Cerita · 10 Mei 2023 15:40 WIT

Sayuran dan Kayu Bakar Dari Siswa di Yalimo Untuk Para Guru


Sukacita Siswa SD Inpres Wambak Yalimo saat membawa Kayu Bakar Untuk Guru di SekolahFoto: Istimewa for Sasagupapua.com Perbesar

Sukacita Siswa SD Inpres Wambak Yalimo saat membawa Kayu Bakar Untuk Guru di SekolahFoto: Istimewa for Sasagupapua.com

Siang itu hari Senin 17 April 2023, di Kampung Aluki, Distrik Abenaho, Kabupaten Yalimo Provinsi Papua Pegunungan, seorang anak perempuan terlihat tanpa alas kaki, memakai baju putih dan rok merah, dilengkapi topi dan dasi Sekolah Dasar (SD). Ia tampak bersemangat berjalan pulang dari sekolah bersama teman-temannya.

Sosok anak perempuan tersebut adalah Miskelina Loho yang merupakan gadis kecil berasal dari Aluki.

Sepulang sekolah, Miskelina beristirahat, makan siang lalu mulai bersiap membawa karung dan parang untuk menuju ke kebun menyusul orang tuanya.

Setiap hari Senin dan Kamis memang Miskelina sangat bersemangat ke kebun karena mau memanen Orom (Petatas) dan Orom Engga atau daun Petatas dalam bahasa setempat. Hasil panen tersebut akan di bawa pada besoknya, hari Selasa ke sekolah.

Miskelina merupakan siswa kelas 6 di SD Negeri Wambak, Distrik Abenaho, Kabupaten Yalimo. Membawa hasil kebun merupakan kebiasaan dari para siswa di SD Wambak setiap hari  Selasa dan Jumat.

Tepat jam 7 Pagi, Miskelina sudah tiba di sekolah bersama teman-temannya, jarak antara tempat tinggal dan sekolah cukup dekat, hanya ditempuh dengan berjalan kaki.

Terlihat tak hanya Miskelina yang membawa hasil kebun. Semua siswa pun ada yang membawa Hondok atau Kayu Bakar, dan Hom atau keladi dalam bahasa setempat, juga labu siam dan daunnya.

Keindahan pegunungan di pagi hari menambah kesejukan di sekolah SD Wambak pagi itu  Semua siswa terlihat mulai berbaris di lapangan sekolah.

Dengan senyuman tulus, satu persatu siswa mulai maju ke depan dan meletakan barang bawaan mereka.

Sayuran dan Kayu Bakar dibawa setiap Selasa dan Jumat. Foto: Istimewa for Sasagupapua.com

 

“Kami sangat senang bisa bawakan ini untuk para guru, itu mama cerita memang dulu mama dorang juga bawa begini, untuk para guru supaya mereka bisa masak,” kata Miskelina kepada Sasagupapua.com.

Kebiasaan ini sebagai bentuk apresiasi dari para orang tua dan siswa kepada dedikasi para guru yang mengabdi untuk mendidik para siswa.

Seperti Miskelina, Salah satu siswa kelas 4 Omen Yare juga mengatakan dirinya sangat bersemangat bisa membawakan hasil kebun untuk para guru.

“Biasa kami bawa kasih guru, bapa dengan mama yang bantu panen, saya senang karena ibu guru sudah ajar saya matematika,” ungkapnya.

Kebiasaan membawa hasil kebun ke sekolah untuk diberikan kepada para guru sudah disaksikan oleh Kresensia Wiwin Letsoin sejak 13 tahun lalu ketika ia menginjakan kaki pertama di SD Wambak.

“Saya berada disini, mengabdi sejak masih bujang, sampai sekarang sudah menikah dan memiliki tiga orang anak,” kata Wiwin.

Wiwin mengatakan kebiasaan tersebut bahkan sudah ada sejak ia sebelum datang ke sekolah tersebut.

“Jadi itu memang sudah kebiasaan orang tua dan anak-anak disini sebagai rasa apresiasi mereka kepada para guru yang mengajar disini, bahkan saya waktu sebelum disini tugas di Distrik Welarek juga kebiasaan mereka sama seperti begini,” katanya.

Keceriaan Siswa SD saat mengumpulkan Kayu Bakar untuk Guru mereka. Foto: Istimewa for Sasagupapua.com

 

Ia mengatakan orang tua di Yalimo sangat peduli terhadap para pendidik.

“Kami sangat senang karena apa yang diberikan oleh orang tua dan anak-anak ini sangat membantu kami, karena biasa masak disini kan pakai kayu bakar, terus sayuran mereka sudah membantu kami, paling kami hanya lengkapi untuk beli beras saja, sungguh kami tidak merasa kekurangan soal makanan,” katanya.

Ia pun mengakui, saat ini, sekolah dengan jumlah siswa sekitar 90an tersebut masih membutuhkan tenaga pendidik.

Pasalnya saat ini tenaga pendidik di SD Wambak hanya berjumlah 3 orang yang merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan menangani kelas 1 hingga 6. Sementara satu guru diantaranya merupakan operator sekolah.

“Jadi guru-guru hanya tiga orang hanya kepala sekolah, saya dan kebetulan suami yang merupakan operator sekolah, memang susahnya disini karena kekurangan guru,” ungkapnya.

Guru-guru SD Inpres Wambak, Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan. Foto: Istimewa for Sasagupapua.com

 

Karena Wiwin bersama suami berasal dari Kabupaten Mimika, sehingga jika libur mereka kadang pulang ke Timika atau bahkan hanya berlibur di Wamena.

“Kalau libur, kami terlambat datang misalnya karena pesawat atau kendala lainnya itu sangat berdampak sekali ke anak-anak terap mereka tidak bersekolah, karena menunggu guru, sehingga kami selalu berusaha tidak terlambat untuk sampai ke tempat tugas,” katanya.

Memang saat pertama datang, mereka tidak merasa kesulitan karena masih dibantu oleh seorang pendeta yang mengajar agama, dan beberapa guru honorer lainnya. Namun karena pendeta telah pindah, kemudian guru lainnya ada yang telah pensiun sehingga tidak bisa melanjutkan mengajar.

“Sampai sekarang sisa kami tiga orang saja, tapi Puji Tuhan, kami berusaha maksimalkan dengan baik,” pungkasnya. (Redaksi)

Berikan Komentar
Artikel ini telah dibaca 371 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Cerita Perjuangan Markus Yelimaken di Wamena, Menarik Becak Hingga Wisuda

14 November 2024 - 18:43 WIT

Cerita Warga Saat Ikut Simulasi Pilkada yang Digelar KPU Mimika

8 November 2024 - 16:31 WIT

Motivasi Berkat Murib, Petani Kopi Asal Puncak di Daerah Transmigrasi: Wujudkan Mimpi Menjadi Sukses

6 Oktober 2024 - 11:53 WIT

Cerita dari Tenda Para Korban Kebakaran di Timika

12 Juni 2024 - 18:20 WIT

Mengenal Elinus Mom, Sosok Pengusaha Muda Amungme Jadi Anggota DPRD Mimika

3 Juni 2024 - 09:57 WIT

Cerita Perjuangan ‘Pijar’ Mengajar Anak-anak di Pesisir Mimika 

27 Mei 2024 - 10:39 WIT

Trending di Cerita