Kelana Pendidikan di Ipaya
Oleh: Kristin Rejang
PAGI itu Sabtu, 11 Mei 2024 sebuah truk terbuka mengangkut rombongan tim Pijar dan sejumlah barang bawaan pribadi maupun keperluan tim seperti alat mengajar hingga kuali berukuran besar menuju ke Dermaga Apung Perikanan, Pomako, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Sekitar pukul 10.30 wit dengan menggunakan 2 perahu fiber bermesin 40 PK dan 1 fiber bermesin 15 PK ditumpangi tim Pijar menuju ke Ipaya. Sebuah kampung di Pesisir Mimika, tepatnya di Distrik Amar, dengan keindahan pantai yang memukau menjadi target dari tim Pijar sejak lama.
Tidaklah mudah untuk sampai di Ipaya. Rombongan dihadapkan dengan situasi air yang baru mulai pasang. Begitulah perairan di Mimika ketika hendak melakukan perjalanan menggunakan perahu tentu penuh tantangan.
Karena air yang baru perlahan naik, membuat fiber yang digunakan rombongan Pijar tidak bisa melaju dengan kencang, sekitar pukul 14.10 wit rombongan baru tiba di Kokonao untuk beristirahat, ke toilet juga shalat sebelum melanjutkan perjalanan ke Ipaya.
Tanpa lama-lama beristirahat, Perjalanan akhirnya dilanjutkan lagi.
Menempuh perjalanan ke Ipaya merupakan rute perjalanan yang baru bagi tim Pijar sehingga perjalanan nampak terasa asing melewati sungai hingga muara.
Memang tidaklah mudah para pejuang pendidikan ini menghadapi gulungan ombak putih yang menandakan ombak yang keras.
Ombak itu mengguncang perahu hingga perahu besar yang digunaka menabrak ranting-ranting pohon. Memainkan perasaan hingga membuat para tim sedikit khawatir namun berusaha agar tetap tenang.
Motoris yang sudah berpengalaman nampak terlihat tenang menandakan situasi tersebut sudah biasa dialami.
Selama menghadapi rute perjalanan, mata disuguhkan hutan bakau yang lebat dan rambut penunjuk jalan yang dibuat oleh salah satu yayasan.
Motoris dan juru bantu sempat kehilangan petunjuk arah. Pertama kali kehilangan arah, rombongan bertemu dengan masyarakat yang melintas menggunakan perahu. Masyarakat membantu akhirnya perjalanan bisa dilanjutkan.
Tak hanya satu kali, kehilangan arah menuju Ipaya dialami hingga dua kali karena rambu penunjuk arah tidak terlihat.
Tujuan mulia dari rombongan Pijar selalu diberikan kemudahan. Kembali lagi rombongan bertemu dengan warga yang akan menuju ke salah satu kampung membantu menunjukan arah. Bahkan beberapa warga memilih pindah ke fiber rombongan Pijar menjadi juru bantu motoris untuk menunjukan arah menuju ke Ipaya.
Jika dihitung perjalanan dari Timika ke Kokonao kemudian lanjut ke Ipaya, rombongan menempuh perjalanan sekitar 6 Jam.
Pukul 17.20 wit senyuman puluhan warga menyambut rombongan di Dermaga Paripi. Mereka bersama Plt. Kepala Distrik Amar, Buce sudah menunggu kedatangan tim Pijar.
Semangat warga menunggu di Dermaga menjadi penghapus rasa capek selama perjalan. Terbukti, usai meletakan barang bawaan, rombongan langsung mengadakan pertemuan di Balai Kampung Paripi dengan puluhan warga setempat.
“Selamat datang tim Pijar, ini merupakan komunitas pertama yang tiba di Ipaya,” kata Buce, Plt Kepala Distrik Amar.
Disitu, Kepala Distrik Amar juga menyampaikan Ipaya yang terdiri dari Kampung Ipiri, Paripi dan Kampung Yarara akan dibangun daerah wisata yang berkelas pada tahun ini yangmana akan dibangun beberapa homestay dengan perlengkapan dan saat ini, jaringan komunikasi di Ipaya sudah sangat baik.
Malam tiba, Balai desa tampak penuh sesak karena tim Pijar melaksanakan kegiatan pemutaran film menginspirasi seperti Garuda di dadaku, jembatan pensil, dan lainnya’ sambil makan popcorn bersama masyarakat.
Nasi Goreng Spesial Untuk Anak-anak Ipaya
Keesokan harinya, Minggu (12/5/2023), pagi yang indah, tim Pijar berkesempatan menikmati Sunrise dan berjalan-jalan sepanjang Pantai pasir yang bersih dan disuguhkan pemandangan warga setempat yang mengecek jaring ikan dan mencari kerang.
Sembari menunggu anak-anak selesai ibadah hari Minggu, tim Pijar mulai memasak nasi. Mereka membuat nasi goreng spesial dengan toping ayam, telur dan sosis sebanyak 25 kilo.
Sekitar pukul 11.00 wit kegiatan pembelajaran mulai dilaksanakan. Ratusan anak-anak mulai berkumpul.
Diawali dengan ice breaking. Setelah itu tim Pijar membagi anak-anak dalam beberapa kelompok kecil untuk bersama permainan, belajar dengan alat peraga yang telah disiapkan.
Banyak kegiatan menyenangkan yang dilaksanakan mulai dari bermain hula hop, mewarnai, menyanyi, merakit robot hingga pengenalan warna. anak-anak Ipaya sangat menikmati proses tersebut.
