Ia mengatakan habitat yang kaya akan spesies anggrek juga akan kaya dengan spesies tumbuhan lain, dan keanekaragaman hayati, seperti serangga, secara umum. 

Kegiatan riset Ini merupakan kolaborasi antara Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Papua Barat, Royal Botanic Gardens, Kew, Fakultas Kehutanan Universitas Papua (UNIPA), Balai Besar KSDA Papua Barat dan dengan dukungan dari beberapa mitra pembangunan, Fauna & Flora International, Indonesia, EcoNusa dan Raja Ampat Research Center.

“Tujuan dari proyek TIPAs adalah untuk mengidentifikasi area dengan keanekaragaman flora yang luar biasa di Pulau Papua, dengan fokus saat ini di wilayah Semenanjung Kepala Burung,” katanya.

Sebagian besar spesies anggrek baru yang ditemukan selama penelitian atau eksplorasi lapangan ini sebenarnya cukup langka, karena jika tidak, mereka pasti sudah dideskripsikan.

Habitat mereka saat ini tidak berada di kawasan lindung dan oleh karena itu beresiko rusak atau punah. Kerusakan habitat merupakan salah satu penyebab punahnya keanekaragaman hayati. Dengan hilangnya habitat, maka anggrek-anggrek tersebut juga akan hilang. 

“Belum terlambat untuk mencegah hal ini terjadi dengan melindungi lokasi-lokasi di mana anggrek-anggrek baru ditemukan. Hasil eksplorasi ini menjadi penting bagi semua pihak untuk menginisiasi kebijakan dalam rangka perlindungan keanekaragaman hayati dan ekosistem di Papua Barat dan Papua Barat Daya,” tutupnya. 

Penulis: Kristin Rejang

Berikan Komentar
Artikel ini telah dibaca 16 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

SMP Pengharapan Nabire Studi Tour Edukasi ke BMKG, UPPKB Douw Aturure, dan AirNav

14 Mei 2025 - 17:28 WIT

Ada Praktik Aliran Sesat di Genyem, Begini Penjelasan Kapolres Jayapura

9 Mei 2025 - 23:17 WIT

Umat Katolik Memiliki Paus Baru, Berikut Biografi Robert Francis Prevost, Paus Leo XIV

9 Mei 2025 - 06:25 WIT

Kaka Jose Hadir di Timika, Beri Pelatihan Pengembangan SDM OAP

7 Mei 2025 - 12:48 WIT

Frederikus Kemaku Harap Pemerintah dan Freeport Serius Selesaikan Masalah Lemasko

2 Mei 2025 - 09:53 WIT

Suarakan Hak Buruh, LBH Papua Desak Pemerintah Pusat dan Daerah Penuhi Hak Buruh di Seluruh Wilayah Papua

1 Mei 2025 - 23:57 WIT

Trending di Pemerintahan