Satu jam aktivitas bermain dan belajar berlangsung. Nasi goreng spesial pun mulai dinikmati anak-anak Ipaya. Ada yang menyantap bersama teman-teman di pinggir pantai, ada pula yang memilih membawa pulang ke rumah.
“Kaka masih boleh datang kesini kah ade,” tanya Irma seorang tim pijar kepada anak-anak.
“Iya,tapi nanti bawa nasi goreng lagi yang banyak e,” jawab anak-anak menutup aktivitas di hari itu.
Mimpi ke Ipaya Akhirnya Terwujud
Ketua Tim Kelana Ipaya, Prayoga Saputra menjelaskan keinginan untuk ke Ipaya sudah direncanakan sejak lama.
Namun rencana tersebut belum bisa terwujud karena berbagai kendala dan baru bisa dilaksanakan bulan Mei 2024 ini.
Besar keinginan tim Pijar untuk bisa berkelana ke Ipaya, mereka mencari anggaran dengan membuka donasi dan mengadakan bazar.
“Untuk membiaya perjalanan komunitas pijar membuka donasi dari tim, berjualan hingga menyiapkan sendiri berbagai kebutuhan yang akan digunakan selama disana. Kami juga dibantu oleh donatur seperti pemilik toko kreasi yakni Ciwend, juga beberapa member relawan,” jelasnya.
Membuat bazar untuk kegiatan sosial, mengajar anak-anak Mimika, sudah biasa dilakukan oleh tim Pijar, selain itu berbagai sumbangan dan bantuan dari pemerintah Mimika.
“Ada bantuan dari yang peduli terutama biaya transportasi bersyukur punya teman seperti pak Kifly, pak Daeng hingga warga setempat yang bisa memberikan sedikit keringanan sehingga kami bisa menggunakan fibernya,” ungkap Prayoga.
Kilas Balik Apa Itu ‘Pijar
Ketua Umum Pijar, Ipda Lalu Hiskam Anandy menjelaskan Program Binmas Noken Polri dari tahun 2015 yang dimasifkan melalui gerakan media sosial dan media surat kabar membawa angin perubahan bagi banyak orang.
Menjadi sesuatu yang baru ketika sosok Polri membawa buku, bermain atau halnya duduk bersama antara anak dan Polisi.
Ketertarikan bagi banyak orang ketika satu persatu orang dari luar polri ikut serta terlibat dalam proses yang mulai ditabuh.
Ia menjelaskan, sekitar awal tahun 2018 sebuah tongkrongan di Jalan Budi Utomo menjadi tonggak mengajak diskusi dan cerita-cerita tentang Kegiatan Binmas Noken di Pegunungan Papua.
Tak cukup sampai disitu setiap sabtu atau hari minggu menyempatkan diri untuk ke anak-anak Pelabuhan Ikan Pomako atau menyeberang ke Pulau Karaka yang berjarak 30 menit dari Pelabuhan Polair.
Tanggal 23 September 2018 Kolaborasi besar Binmas Noken Polri,Group Timika, Komunitas Tong Pi Ajar dan Polres Mimika berkelana menuju Kokonao distrik Mimika Barat dengan kekuatan sekitar 25 orang dengan kegiatan bermain dan belajar serta nonton bareng (Nobar) pada malam hari nya.
Ratusan anak – anak TK,SD,SMP dan SMA bergabung dan bermain bersama.
“Akhirnya terbentuklah Komunitas PI Ajar untuk menyatukan gerak dan wadah bagi banyak orang yang bersedia secara sukarela mendarmakan dirinya untuk Pendidikan, tak berselang lama sebutan Pi Ajar kami ubah menjadi PIJAR dengan sebuah kata yang syarat makna dan tapi tak lepas dari ejaan lama pi ajar,” jelas Lalu.
Dikatakan, perjalanan dan sepak terjang pijar sangatlah luas dan pernah menampakkan kaki di daerah pesisir Mimika yang bagi orang sangat lah tidak mungkin dikarenakan biaya perjalan yang sangat mahal, namun Pijar membuktikan mereka bisa mewujudkan misi mulia mereka.
“Bagi orang mendatangi daerah baru dan didatangi oleh orang baru menjadi petualangan yang sangat menantang bagi relawan,” ungkapnya.
Bahkan waktu masa covid bukan berarti dirumah saja namun dengan mencium atau mandi air asin bagi kebanyakan orang pesisir menjadi obat kebal agar tidak kena virus covid.
“Dimasa itulah kami tidak dirumah saja tapi mengantarkan berbagai makanan yang meningkatkan imun,” kenang Lalu.
Perjalanan Komunitas Pijar dari Tahun 2018 hingga kini dan terus merambah benak orang dan juga banyak diikutsertakan dalam berbagai kegiatan seperti kegiatan Komite NasIonal Pemuda Indonesia (KNPI) pemerintah daerah.
“Pernah ketika Wakil Bupati Mimika Bapak Johannes Rettob melaksanakan kegiatan di Kampung Atuka dan kami juga melakukan kegiatan disekitar Dermaga Atuka dan melihat keseruan kami bersama anak-anak,” katanya.
Hingga saat ini komunitas pijar melayani anak-anak di Kabupaten Mimika.
“Visi dan Misi kami sederhana dan terlahir dari hati para relawan,” pungkasnya.
Proses penulisan artikel ini juga dibantu oleh tim pijar